"Angkat dong, Tur." gerutu Acha sambil terus menunggu teleponnya di angkat Guntur. Ini sudah kali ke enam teleponnya belum di angkat.
Acha berada di tepi jalan raya, tadi saat dia hendak berangkat ke kampus ban motornya bocor dan sekarang ia sedang menunggu angkot sambil berharap Guntur mau menjemputnya.
Tiba-tiba sebuah mobil yang tak di kenali Acha berhenti di depannya. Pengemudi mobil segera membuka jendela yang dekat dengan Acha berdiri. Alvin!
"Banyak juga ya mobil nih cowok." gumam Acha dalam hati.
"Ngapain lo di situ? Minta sumbangan?" tanya Alvin tanpa basa-basi terlebih dahulu.
"Ini cowok nyebelin banget sih!"
"Nunggu angkot." jawab Acha seadanya.
"Motor lo mana?"
"Tadi bannya bocor."
"Ya udah lo bareng gue aja." meski ini tawaran yang bagus karena angkot tak kunjung datang tetap saja kalau yang punya mobil Alvin rasanya bakal nggak enak.
"Makasih ya tapi gue nunggu angkot aja."
"Kalau itu mau lo ya udah." Alvin segera menutup kembali jendelanya. Meski begitu mobil itu tidak langsung berjalan, malahan Alvin keluar dari mobilnya dan segera menghampiri Acha.
"Nggak usah nolak bisa nggak?" tanpa menunggu jawaban Acha, cowok itu segera menarik tangan gadis itu dan membukakan pintu mobilnya.
"Masuk."
"Iya deh."
Setelah Acha masuk ke dalam mobilnya Alvin ikutan menyusul. Mobil kemudian melaju menuju kampus.
"Cha," ujar Alvin memulai pembicaraan.
"Iya."
"Gue sebenarnya mau ngomong sesuatu sama lo makanya gue maksa lo naik mobil gue."
"Jadi lo nggak ikhlas?" gerutu Acha dalam hati.
"Jangan diam aja, Cha." tegur Alvin.
"Lo terpaksa gitu ngantar gue?"
"Jangan marah dong, dengarin penjelasan gue dulu." Alvin menyadari perubahan wajah Acha atas ucapannya tadi.
"Gue mau turun aja!" rengek Acha.
"Jangan masukin hati napa, Cha." spontan Alvin menarik tangan Acha tapi tepat di saat itu ia merasa ada yang aneh. Alvin merasa ada yang memperhatikan mereka dari jok belakang. Buru-buru Alvin melepaskan tangan Acha.
"Jangan berani-beraninya pegang tangan Acha," ujar Dokter Riyan yang hanya di dengar oleh Acha. Acha menoleh ke belakang.
"Cha, gue merasa ada yang duduk di belakang tapi kan di belakang kosong," ujar Alvin sambil fokus ke jalanan di depannya.
"Makanya lo jangan macam-macam sama gue." kini Acha sudah tidak cemberut lagi, ia malah tertawa kecil melihat ulah iseng roh dokter Riyan pada Alvin.
"Lupain aja soal yang barusan. Gue mau bilang sesuatu yang penting nih sama lo."
"Apa?"
"Lo tahu tentang perempuan.... Lebih tepatnya dia makhluk halus.... Yang rambutnya panjang dan sering membawa pisau?"
"Ha? Lo bisa lihat dia?" Acha tidak mengerti dengan ucapan Alvin, jika Alvin melihat Rahayu kenapa dia tidak melihat dokter Riyan?
"Gue kemarin malam pas ngantar lo pulang lihat dia di teras rumah, Lo. Sebelumnya gue sempat lihat dia di kampus beberapa kali."
Alvin teringat kejadian dua minggu lalu saat prodinya ngadain acara, di situ Alvin jadi panitia dan akibat banyaknya yang di kerjakan Alvin pulang sehabis magrib dari kampus. Pulang lama itu terjadi tiga hari berturut-turut dan selama itu pula dia melihat perempuan itu di dekat mobilnya setiap mau pulang.
"Gue masih belum bisa jelasin sama, Lo. Tapi gue rasa dia itu roh gentayangan yang pengen balas dendam sama orang yang udah membunuh dia." selesai berucap begitu Acha tiba-tiba teringat dokter Bima.
"Bima!"
"Bima?" tanya Alvin semakin bingung lagi.
"Kita nggak usah masuk kuliah ya hari ini." pinta Acha.
"Ogah gue, gue mau kuliah."
"Kenapa, Cha?" tanya dokter Riyan dari belakang.
"Bima udah sembuh, gue yakin dia udah nggak gila lagi," ujar Acha lebih untuk dirinya sendiri.
"Pliss.... Kita nggak usah masuk kuliah ya hari ini. Nitip absen aja kan bisa?"
"Kita beda jurusan, Cha. Jadi jangan ajak bolos kuliah bareng dong."
"Yaudah turunin gue sekarang, gue aja yang ke rumah sakit jiwa."
Mendengar ucapan Acha yang begitu serius akhirnya Alvin mengalah. Sebenarnya Alvin sendiri tidak ada jam kuliah hari ini jadi ia bisa pergi kemana saja.
"Iya udah kita nggak usah masuk kuliah."
"Gitu dong."
Alvin tahu rumah sakit jiwa jauh dari sini dan harus dua kali naik angkot, ia tidak tega melihat Acha menunggu angkot lagi seperti tadi.
****
Ini kali kedua Acha pergi ke rumah sakit jiwa untuk menemui Bima, mantan dokter bedah yang juga adik Guntur sahabatnya.
"Kemarin malam Bima teriak-teriak di kamarnya sambil teriak minta maaf." petugas jaga menceritakan hal aneh yang terjadi pada Bima kemarin.
"Minta maaf?" tanya Acha dan Alvin bersamaan.
"Sebenarnya kalau di periksa mungkin saja Mas Bimanya sudah sembuh tapi hal itu tidak di lakukan dokter. Jika pasien itu masih kelihatan parah dokter berpendapat bahwa pasien itu masih butuh waktu pengobatan. Dari yang saya lihat, Mas Bima setiap kali di periksa selalu memperlihatkan tingkah hebohnya tapi saat tidak ada dokter yang memeriksa Bima malah kelihatan seperti orang normal yang sering menyendiri." petugas itu pun merasa bahwa Bima sudah sembuh dari penyakit kejiwaannya.
"Permisi, Mas, Mbak, ini Bimanya." tiba-tiba petugas lain datang bersama Bima.
"Kalau gitu kami mau bicara sama Mas Bima dulu ya." pamit Acha kepada dua petugas itu.
Mereka membawa Bima ke kursi taman di rumah sakit itu.
"Mas Bima." tegur Acha.
Bima diam saja tanpa berniat membalas ucapan Acha.
"Gimana nih, Vin?" Acha mencoba meminta bantuan Alvin. Alvin hanya menaikkan kedua pundaknya tanda tidak tahu.
Tiba-tiba sebuah telpon masuk ke handphone Acha, gadis itu segera mengeluarkan handphone di saku celananya.
"Halo, Tur."
"Cha, tadi lo nelpon gue ya? Maaf tadi gue lagi bawa motor ke kampus, ada yang penting, Cha?"
"Tadi gue minta lo ngantar gue ke kampus tapi ya udah nggak jadi karena gue juga nggak ke kampus."
Sementara Acha menelpon, Alvin mencoba mengajak Bima bicara.
"Tadi gue nanya teman lo, kalian ada jam kuliah. Tadi gue telpon ke rumah kata Mama lo pergi kuliah, jadi lo dimana sekarang?"
"Gue sama Alvin lagi di rumah sakit jiwa lihat abang, Lo. Menurut gue..., " belum selesai Acha menjelaskan tiba-tiba Bima mendorong tangan Acha yang memegang handphone sehingga benda pipih itu terjatuh.
"Cha.... Halo.... " ujar Guntur di seberang sana.
"Dia udah sembuh, Cha," ujar roh dokter riyan di samping Acha.
"Mas Bima! "
Bima menatap Acha nanar.
"Cha," Alvin menarik Acha agar mendekat kepadanya dan menjauh dari Bima.
"Apa mau kalian?"
"Benar ternyata Mas Bima udah sembuh."
"Apa mau kalian?" Bima menanyakan pertanyaan yang sama sekali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencari Jasad
HorrorAcha Putriasya, seorang mahasiswi yang selalu berusaha merebut hati Guntur sahabatnya. Semula hidupnya baik-baik saja sebelum sebuah kecelakaan mengakibatkan ia mulai bisa mendengar dan melihat makhluk supranatural. Hingga akhirnya dia harus berurus...