Jennie POV
Saat aku sedang membuatkan kopi untuk Hanbin, tiba - tiba ada seseorang yang berbicara dibelakangku.
"Jen, kita harus bicara.", kata orang itu yang kuyakini adalah Hanbin.
"Sudahlah, Hanbin-a. Lebih baik kau habiskan kopimu dan cepatlah tidur.", kataku saat sudah selesai membuatkan kopi untuk Hanbin.
Sedangkan Hanbin, dia hanya memandangi kopi buatanku.
"Tunggu apa lagi? Cepat bawa kopimu keruang tamu. Atau kau ingin meminumnya disini?", tanyaku saat Hanbin masih setia memandangi kopi buatanku.
"Aku ingin meminumnya disini.", kata Hanbin sambil berjalan menuju meja makan.
"Eo, terserahmu.", kataku lalu pergi menuju kamarku.
Tapi baru beberapa langkah, Hanbin menyuruhku untuk membawakan kopinya kemeja makan.
"Yak! Kau kan bisa mengambilnya sendiri. Bersyukurlah aku mau membuatkannya untukmu.", kataku.
"Ambilkan.", perintahnya dengan nada dingin.
Lalu dengan terpaksa aku berbalik lagi untuk mengambil kopi Hanbin dan kuletakan tepat dihadapannya.
Aku tak tau, mengapa aku mau saja diperintah olehnya.
"Sekarang duduklah.", perintahnya sambil menarik tanganku agar aku duduk dihadapannya.
Lagi, mau tidak mau akupun akhirnya duduk dihadapannya.
"Apa lagi?", tanyaku kesal.
"Aku ingin bertanya padamu, dan kau harus menjawabnya dengan jujur.", kata Hanbin.
"Eo, cepatlah! Aku mengantuk, aku ingin tidur.", kataku.
"Apa sekarang kau memiliki kekasih?", tanya Hanbin tiba - tiba.
"Mwo?", jujur, aku sangat mengantuk.
Tapi mendengar pertanyaan Hanbin, itu membuatku membulatkan mata dengan sempurna. Aku sangat terkejut.
"Jawab saja.", kata Hanbin.
"Mengapa kau bertanya seperti itu?", tanyaku.
"Apa kau tau mengapa hari ini Ella pulang larut malam? Dan mengapa Ella bisa bersamaku?", tanya Hanbin.
Eo, benar. Mengapa bisa begitu? Apa Hanbin menjemput Ella di sekolah lalu membawanya pergi?
"Apa kau tau?", tanyanya lagi.
"Aniya.", jawabku singkat.
"Kau tak tau?", tanya Hanbin.
"Eo, kubilang aku tak tau.", kataku kesal.
"Itu karenamu.",kata hanbin.
"Aku? Kau menyalahkanku?", tanyaku emosi.
"Itu memang salahmu.", kata Hanbin.
"Apa salahku?", tanyaku.
"Kau tak tau apa salahmu? Cobalah kau ingat, apa yang sudah kau lakukan pada Ella kemarin?", kata Hanbin.
Lalu aku mencoba mengingat apa yang kulakukan pada Ella kemarin. Dan saat aku belum ingat, Hanbin dengan tidak sabaran memberitaukan kesalahanku.
"Kau membuatnya sangat kecewa.", lanjut Hanbin.
"Kecewa?", tanyaku memastikan.
"Eo. Itu karena kau tak mengakuinya sebagai anakmu didepan seorang pria yang tak dia kenal.", kata Hanbin.
"Eo, itu ... itu ... itu benar - benar diluar dugaanku. Aku juga tak menyangka akan mengatakan itu, sungguh.", kataku.
"Kau melakukannya agar pria itu menganggapmu gadis yang belum pernah menikah apalagi punya anak, iya kan?", tanya Hanbin.
"Yak! Aniya.", elakku.
Aku memang tak seperti itu.
"Kau harus tau satu hal, anak kita tak ingin ada pria lain yang menggantikan posisiku sebagai appanya. Jadi, kumohon jangan menikah dengan pria lain selain aku.", kata hanbin.
"Ini demi kebahagiaan Ella, anak kita.", lanjut Hanbin.
"Pria itu bukan kekasihku.", kataku.
"Aku tak ingin tau tentang pria itu. Aku hanya ingin tau tentang perasaanmu padaku?", kata Hanbin.
"Mwo?", tanyaku terkejut.
Mengapa Hanbin tiba - tiba bertanya seperti itu? Aku harus menjawab apa?
"Mengapa hanya diam?", tanya Hanbin.
"Em, aku tak memiliki perasaan apapun padamu. Jadi, menyerahlah.", kataku.
Aku memang pandai berbohong.
Eo, aku bohong jika aku bilang tak memiliki perasaan apapun padanya. Aku bohong. Jelas semua rasa yang kumiliki tertuju padanya. Aku menyukainya. Aku menyayanginya. Aku mencintainya. Aku merindukannya. Dan aku juga membencinya."Menyerah? Entahlah, bahkan aku belum melakukan apapun untukmu.", kata Hanbin.
"Kalau begitu, kau tak perlu melakukan apapun untukku.", kataku.
"Baiklah jika itu maumu.", kata Hanbin.
"Kuanggap, kau baru saja menolakku lagi.", lanjut Hanbin.
"Aku ingin kau tau, bahwa aku selama ini dijodohkan dengan anak dari teman appaku. Dan selama ini juga, aku sudah 4x berhasil menggagalkan pernikahanku dengannya. Itu karena aku tak mencintainya, tapi aku mencintaimu. Aku mencintai Kim Jennie. Dan juga karena aku sudah memiliki Ella.", kata Hanbin.
Aku benar - benar tak tau harus menanggapinya seperti apa. Aku sangat senang, tau bahwa ternyata selama ini Hanbin belum menikah karenaku dan Ella. Itu artinya dia memang sangat mencintaiku dan anak kami. Tapi, aku masih sangat membencinya. Karena dia, aku diusir dari rumah orang tuaku. Yang artinya, aku sudah tak dianggap anak lagi oleh orang tuaku.
"Karena kau sepertinya memang tak menginginkanku dalam hidupmu, maka aku tak akan memintamu lagi untuk menikah denganku. Untuk perjodohanku, akan kupikirkan lagi. Mungkin aku akan menerimanya jika Ella mengizinkan. Aku juga akan meberikan pengertian pada Ella agar dia mengizinkanmu untuk menikah dengan pria yang kau cintai. Dan lebih baik, kita jalani hidup kita sebagai teman. Tapi, mulai sekarang aku akan menjalankan peranku sebagai seorang appa yang bertanggung jawab untuk Ella.", kata Hanbin.
"Hanbin-a, kurasa kau tak perlu melakukan itu. Aku masih sanggup bertanggung jawab atas anakku.", kataku.
"Jangan seperti itu, Jen. Apa kau lupa, apa yang June katakan tadi? Dalam tubuh Ella, mengangalir darahku juga. Ella adalah anakku juga. Aku adalah appa kandungnya. Jadi, biarkan aku bertanggung jawab penuh atas Ella mulai sekarang.", kata Hanbin.
Sungguh, aku tak tau apa yang harus kukatakan? Apakah orang yang duduk tepat dihadapanku ini benar - benar Kim Hanbin?
Jennie POV End
.
.
Tbc.Gimana part 20nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.

KAMU SEDANG MEMBACA
We Miss You Kim Hanbin
Fiksi PenggemarSuatu hari, ada dua murid SHS yang tak sengaja melakukan kesalahan yang sangat fatal. Dari kejadian tersebut, gadis itupun akhirnya hamil. Dan saat gadis itu meminta pertanggung jawaban dari lelaki yang menghamilinya, lelaki itu malah memintanya unt...