06

1.8K 199 27
                                        

Hanbin POV

Hari ini June pulang ke Seoul tanpaku. Aku sedikit merasa bersalah menyuruhnya pulang sendiri, tapi aku sudah memberinya uang untuk naik kereta ataupun taksi.

"Jadi, sekarang aku harus mulai mencari Jennie kemana?", tanyaku pada pantulan tubuhku di cermin.

"Geurae, sepertinya aku harus datang ke restoran itu lagi.", lanjutku.

|°•○●○•°□■□°•○●○•°|

Setelah sampai direstoran yang semalam kukunjungi, aku langsung mengedarkan pandanganku. Aku mencari sosok Jennie. Tapi, aku tak menemukannya.

Akhirnya aku memilih untuk menunggunya. Aku duduk disebuah meja, dan tak lama ada seorang pelayan yang menghampiriku.

"Selamat pagi, tuan. Anda ingin pesan apa?", tanya pelayan itu.

Jika dilihat - lihat dia sepertinya seumuran dengan Jennie.

"Aku ingin pesan kopi.", kataku.

"Ah, ne tuan. Itu saja?", tanya pelayan itu.

"Hem, itu saja dulu.", kataku lagi.

"Baiklah, mohon tunggu sebentar tuan.", kata pelayan itu, lalu dia ingin pergi namun aku menyuruhnya berhenti.

"Tunggu.",kataku.

"Ne? Apakah anda ingin menambah pesanan ada, tuan?", tanya pelayan itu sambil berbalik menghadap kearahku.

"Apa kau kenal dengan Jennie?", tanyaku to the point.

"Jennie? Kim Jennie? Ah, ne. Saya adalah sahabat dan rekan kerjanya.", jawab pelayan itu.

"Tapi maaf sebelumnya tuan, mengapa anda menanyakan Jennie? Apa anda mengenalnya?", tanyanya balik.

"Ne, dia adalah istriku.", jawabku mantap.

Padahal, Jennie bukan istriku. Jennie hanyalah ibu dari anakku. Tapi, secepatnya aku akan membuatnya menjadi istriku.

"I .. istri? Setau saya, Jennie belum menikah.", kata pelayan itu.

"Ne, maksudku Jennie adalah calon istriku. Jadi, tolong kau panggilkan dia untuk menemuiku.", kataku pada pelayan yang juga adalah sahabat Jennie.

"Tapi, Jennie belum datang tuan.", kata sahabat Jennie itu.

"Mau apa kau datang kesini lagi? Pergilah!", kata Jennie yang datang dari arah belakang sahabatnya itu.

"Jen?",panggil sahabat Jennie.

"Soo-ya, kembalilah ke pantry.", perintah Jennie pada sahabatnya.

"Dan kau pergilah! Baru kemarin aku melihatmu, tapi sudah membuatku sangat muak. Dan apa sekarang? kau malah datang lagi?", tanya Jennie menahan emosi.

"Pergilah dan jangan pernah menginjakkan kakimu lagi di Busan!", lanjut Jennie, lalu dia ingin menyusul sahabatnya tapi aku menahannya.

"Bisakah kita bicara sebentar? Kumohon Jen, sebentar saja.", kataku memohon.

"Bicara? Tentang apa? Masa lalu? Lupakan saja. Sekarang pergilah! Aku sibuk.", kata Jennie lalu mencoba melepas pegangan tanganku pada pergelangan tangannya, namun aku malah mempereratnya.

"Aku tak peduli. Sesibuk apapun kau, kita tetap harus bicara. Dan ini bukan tentang masa lalu kita, melainkan tentang masa depan kita.", kataku, lalu pergi menariknya keluar dari restoran tempatnya bekerja.

"Lepas atau aku akan berteriak bahwa kau ingin menculikku!", ancam Jennie.

"Aku akan bilang bahwa kau adalah istriku.", kataku santai sambil menyeretnya keparkiran.

We Miss You Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang