13

1.1K 148 9
                                        

Jennie POV

Saat aku ingin kerestoran untuk bekerja, aku harus menyebrangi jalan raya terlebih dahulu. Dan ketika aku sedang menyebrang, tiba - tiba ada mobil yang ingin menabrakku.

Seketika ada seseorang yang mendorongku ke tepi jalan.

"Gwenchana?", tanya seseorang yang sudah menolongku.

"Eo, gwenchana.", bohongku, karena nyatanya sikuku mengeluarkan darah.

Lalu, akupun berdiri.

"Yak! Kau bohong. Lihatlah, sikumu berdarah. Ayo ikut aku, aku akan mengobatimu.", katanya.

"Aniyo. Nan gwenchana.", kataku.

"Yak! Kau harus ikut denganku, sikumu terluka dan itu karena aku mendorongmu tadi.", katanya.

"Aniyo, gwenchana. Karena kau mendorongku, aku jadi tak tertabrak oleh mobil tadi.", kataku.

"Gomawo.", lanjutku.

"Geurae, cheonma.", katanya.

"Em, kalau boleh tau ... siapa namamu?", tanyanya.

"Ne? Eo, aku Kim Jennie.", kataku.

"Ah, Jennie? Aku Kim Jong In, kau bisa memanggilku Kai.", katanya.

"Em, ne. Sekali lagi, gomawo Kai-ssi.", kataku.
"Yak! Jangan panggil aku seperti itu. Kau terlihat seumuran denganku.", katanya.

"Em,entahlah.", kataku lirih.

Aku tak menjamin, Kai mendengarnya.

"Baiklah, gomawo Kai-ya atas pertolonganmu. Kalau begitu aku pergi dulu.", kataku.

"Eoh? Geurae. Apa kau ingin menyebrang?", tanya Kai.

"Ne.",kataku singkat.

"Yasudah, ayo. Aku juga ingin menyebrang.", kata Kai.

"Ah, ne.", kataku singkat.

Apa - apaan dia ini? Aku memang sangat berterima kasih padanya karena dia sudah menolongku dari maut. Tapi, mengapa dia seperti ini? Dia seperti ingin akrab denganku. Aku jadi merasa risih dengannya.

"Gomawo, Kai-ya.", kataku lagi saat dia sudah membantuku menyebrang.

"Ne.",kata Kai. Lalu aku pergi meninggalkannya.

Saat aku berjalan menuju restoran, kurasa ada seseorang yang mengikutiku. Tapi, aku tak peduli dan hanya mempercepat langkah kakiku.

Saat tepat berada di parkiran restoran, aku memilih untuk melihat siapa orang yang mengikutiku. Dan ternyata ....

"Kai?", tanyaku heran.

"Hng?", dia juga terlihat heran.

"Waeyo?", tanya Kai bingung.

"Mengapa kau mengikutiku?", tanyaku.

"Aku tak mengikutimu.", kata kai.

"Ne? Tidak? Jadi, mengapa kau kerestoran ini juga? Apa kau karyawan baru di restoran ini?", tanyaku.

"Aniyo. Aku hanya ingin menemui Han ahjumma, pemilik restoran ini.", kata Kai.

"Mwo? Kau kenal dengan Han eomma? Kau memanggilnya ahjumma? Memangnya apa hubunganmu dengan Han eomma?", tanyaku penasaran.

"Eo, aku keponakannya. Lalu, apa hubunganmu dengan Han ahjumma? Mengapa kau memanggilnya eomma?", tanya Kai lebih penasaran lagi.

"Aku ... aku ... aku anak angkatnya.", kataku malu.

Eoh, aku sungguh malu mengakuinya. Entah kenapa.

"Anak angkat Han ahjumma? Apa kau anak yatim piatu?", tanya Kai hati - hati.

"Em, aniyo. Eomma dan appaku ada di Seoul.", kataku.

"Jadi, kau disini sendirian?", tanya Kai.

Lihat kan? Dia jadi seperti ini. Mengapa dia sangat penasaran denganku?

"Apa kau menyukaiku?", tanyaku asal.

"Mwo? Kau ini percaya diri sekali.", kata Kai.

Aigoo, dasar Jennie pabo! Mengapa aku bertanya seperti itu? Membuatku semakin malu saja.

Jennie POV End

Ella POV

"Sudah jam 7 malam, tapi kenapa eomma belum pulang? Apa terjadi sesuatu yang buruk pada eomma?", tanyaku.

Tak lama, ada yang mengetuk pintu.

"Itu pasti eomma.", kataku lalu berjalan kearah pintu untuk membukanya.

Saat aku membuka pintu, kulihat eomma tak sendirian melainkan dengan seorang pria yang tak kukenal.

"Gomawo, Kai-ya. Apa kau ingin masuk dulu?", tanya eomma pada pria itu.

Siapa sebenarnya pria itu? Aku sangat membenci pria yang berusaha menggantikan sosok appa. Tak ada yang bisa menggantikan appa dihidupku. Appaku hanya satu, untuk selamanya.

"Nuguseyo?", tanyaku ketus pada pria itu.

Aku tak peduli jika eomma akan memarahiku karena aku bertingkah tak sopan.

"Eo? Aku Kai. Aku teman Jennie. Apa kau adik Jennie?", tanya pria itu.

"Aniyo, aku ....", saat aku ingin menjawab pertanyaan pria itu, eomma malah memotongnya.

"Ne, dia adalah adikku.", kata eomma.

"Mwo? Eomma, mengapa eomma tak mengakuiku sebagai anakmu dihadapan pria ini?", tanyaku kecewa (dalam hati).

Karena sangat kecewa, aku memilih pergi kekamar begitu saja.

"Ella-ya.", panggil eomma.

Tapi aku tak memperdulikan eomma.
Jika saja ada appa disini, ingin rasanya aku mengadu pada appa.

Eomma benar - benar jahat.
Jika pada akhirnya aku tak dianggap anak oleh eomma, mengapa eomma memilih melahirkanku? Seharusnya, dulu gugurkan saja aku.

"Appa, bogoshipeo.", teriakku.

"Appa jemput aku, aku ingin tinggal dengan appa.", teriakku lagi.

Kuharap eomma mendengarnya, itu agar eomma mengerti bahwa aku sangat kecewa padanya malam ini.

Cih, baru kemarin aku ingin memihak eomma. Tapi, apa sekarang? Aku tak dianggap anak oleh eomma kandungku.

Ella POV End
.
.
Tbc.

Gimana part 13nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.

We Miss You Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang