Acha mengikuti sang kakek berjubah hitam itu. Ternyata ia di bawa ke rumah kakek itu, rumahnya cukup besar tapi berantakan.
"Ini rumah kakek?" tanya Acha.
"Iya."
"Kenapa kakek bisa ada di sana saat saya di kejar mbak Mirna?"
"Saya kira kamu akan bernasib seperti anak saya makanya saya ikuti kamu."
"Anak kakek?"
"Anakku yang di bunuh secara keji oleh perempuan itu."
"Kalau begitu kenapa mbak Mirna nggak di masukkan kedalam penjara?"
"Tidak ada bukti, bahkan jasad anakku sampai kini belum di temukan."
"Anak kakek perempuan apa laki-laki?"
"Siapa itu, Pak? Reni ya? Reni pulang!" tiba-tiba seorang perempuan paruh baya datang dengan penampilan berantakan.
"Anak kami perempuan." Kakek tadi menjawab pertanyaan Acha yang tertunda di jawabnya.
"Itu bukan Reni, Bu." Kakek berusaha menahan istrinya yang mencoba mendekat kearah Acha.
"Sebaiknya kamu di sini dulu, satu jam lagi anak saya datang. Nanti kamu bisa menumpang dengan mobil dia sampai ke jalan besar."
"Sebaiknya saya pulang sekarang aja, Kek."
"Kamu pikir Mirna tidak akan mencarimu sekarang?"
Acha terdiam, ternyata kakek ini tidak seperti penilaiannya awal. Sebelumnya Acha mengira kalau Kakek itu adalah orang aneh atau semacamnya.
"Foto ini?" Acha melihat foto keluarga yang ada di atas lemari televisi. Itu adalah perempuan yang tadi di lihat Acha merayap di langit-langit rumah Mirna.
"Itulah anak kami," ujar Kakek.
"Sudah berapa lama dia meninggal, Kek?"
"Tiga tahun yang lalu."
****
Mirna segera masuk kedalam rumahnya setelah Guntur dan Alvin pergi. Ia buru-buru memasukkan barang-barangnya kedalam koper.
"Kalau kalian berniat memasukkan saya ke dalam penjara maka kalian juga harus ikut di penjara." ujar Mirna pada dirinya sendiri.
Sebelum pergi Mirna segera mengambil sebuah jimat di dalam lemari, itu adalah jimat pemberian kakeknya agar tidak bisa di ganggu iblis.
****
"Halo, Cha."
"Tur," terdengar suara Acha berbisik dari seberang telepon.
"Lo dimana sekarang? Lo baik-baik aja kan?" Guntur segera mengajukan banyak pertanyaan pada Acha yang akhirnya bisa di hubungi.
"Gue baik-baik aja, Tur. Bentar lagi gue pulang." jawab Acha.
"Gue bakal jemput lo sekarang, sebutin alamat lo."
"Gue bakal pulang sendiri." seketika telepon terputus.
****
"Assalamualaikum.... " anak kakek itu mengetuk pintu rumah beberapa kali hingga di bukakan oleh kakek.
"Waalaikumsalam.... "
"Riki, tolong antar gadis ini sampai ke jalan raya."
"Dia siapa, Pak?" tanya Riki penasaran.
"Target Mirna berikutnya," ujar Kakek yang langsung di mengerti oleh Riki.
Anak kakek itu sepertinya berumur sekitar empat puluh tahunan.
"Dasar perempuan stress, kenapa dia bisa begitu amannya dari semua kesalahannya." gerutu Riki pada dirinyanya sendiri.
"Ayo neng naik mobil bapak, biar bapak antar."
Acha menurut saja, ia segera masuk ke dalam mobil milik pak Riki.
Mobil kemudian melaju meninggalkan rumah kakek tersebut. Sesekali Acha melihat beberapa sosok makhluk gaib. Daerah ini memang masih banyak di huni makhluk dunia lain.
"Oh iya neng kenapa bisa kenal sama Mirna." tanya Pak Riki penasaran.
Acha diam untuk beberapa saat.
"Bapak tahu tentang kasus Mirna yang pernah membunuh temannya saat di rumah sakit, lima tahun lalu."
Pak Riki tidak langsung menjawab, dia tampak cemas. Seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ia urungkan.
"Sebenarnya... "
"Sebenarnya apa, Pak?" desak Acha.
"Maaf, Neng. Kita sudah sampai."
Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai ke jalan raya dan Acha pun di turunkan di depan halte bus.
"Lain kali aja ya neng, bapak harus pulang."
Setelah di paksa akhirnya Acha turun dari mobil pak Riki, mobil itu segera melaju meninggalkan Acha di depan halte.
****
Acha akhirnya sampai di rumah dan ternyata di sana sudah banyak yang menunggunya.
"Kita udah nungguin dari tadi kenapa lo nggak bisa kabarin keberadaan lo? Kenapa, Cha?" tanya Guntur tanpa basa-basi ketika ia bisa melihat wajah sahabatnya itu lagi.
"Gue baik-baik aja, Tur. Lo kan tahu kalau gue ini selalu di dekatin dewi fortuna jadi..., "
"Jadi lo kira gue nggak bakal khawatir?"
"Ih jangan marah-marah gitu dong, gue ini baru pulang lho." rengek Acha, ia berusaha agar Guntur berhenti bertanya terus.
"Kenapa semuanya pakai baju serba hitam?" tanya Acha yang menyadari kalau seluruh orang di dalam rumahnya kini berbaju hitam.
"Kita semua baru pulang dari pemakamannya Bima." jelas Alvin.
"Apa?" Acha tidak percaya dengan apa yang di dengarnya dari Alvin.
"Abang gue di temukan tewas akibat jatuh dari atap rumah sakit." Guntur ikut menjelaskan pada Acha.
Acha tak bisa berkata-kata lagi, kepalanya terasa pusing.
.
.
.
.
.Jangan lupa VOTE ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencari Jasad
HorrorAcha Putriasya, seorang mahasiswi yang selalu berusaha merebut hati Guntur sahabatnya. Semula hidupnya baik-baik saja sebelum sebuah kecelakaan mengakibatkan ia mulai bisa mendengar dan melihat makhluk supranatural. Hingga akhirnya dia harus berurus...