28

1K 124 20
                                        

Jennie POV

"Mianhae.", sesal Hanbin yang berada dihadapanku.

"Maafkan segala kesalahanku dimasa lalu dan sekarang.", lanjutnya.

Seketika aku langsung menatap matanya. Mata yang telah basah karena air matanya sendiri.

"Maaf aku tak bertanggung jawab dari awal. Maaf aku membuatmu menderita selama ini. Maaf.", kata Hanbin lagi sambil menundukkan kepalanya.

"Sudah, lupakan. Tak apa. Semua sudah berlalu.", kataku.

"Aku juga minta maaf untuk sekarang.", kata hanbin.

"Apa? Asal kau tetap bertanggung jawab atas anakmu. Itu tak jadi masalah.", kataku.

"Eo, untuk Ella ... aku pasti akan bertanggung jawab. Aku akan selalu ada untuknya.", kata Hanbin.

"Geurae.", kataku singkat.

"Tapi, aku minta maaf padamu. Jika suatu saat nanti, kau berubah pikiran tentang perasaanmu padaku. Aku minta maaf karena aku tak bisa bersamamu. Aku akan menikah dengan gadis lain. Aku minta maaf. Jujur aku hanya mencintaimu. Tapi, nyatanya sampai detik ini kau tak memberitaukanku bahwa kau berubah pikiran. Jadi, lebih baik aku belajar melupakan perasaanku padamu dan belajar mencintai tunanganku.", kata Hanbin.

Seketika, dada Jennie terasa sesak. Tapi, dia mencoba untuk tenang.

"Kau benar. Lupakanlah perasaanmu padaku dan belajarlah mencintai tunanganmu itu. Karena aku tak akan berubah pikiran sampai kapanpun.", kataku sambil tersenyum paksa.

Jujur aku tak rela Hanbin dimiliki wanita lain, tapi aku juga tak bisa menerimanya sebagai pasanganku.

Sebaiknya aku harus bagaimana? Rasanya aku serba salah.

"Eo, pernikahanku tak lama lagi. Sekitar seminggu lagi mungkin. Aku harap kau dan Ella tak datang ke acara pernikahanku. Aku tak ingin Ella kecewa.", kata Hanbin.

"Hem, aku akan memastikan bahwa Ella tak tau jika kau menikah.", kataku yang tanpa sadar meneteskan air mata.

"Mengapa kau menangis?", tanya Hanbin sambil menghapus air mata yang membasahi pipiku.

"Kau tak rela? Kau berubah pikiran? Katakan padaku Jen, sebelum semuanya terlambat. Karena mungkin aku tak akan datang kesini lagi sebelum aku menikah. Jadi, katakan padaku jika kau juga mencintaiku sekarang Jen.", kata Hanbin penuh harap.

"Aku bahagia. Aku sangat bahagia karena temanku akan menikah.", kataku yang tak bisa menghentikan tangisku.

"Kau tak bohong? Aku ingin kau jujur Jen, sebelum aku benar - benar menikah dengan wanita lain.", kata Hanbin.

"Aku tak bohong.", kataku lirih.

"Geurae, gomawo.", kata Hanbin sambil memelukku tiba - tiba.

Sungguh aku sangat terkejut, dan aku hanya bisa mematung dalam pelukannya.

"Terima kasih untuk segalanya. Terima kasih sudah menjadi eomma terbaik untuk anakku dan terima kasih juga sudah menjadi teman baikku.", lanjut Hanbin yang masih memelukku.

"Tolong balas pelukanku, Jen. Untuk yang terakhir kalinya, kumohon.", mohon Hanbin.

Haruskah? Haruskah aku membalas pelukannya?

Eo, dengan perlahan ... kedua tanganku terangkat untuk membalas pelukannya.
Sekuat - kuatnya aku menahan diri untuk tak membalas pelukannya, akhirnya aku kalah pada diriku sendiri.
Aku membalas pelukannya. Pelukan pertama dan terakhir kami. Pelukan sebagai teman.

"Gomawo.", bisik Hanbin.

Dan aku hanya tersenyum sebagai jawaban, walau Hanbin sudah pasti tak melihatnya.

Jennie POV End

Author POV

#falshback on

"Geurae, eomma dan appa akan memaafkannya.", kata eomma Jennie.

"Eo, kami akan memaafkannya. Tapi, appa tak mengizinkan kau dan Ella tinggal dirumahnya. Kecuali jika kau adalah istrinya. Jadi, lebih baik kau pulang kerumah.", kata appa Jennie.

"Ne, jeoseonghaeyo ahjussi. Kami memang bukan suami istri, dan ini memang benar rumahku. Tapi aku tak tinggal disini. Aku membeli rumah ini untuk Ella, jadi biarkan Jennie menemani Ella untuk tinggal dirumah ini.", kata Hanbin yang mulai ikut bicara.

"Ah, begitu? Appa kira kalian tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan.", kata appa Jennie.

"Aniyo, appa.", kata Jennie singkat.

"Lalu mengapa kalian tak menikah saja?", tanya eomma Jennie.

"Aniyo, aku lebih nyaman berteman dengannya daripada menjadi istrinya.", kata Jennie.

"Kau tak bohong kan? Bukan karena dia tak mau menikahimu kan?", tanya appa Jennie curiga.

"Ne, harabeoji. Eomma menolak appa, bahkan lebih dari sekali. Eomma tak memikirkan aku. Aku sangat ingin memiliki keluarga yang utuh seperti keluarga teman - temanku. Mereka memiliki eomma dan appa yang tinggal bersama dengannya. Aku juga ingin appa bisa tinggal selamanya denganku dan eomma. Tapi, eomma menolak appa.", adu Ella.

"Jika kalian saling mencintai, mengapa tak menikah saja? Demi anakmu, Jen.", kata eomma Jennie.

Setelah cukup lama membujuk Jennie agar menikah dengan Hanbin, orang tua Jennie akhirnya menyerah.

"Geurae, gwenchana. Jika kau tak mau menikah dengannya, tak apa. Carilah pria yang membuatmu nyaman dan yang tulus mencintaimu serta anakmu.", pesan appa Jennie.

"Ne, appa.", jawab Jennie singkat.

Setelah itu kedua orang tua Jennie pamit pulang, lalu Hanbin mengajak Jennie ke taman belakang rumahnya untuk berbicara berdua.

"Aku ingin bicara padamu, ini penting.", kata Hanbin.

"Eo, geurae.", kata Jennie tanpa penolakan sedikitpun.

Dan ternyata Ella mengikuti kedua orang tuanya untuk mendengarkan pembicaraan mereka.

Setelah mendengarkan pembicaraan orang tuanya secara diam - diam, bahkan menyaksikan kedua orang tuanya berpelukan. Ella menangis.

"Aku tau, eomma mencintai appa. Tapi, kenapa eomma harus bohong? Mengapa eomma membiarkan appa menikah dengan wanita lain? Aku tak ingin memiliki eomma baru. Eomma jahat.", kata Ella lirih, lalu dia berlari menuju kamarnya.

Dia menangis, karena dia tak bisa berbuat apa - apa atas keinginannya. Keinginan agar kedua orang tuanya bersatu.

#flashback off

Author POV End
.
.
Tbc.

Gimana part 28nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.

We Miss You Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang