25

973 124 11
                                    

Author POV

Jennie terlihat sedang memasak di dapur, sedangkan Ella dan Jisoo sedang merapikan kamar yang akan mereka tempati masing - masing.

"Jen, aku pamit pulang.", kata Hanbin.

"Eo? Geurae. Tapi, apa kau tak mau makan malam dulu disini? Ini sebagai ucapan terima kasihku, karena kau sudah menyediakan rumah ini untuk Ella dan juga aku serta sahabatku.", kata Jennie.

Hanbin hanya tersenyum.

"Bagaimana? Apa kau mau? Sebentar lagi masakan ini matang.", kata Jennie.

"Mian, aku sangat mau. Tapi aku ada janji makan malam dengan keluarga tunanganku.", kata Hanbin.

"Mwo?", tanya jennie lirih.

Jennie terlihat sangat terkejut.

"Eo, aku sudah tunangan dengan gadis yang dijodohkan denganku itu dua hari lalu.", kata Hanbin, lalu tersenyum.

Sejujurnya, senyum itu adalah senyum palsu. Hanbin sangat tersiksa jika pada akhirnya Jennie benar - benar membiarkannya menikahi Yeri.

"Eo, chukhahae. Semoga kalian bisa segera menikah dan hidup bahagia bersama.", kata Jennie dengan berat hati, tapi dua berusaha untuk tersenyum dihadapan Hanbin.

"Gomawo.", kata Hanbin singkat.

"Kalau begitu, aku pergi sekarang. Sampaikan permintaan maafku pada Ella, karena aku tak bisa pamit secara langsung padanya. Mungkin aku akan datang besok pagi untuk menjemput Ella, aku yang akan mengurus kepindahan Ella ke sekolah barunya.", lanjut Hanbin.

"Eo, akan kusampaikan pada Ella.", kata Jennie dengan pandangan kosongnya.

Setelah mendengar ucapan Jennie, Hanbin pergi dari rumahnya.

Author POV End

Jennie POV

"Yak! Kim Jennie!", teriak Jisoo.

"Eo?", aku terkejut dengan teriakan Jisoo.

"Yak! Aku bahkan belum sempat tidur dirumah ini, bahkan aku juga belum sempat mengabadikan momen dirumah ini. Tapi apa ini? Kau ingin melenyapkan rumah ini? Ha?", tanya Jisoo sambil mematikan kompor tepat dihadapanku.

"Aigoo, Soo-ya. Masakan ini gosong.", kataku, saat aku tersadar dari lamunanku.

Eo, semenjak Hanbin pergi ... aku melamun. Dan itu tak bisa dibilang sebentar, mungkin itu sudah 20 menit berlalu.

"Kau ini kenapa? Kenapa bisa kau menggosongkan masakan yang tak kau tinggal pergi itu?", tanya Jisoo.

"Mianhae, Soo-ya.", sesalku.

"Eo, gwenchana. Kita bisa memaskanya lagi. Tapi, kau ini kenapa? Kau melamun? Apa yang kau pikirkan? Katakan padaku.", kata Jisoo.

"Hanbin sudah bertunangan.", kataku tanpa sadar.
"Cih, pabo-ya.", kata Jisoo kesal.

"Dia berubah hanya untuk Ella.", kataku yang masih tak sadar dengan apa yang kukatakan.

"Jawab aku dengan jujur, Jen.", kata Jisoo.

"Sebenarnya bagaimana perasaanmu pada Hanbin?", tanya Jisoo.

"Bagaimana? Aku juga tidak tau, Soo-ya.", kataku.

"Apa kau kesal saat tau bahwa Hanbin ternyata sudah memiliki tunangan?", tanya Jisoo.

"Eo.", jawabku singkat.

"Kau kesal?", tanya Jisoo lagi.

"Eo, aku kesal Soo-ya.", kataku sedikit berteriak.

"Itu artinya, kau mencintainya Jen.", kata Jisoo.
"Aniya. Aku membencinya.", kataku.

"Yah, walau kau membencinya sebenarnya kau juga mencintainya. Tapi, mungkin kau tak menyadarinya.", kata Jisoo.

"Belajarlah mengerti dirimu sendiri.", lanjut Jisoo.

"Eomma, aku lapar.", kata Ella yang tiba - tiba datang.

"Iya, sebentar eo? Imo akan memasakkan makanan kesukaanmu, tunggulah diruang santai.", kata Jisoo pada Ella.

"Ne, imo.", kata Ella lalu pergi ke ruang santai.

"Lebih baik kau istirahat saja, biar aku yang memasak makan malamnya.", kata Jisoo.

"Sekali lagi, belajarlah untuk mengerti dirimu sendiri. Jangan bohongi dirimu sendiri tentang perasaanmu pada Hanbin. Jika kau memang mencintainya, beritau dia sebelum terlambat. Sebelum Hanbin benar - benar menjadi milik wanita lain.", pesan Jisoo.

Tanpa membalas ucapan Jisoo, aku pergi untuk menemui Ella.

|°•○●○•°□■□°•○●○•°|

Saat sudah diruang santai, aku mendudukan tubuhku tepat disamping Ella.

"Appa dimana, eomma?", tanya Ella.

"Appa sudah pulang.", kataku.

"Mengapa appa tak pamit padaku?", tanya Ella.

"Eo, appa minta maaf tak bisa pamit secara langsung padamu karena appa sedang terburu - buru.", kataku.

"Terburu - buru?", tanya Ella memastikan.

"Appa ada acara makan malam bersama ....", kataku gantung.

Aku bingung, apakah aku harus mengatakan jika appanya ada acara makan malam bersama tunangannya? Apa aku harus mengatakannya pada Ella? Apakah tak apa? Aku takut Ella tak bisa menerimanya, karena dia tak memperbolehkan aku ataupun Hanbin menikah dengan orang lain.

"Bersama siapa, eomma?", tanya Ella.

"Halmeoni dan harabeoji.", kataku pada akhirnya.

Aku tak sepenuhnya berbohong kan? Karena pasti orang tua Hanbin juga ikut makan malam.

"Ah, begitu?", tanya Ella.

"Hem.", dehemku sambil tersenyum canggung.

"Em, eomma. Kita kan sudah berada di Seoul. Aku ingin sekali bertemu halmeoni dan harabeoji.", kata Ella.

"Mwo?", tanyaku terkejut.

Bagaimana ini? Orang tuaku dan orang tua Hanbin pasti tak akan menerima Ella dengan baik.

"Eo, aku ingin bertemu dengan halmeoni dan harabeoji.", kata Ella.

"Tapi, ella-ya. Kau taukan, kau ada karena suatu kesalahan. Jadi, halmeoni dan harabeoji pasti tak akan menerimamu dengan baik. Mianhae, chagiya.", kataku sambil menangis.

Aku tak bisa lagi membendung air mataku.

"Ah, eomma benar. Aku ada karena suatu kesalahan. Gwenchana, itu sudah jalan hidupku. Aku diejek oleh teman - temanku karena aku tak memiliki appa. Aku dicap sebagai anak haram oleh teman - temanku di sekolah. Halmeoni dan harabeoji tak menginginkanku? Aku tak apa. Aku baik - baik saja.", kata Ella, lalu tersenyum.

Tapi air mata tetap jatuh membasahi pipinya.
Akupun memeluknya.

"Mianhae, chagiya.", kataku sambil memeluk Ella.

Jennie POV End
.
.
TBC.

Gimana part 25nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.

We Miss You Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang