18

1K 130 20
                                    

Author POV

"Eo, appa memang punya niatan seperti itu. Appa ingin memulai hidup dari nol bersamamu dan juga eomma. Hidup sebagai keluarga kecil yang bahagia.", kata Hanbin.

"Hem, aku akan menunggu.", kata Ella.

"Geurae, sekarang kau harus istirahat. Ayo, appa akan mengantarkanmu sampai kau masuk ke kamarmu.", kata Hanbin.

"Sampai aku tertidur.", kata Ella.

"Geurae, kajja.", kata Hanbin.

Akhirnya Hanbin dan June ikut turun dari mobil untuk mengantar Ella masuk kedalam rumahnya.

Saat didepan pintu, Ella mengetuk pintu rumahnya. Tak lama, Jennie membuka pintu rumahnya dengan ekspresi terkejut.

"Kau?", kata Jennie terkejut melihat Hanbin.

Dia benar - benar melupakan keberadaan Ella dan June yang berada tepat disamping Hanbin.

"Eo, ini aku.", kata Hanbin.

"Ella-ya, masuk!", perintah Jennie.

Tapi Ella hanya diam sambil menundukkan kepalanya, dia sangat takut pada Jennie kali ini.

Jennie tak pernah semarah ini pada Ella, bahkan bisa dibilang bahwa Jennie memang tak pernah memarahi Ella. Walau ella salah sekalipun.

"Eomma bilang masuk!", teriak Jennie lagi sambil menarik Ella dengan kasar.

"Jen, kurasa kau tak bisa seperti itu pada anakmu. Kasihan Ella.", kata June.

"Diam kau! Memang kau siapa? Apa hakmu mengaturku? Ella adalah anakku, terserah bagaimana aku ingin bertindak terhadapnya.", kata Jennie.

"Eomma, appo.", rengek Ella yang merasakan sakit pada lengannya karena Jennie menariknya dengan sangat kasar.

"Kalau begitu, kau harus mendengarkanku karena aku adalah appanya.", kata Hanbin lembut.

"Anakku sangat kesakitan sekarang, tolong lepaskan dia. Kau tak seharusnya seperti itu pada anakku, dia masih kecil Jen.", lanjut Hanbin sambil mendekati Jennie dan Ella, dia bermaksud melepaskan Ella dari tangan Jennie.

"Cih, anak? Siapa yang kau maksud anak? Kau tak punya anak! Ella adalah anakku! Aku yang melahirkannya!", teriak Jennie sambil mendorong Hanbin.

"Geurae, kau benar. Kau memang melahirkannya. Selama ini juga kau yang telah merawatnya hingga seperti sekarang ini. Tapi bagaimanapun, tanpa Hanbin kau tak akan memiliki Ella. Ditubuh Ella, selain darahmu juga mengalir darah Hanbin. Kau tak bisa menghilangkan fakta itu, Jen. Tolong jangan seperti ini, Jen. Apa kau tak kasihan pada anakmu? Dia selalu diejek oleh teman sekolahnya. Anak haram. Apa kau tak kasihan?", tanya June memberi pengertian pada Jennie.

Akhirnya, Jennie melepaskan Ella tanpa sadar.

"Jika kau tak ingin menikah dengan Hanbin, setidaknya perbaiki hubungan pertemanan kalian. Agar kalian bisa merawat Ella bersama, yah walaupun nantinya kalian hidup sendiri - sendiri.", kata June.

"Aniya! Sampai kapanpun, aku akan tetap menunggunya sampai dia mau menikah denganku.", kata Hanbin pada June sambil melirik Uennie.

"Cih, bermipilah!", teriak Jennie pada Hanbin.

"Pikirkanlah baik - baik, Jen. Aku serius. Aku mencintaimu.", kata Hanbin.

Dan saat itu juga Hanbin menuntun Ella saat Jennie terlihat sedang melamun.

Entah apa yang dia lamunkan sebenarnya.

"Dimana kamarmu, chagiya?", tanya Hanbin pada Ella.

"Disana.", kata Ella sambil menunjukkan kamarnya.

"Geurae, appa akan menemanimu sampai kau tertidur.", kata Hanbin lalu pergi meninggalkan Jennie dan juga June diruang tamu.

"Yak! Lepaskan Ella. Lebih baik kalian pergi dari rumahku.", kata Jennie.

"Malam ini, appa bermalam disini eo? Aku takut pada eomma.", bisik Ella.

Hanbin hanya tersenyum tipis pada Ella.

"Aku dan June akan bermalam disini.", kata Hanbin.

"Mwo?", Jennie terkejut.

"Bermalam? Geurae, sepertinya itu keputusan yang terbaik. Aku dan kau sama - sama lelah, tak baik menyetir dalam keadaan lelah.", kata June sambil mendudukan tubuhnya di sofa.

"Yak! Kalian tak bisa bermalam dirumah wanita tanpa suami. Pergi dari rumahku sekarang!", teriak Jennie sambil menarik June agar berdiri dan keluar dari rumahnya, tapi tubuh June lebih besar daripada tubuh Jennie yang sudah pasti Jennie tak akan kuat menariknya.

"Sudahlah, biarkan kami bermalam disini. Apa salahnya? Kita ini kan teman. Lagi pula kau dan Hanbin kan sudah pernah tidur diranjang yang sama, jika malam ini kalian tidur diranjang yang samapun tak apa asal kalian jangan melakukannya lagi. Aku tak mengizinkan, kecuali jika kalian sudah menikah.", kata June.

"Yak! Jangan bahas itu!", kata Jennie emosi lagi.

"Geurae, lebih baik kau buatkan aku hot chocolate. Dan jika ada selimut, bawakan 1 untukku.", perintah June sambil mengubah posisi duduknya menjadi tidur disofa panjang itu.

"Shireo!", tolak Jennie.

"Aku ini tamumu, Jen. Ayolah.", kata June.

Karena jennie sudah dalam mood yang lebih baik dari sebelumnya, akhirnya dia membuatkan June hot chocolate, tak lupa dia juga membawakan selimut untuk June.

Author POV End
.
.
Tbc

Gimana part 18nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.

We Miss You Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang