6. Tewasnya Dokter Alan

12.9K 1.9K 57
                                    

Telah tiga hari berlalu semenjak pertama kali Acha pergi ke Rumah Sakit Mulia , tiba-tiba pagi itu saat Acha sedang menonton TV ada sebuah berita yang membuat Acha benar-benar kaget.

Seorang Dokter dari Rumah Sakit Mulia di temukan tewas akibat di racun.

Berita itu benar-benar menimbulkan tanda tanya besar dalam diri Acha, beberapa hari lalu dia baru memperkirakaan Dokter Alan yang telah membunuh Dokter Riyan. Tapi kini Dokter itu justru telah meninggal akibat di racun. Apakah itu benar-benar di racun atau dokter itu sendiri yang meminumnya? Acha tak habis pikir.

Bahkan sesampainya di kampus pun Acha terus memikirkannya.

"Halo, Tur. Lu ada lihat berita tadi pagi di TV nggak? Dokter Alan meninggal loh? " tanya Acha pada Guntur.

"Iya yah? Gue nggak tahu, Cha," Guntur terkejut.

"Gue makin bingung, Tur. Kalau Dokter Alan aja yang gue curigai sekarang udah meninggal, gue harus gimana lagi?" tanya Acha tampak frustasi.

"Mungkin memang Dokter Alan nggak ada kaitannya sama hilangnya Dokter Riyan, Cha," ujar Guntur berlagak sok bijak.

"Besok gue bakal ke Rumah Sakit Mulia lagi!" tegas Acha dan segera menutup telepon. Acha benar-benar ingin mengungkap misteri di balik kematian dokter-dokter ini.

Karena jam kuliah Acha sudah berakhir hari ini, ia pun memutuskan untuk tidak langsung pulang ke rumah. Acha memilih tetap berada di kampus, ia duduk di salah satu tempat duduk di dekat danau kampus. Acha memang sengaja mencari tempat yang jauh dari keramaian, untuk jaga-jaga jika Dokter Riyan muncul tiba-tiba dan mengajaknya bicara.

Acha terus mencari berita yang berhubungan dengan kematian Dokter Alan di Internet. Seluruh berita itu ada yang berbeda, beberapa mengatakan Dokter Alan di racun tapi di berita lain di duga Dokter Alan meminum sendiri racun itu.

"Lu emang nggak punya banyak teman ya di kampus," ujar Dokter Riyan mengejutkan Acha. Hantu memang paling bisa datang dan hilang sesuka hati.

"Gue punya kok, banyak malahan. Culuma sekarang gue di kira gila sama sebagian teman gue. Gara-gara kebiasaan gue ngomong sendiri ini. Seandainya mereka tahu kalau gue ngomong sama Dokter, mereka pasti nggak akan ngira gue gila lagi." pandangan Acha tetap tertuju pada layar laptopnya.

"Itu artinya lu beruntung, Cha," ujar Dokter Riyan senyum-senyum.

"Beruntung? Jelas-jelas gue sial! " Acha memandang Dokter Riyan sambil menyipitkan matanya, seolah sedang berpikir serius.

"Tampang lu biasa aja kali. Gue jelasin ya kalau lu itu emang beruntung banget bisa kenal sama gue, nggak sembarangan gue kalau mau dekatin manusia." selesai mengucapkan itu Dokter Riyan lalu memandang ke layar laptop Acha.

"Mending lu datang langsung ke Rumah Sakit Mulia deh, tapi gue saranin lu harus hati-hati." kini Dokter Riyan tampak serius.

"Kenapa harus hati-hati? " tanya Acha penasaran.

"Banyak roh-roh jahat di sana, Cha. Saran gue ya lebih baik lu bawa teman ke sana. Tapi gue nggak yakin sih kalau yang lu bawa nanti Guntur," Dokter Riyan tampak terkekeh.

"Guntur kan baik," ujar Acha membela temannya.

"Itu aja sewot." Dokter Riyan berdiri hendak pergi.

"Mau kemana, Dok? "tanya Acha heran melihat Dokter Riyan tiba-tiba hendak pergi begitu saja.

"Kayaknya lu juga harus pergi dari sini sekarang, sedari tadi ada roh jahat yang sedari tadi memperhatikan lu tuh." Dokter Riyan menunjuk ke belakang Acha dengan isyarat mata. Acha menoleh ke belakang. Sosok hitam yang menyeramkan itu terus memperhatikan Acha, tapi Acha tak bisa melihat jelas wajah makhluk tak kasat mata itu. Acha pun segera membereskan barang-barangnya dan segera pergi dari danau kampus itu.

"Sejak kapan lu bisa ngelihat makhluk lain? " tanya Dokter Riyan yang berjalan di samping Acha.

"Sekitar sebulan yang lalu," ujar Acha.

"Lu harus hati-hati sama roh jahat yang berkeliaran,Cha. Mereka sebisa mungkin akan mengajak lu ke Alamnnya." nasihat Dokter Riyan.

"Maksudnya? " Acha masih belum mengerti.

"Dia bakal ambil nyawa lu." kali ini Dokter Riyan sedikit merendahkan suaranya.

"Gue belum mau mati, jodoh gue belum ketemu sama gue," bisik Acha tampak takut, ia merangkul tasnya di dada.

"Lu kira gue mati setelah gue ketemu sama jodoh gue?" Dokter Riyan tampak tersindir.

"Maaf ya Dokter ... Hehehe ... " Acha cengengesan.

"Tiada maaf bagimu, Nak," ujar Dokter Riyan segera melayang mendahului langkah Acha.

"Tungguin!" seru Acha berlari mengejar Dokter Riyan. Semenjak kematiannya Dokter Riyan memang kesepian, ia pergi kesana kemari mencari tahu keberadaan jasadnya tapi tak ada juga hasil. Setelah di pertemuan dengan Acha ia mulai tak kesepian lagi, meski pada nyatanya ia tahu itu takkan lama. Setelah jasadnya di temukan dan di kuburkan secara layak ia akan pergi dan takkan muncul lagi di hadapan Acha.

Mencari JasadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang