Perlahan-lahan Acha membuka matanya, gadis itu akhirnya sadar dari pingsannya. Selain itu luka akibat benturan batu di kepalanya sudah di obati dan di perban.
"Mama jangan nangis lagi, Acha udah sadar Ma." Acha berusaha memberikan senyumnya pada Mamanya.
"Acha!" Mama segera memeluk Acha yang terbaring di tempat tidur rumah sakitnya.
"Guntur sama Alvin mana, Ma, Pa?" Acha teringat dengan dua lelaki yang siap menolongnya terutama Guntur.
"Mereka masih di kantor polisi untuk di mintai keterangan sebagai saksi. Nanti setelah selesai mereka pasti akan lihat kamu sayang." Mama mengusap rambut anak satu-satunya itu perlahan.
"Pa, kita pindah rumah ya. Acha udah nggak mau tinggal di situ lagi." Pinta Acha kepada Papanya.
"Ia sayang, kamu tenang aja. Malam ini kamu di rawat dulu di sini ya, kata Dokter kondisi kamu sekarang sangat lemah."
"Dokter Riyan! Dokter Riyan dimana sekarang, Ma?" tanya Acha pada mamanya, ia lupa jika dokter Riyan yang ia maksud adalah roh gentayangan.
"Siapa itu, Cha? Dokter yang mengobati Acha namanya Dokter Hendra."
"Nggak ada, Ma."
"Istirahat aja dulu ya, Acha." ujar Papa.
•••••
Keesokkan harinya sehabis sholat zuhur, jenazah Mirna beserta beberapa jasad yang di temukan di rumah Mirna di kuburkan secara layak.
Mirna sangat pandai menyembunyikan kejahatannya, terbukti ketika di periksa di rumah Mirna terdapat suatu ruangan bawah tanah dan di temukan tujuh mayat.
Seluruh orang yang di bunuh di rumah Mirna adalah orang-orang yang penasaran dengan Mirna, bukannya mendapat kebenaran mereka malah di jebak dan di kurung di ruang bawah tanahnya.
Jasad dokter Riyan yang selama ini di cari oleh Acha tak di temukan di rumah Mirna meski sudah berkali-kali di adakan pemeriksaan
Semenjak kematian Mirna, sosok roh Dokter Riyan tak lagi menampakkan diri di depan Acha. Acha sudah melakukan berbagai cara, hingga ia kembali datang ke taman tempat pertama kali bertemu dengan Dokter Riyan. Tapi roh gentayangan yang mendekati Acha demi mencari jasadnya tak pernah muncul lagi.
"Dokter Riyan! Dokter dimana?" tanya Acha sambil menatap sekeliling, taman tempat pery ia bertemu dengan Dokter Riyan cukup ramai sore itu. Beberapa orang terus memperhatikan Acha yang sibuk mengelilingi sebuah pohon besar di taman mendekati danau.
"Ini dokter Riyan yang nggak mau nemuin Acha lagi atau emang penglihatan Acha terhadap makhluk halus sudah hilang ya?" ujar Acha sambil menangis terisak.
Acha sadar penglihatan khusus yang di miliki itu ada semenjak ia mengalami koma dulu dan ia memang incaran Rahayu. Kini musuh Rahayu, Mirna dan Bima telah meninggal.
"Kalau emang dokter mau ninggalin Acha, tolong ucapain kata-kata perpisahan. Acha mau tahu di mana kuburan dokter jika dokter memang telah meninggal, jangan perlakukan Acha kayak gini." Terkadang Acha lupa kalau dia sudah terlalu dekat dengan sosok roh halus itu.
Acha merasa setiap ia bangun tidur di pagi hari, sedikit demi sedikit kenangannya bersama roh dokter Riyan memudar dalam ingatannya. Acha mulai panik.
••••
Hari ini Acha datang bersama Guntur dan Alvin ke rumah kakek berjubah di dekat rumah Mirna.
"Ngapain kita ke sini, Cha?" tanya Guntur sambil memperhatikan rumah di depannya."
"Gue mau ketemu sama Kakek berjubah, mau nanyain apa anaknya sudah di temukan."
"Maksud Lo?" tanya Guntur lagi.
"Kakek berjubah itu pernah bilang anak perempuanya hilang dan mungkin di sembunyikan sama Mirna.
"Udah deh kita cek aja ke rumahnya." ajak Alvin.
Acha, Alvin dan Guntur pun mencoba mengetuk pintu rumah beberapa kali tapi tak kunjung ada jawabannya.
"Kayaknya seluruh penghuni rumah ini pergi deh."
"Sebenarnya gue punya tujuan khusus datang ke rumah kakek berjubah ini." tutur Acha.
"Apa tujuan lo, Cha? Jangan bikin gue khawatir dong, nggak ada yang aneh-aneh kan?"
"Nggak, Tur. Gue tadi malam mimpiin kakek berjubah dan sosok pria yang wajahnya samar meminta tolong kepada gue. Di mimpi gue, pria itu meminta tolong agar gue tetap ingat."
"Kalau cerita yang jelas dong, Cha. Tetap ingat sama apa?" tanya Alvin.
"Gue belum selesai lho ngomongnya. Di mimpi gue itu sosok itu cuma nyuruh gue ingat sesuatu tapi gue juga nggak tahu maksud ingatan yang mana perlu di ingat, yang bikin heran kenapa sosok itu menggenggam tangan kakek berjubah."
"Makanya baca doa kalau mau tidur, Cha."
"Ihhh... Gini amat nasib gue punya teman kayak Lo, Tur. Kadang udah baca doa juga tetap aja mimpi kan."
"Iya deh iya." ujar Alvin da Guntur bersamaan.
"Kita tunggu aja dulu."
•••••
Setelah lebih dari empat jam penghuni rumah yang ditunggu-tunggu tak kunjung pulang. Acha, Alvin dan Guntur berniat henda pulang.
"Kita pulang aja deh, tuh lihat lampu rumahnya aja mati dan di sini udah banyak nyamuk." keluh Alvin.
"Mending dari tadi Lo nggak usah ikut, Vin."
"Emangnya Acha ngelarang? Kan enggak?" tantang Alvin pada Guntur.
"Kalian udah deh jangan ribut, pulang yuk."
Mereka bertiga berjalan menuju mobil Alvin. Tepat saat mereka hendak membuka pintu mobil, terdengar suara langkah kaki pejalan kaki dari belakang mereka.
"Menunggunya terlalu lama ya?"
Acha, Alvin dan Guntur memperhatikan sumber suara. Itu kakek berjubah. Kali ini pria tua itu berpakaian rapi seperti habis pergi ke acara penting.
Kakek kemudian mengajak Acha, Guntur dan Alvin untuk masuk ke dalam rumahnya.
Setelah istri sang kakek menjamu hidangan untuk tamu, kakek berjubah mulai bercerita. Ia membeberkan sebuah rahasia yang ia sembunyikan selama ini.
"DOKTER RIYAN MASIH HIDUP?" tanya Acha tak percaya setelah mendengar cerita dari Kakek.
.
.
.
.
.AUTHOR : Mau next sekali banyak part-nya atau 1 part sehari gini?
Mencari Jasad emang bikin pembaca mencari-cari ya🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencari Jasad
HorrorAcha Putriasya, seorang mahasiswi yang selalu berusaha merebut hati Guntur sahabatnya. Semula hidupnya baik-baik saja sebelum sebuah kecelakaan mengakibatkan ia mulai bisa mendengar dan melihat makhluk supranatural. Hingga akhirnya dia harus berurus...