3. Membantu Roh Gentayangan

14.4K 2.1K 82
                                    

Sore ini rumah Acha tampak sangat sepi karena kedua orangtuanya baru tadi pagi berangkat ke luar kota. Pembantunya yang pergi sedari tadi juga belum juga kembali. Hanya ada tiga buah rumah di sekeliling rumah Acha, satu di antaranya sudah lama di tinggalkan pemiliknya. Dulu Acha tak pernah takut saat berada sendirian di rumah, tapi semenjak ia mulai mendengar ataupun melihat makhluk lain ia tak betah lagi sendirian.

"Ada empat orang dokter yang menghilang secara misterius lima tahun lalu dan dua di antaranya berasal dari rumah sakit yang sama," ucap Acha sambil menuliskannya di buku catatan kecil miliknya.

"Kenapa nggak ada fotonya sih?" gerutu Acha sambil terus memandangi layar laptopnya.

"Temui aja keluarganya satu-satu." Pria berpakaian dokter itu muncul lagi.

"Apa hantu nggak bisa ganti baju ya?" tanya Acha terus memperhatikan Pria itu dari atas sampai bawah.

"Ada masalah dengan baju dokter ini?" Pria itu balik bertanya.

"Seram aja lihatnya putih-putih gitu," ucap Acha lalu kembali fokus pada laptopnya.

"Terus kamu mau lihat baju dokter dengan warna apa? Pink? Atau.... "

"Nama mas siapa ya? Masa iya hantu bisa amnesia sih." Acha kembali menatap Pria itu sambil menyipitkan matanya.

"Panggil aja sayang," ucap Pria itu cengengesan.

"Ketahuan pas mati masih jomblo... Hahaha.. " tawa Acha sudah tak bisa di tahan lagi.

"Coba aja gue masih hidup, udah gue suntik lu pakai obat bius," Pria itu tampak kesal.

"Non Acha lagi ngomong sama siapa ya? " tanya Bi Inah dari luar kamar Acha tiba-tiba.

"Eh... Bibi kapan pulangnya?" Acha balik bertanya agar bisa mengalihkan pertanyaan Bi Inah.

"Baru sampai, Non nggak dengar ya tadi Bibi buka pintu?" tanya Bi Inah bingung.

"Tadi lagi dengerin lagu, Bi. Oh iya Acha minta coklat panas dong." pinta Acha.

"Bibi buatin dulu ya, Non," ujar Bi Inah segera pergi ke dapur untuk membuatkan coklat panasnya Acha.

"Iya, Bi Inah." sahut Acha dari dalam kamarnya.

"Lama-lama semua orang yang kenal gue bakal ngira kalau gue emang beneran gila nih." gerutu Acha dalam hati.

"Cari lagi dong data-datanya," pinta Pria Dokter itu.

"Nyuruh apa merintah?" tanya Acha kesal, ia lalu kembali mencari di internet.

"Emang ada bedanya ya menyuruh sama memerintah?" Pria itu balik bertanya.

"Terserah," ujar Acha datar.

"Bagi perempuan kata terserah itu banyak makna loh, oh lu minta gue ngingat masa lalu gue sendiri ya? Acha Putriasya yang bawel.. Dengar ya.. Pak Dokter udah nggak ingat lagi dan ...,"

"Bisa diam nggak sih?" tanya Acha dengan tatapan tajam.

"Oke, Gue diem nih," Pria itu akhirnya tak lagi melanjutkan bicaranya.

"Kenapa ya gue harus berurusan dengan roh gentayangan gini?" tanya Acha pada dirinya sendiri.

"Lo manusia beruntung yang gue pilih buat menjalankan tugas negara," celetuk Pria itu santai.

"Hantu drama," ledek Acha.

Mencari JasadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang