22. Pisau Itu Lagi

9.3K 1.4K 38
                                    

Acha menyisir rambutnya di depan cermin kamar, bersiap hendak ke kampus. Mama sedang memasak di dapur sedang Papa sudah berangkat ke kantor.

Saat asyik memakai make up tiba-tiba ada sosok yang ganjal di belakang Acha. Acha menaruh bedak di tangannya kembali ke meja. Dari cermin hias terlihat sosok perempuan berbaju putih berdiri di belakangnya. Rahayu!

Acha segera menoleh ke belakang.

"Pergilah ke rumah Mirna, Cha," ujar Rahayu lirih tapi Acha masih bisa mendengarnya.

"Mbak Mirna tidak ada di rumah itu, Mbak Ayu," ujar Acha.

"Perempuan yang kamu temui kemarin itu adalah Mirna,"

Acha terkejut dengan penjelasan Rahayu.

"Pergilah kesana sekarang, bantu aku membalaskan dendamku, Cha. Waktuku tidak lama lagi."

Sesaat kemudian Rahayu menghilang. Acha kemudian mencoba menghubungi Alvin beberapa kali tapi tak di angkat. Akhirnya Acha memutuskan untuk pergi sendiri ke tempat Mirna.

****

Guntur sudah bersiap-siap hendak pergi ke kampus, tapi tiba-tiba pihak rumah sakit tempat Bima di rawat menelponnya.

"Assalamualaikum, apa benar ini saudara Guntur adiknya Bima Gumilang?" tanya petugas rumah sakit di telpon.

"Iya, ada apa ya pak?"

"Bima, saudara anda. Tadi pagi di temukan tewas karena terjatuh dari atap rumah sakit. Kini Bima sudah di bawa ke rumah sakit umum untuk di otopsi."

"Apa? Bima jatuh dari atap? Baik saya akan segera kesana sekarang, Pak." Guntur segera menutup telpon dan bergegas ke rumah sakit jiwa.

****

"Menurut hasil pemeriksaan polisi dan dokter terdapat tusukan oleh benda tajam di sekitaran perut dan saat di periksa ke atap memang di temukan sebuah pisau yang berlumur darah." jelas Dokter yang menangani Bima.

"Kenapa dia bisa ada di atap, Dok?" desak Guntur.

"Kami sudah lihat cctv dan hasilnya terlihat Bima naik sendiri ke atap, mungkin Bima berniat bunuh diri karena ia membawa pisau," ujar petugas rumah sakit jiwa yang mengantar Bima ke rumah sakit umum.

"Boleh saya lihat pisaunya, Pak?"

Petugas rumah sakit jiwa itu segera meminta persetujuan polisi yang ikut memeriksa Bima.

"Ini, Mas," polisi itu memperlihatkan sebuah pisau, pisau itu sepertinya pernah di lihat oleh Bima.

"Acha!"

"Terimakasih, Pak." ujar Guntur pada polisi. Ia kemudian memilih menelpon Acha.

Beberapa kali panggilan masuk tapi tak di angkat oleh Acha.

"Angkat, Cha. Angkat!"

Guntur kemudian mencoba menelpon beberapa teman Acha.

"Halo, Del," akhirnya teman sekelas Acha di kampus yang bernama Della mengangkat telpon Guntur.

"Iya, Tur."

"Acha masuk kampus nggak, Del?"

"Nggak tuh, gue rasa dia nggak datang. Ini gue lagi di kelas nih lagi kuliah."

"Lo tahu biasanya dia sama siapa?"

"Sama anak psikolog yang namanya Alvin."

"Lo punya nomor telpon dia nggak?"

"Nggak."

"Oke makasih, Del." telepon pun berakhir.

Guntur mencoba mengubungi beberapa temannya yang cowok dan menanyai tentang Alvin. Ternyata ada satu temannya yang kenal dengan Alvin. Temannya kemudian memberi alamat rumah Alvin karena Alvin sudah beberapa kali di hubungi tapi handphonenya mati.

Guntur segera menelpon kedua orang tuanya untuk mengurus jenazah Bima. Ia sendiri bergegas mencari Alvin.

****

"Assalamualaikum.... " Guntur mengetuk pintu rumah besar itu beberapa kali.

"Waalaikumsalam.... " seorang cowok yang seumuran dengan Guntur membukakan pintu.

"Alvin mana?" tanya Guntur tanpa basa-basi.

"Gue, kenapa emangnya?" tanya Alvin bingung.

"Lo tahu kemana Acha?"

"Nggak tahu,"

"Gue serius."

"Gue nggak tahu, lo yang namanya Guntur ya?" tebak Alvin yang ingat bahwa Acha menceritakan dirinya punya teman lelaki bernama Guntur yang di kenalnya sejak SMA.

"Iya, apa lo tahu Acha punya rencana mau pergi ke suatu tempat gitu?"

"Kemarin dia bilang mau ke rumah Mirna. Eh lo nyariin dia? Jangan-jangan dia nekat ke sana sendiri." Alvin yakin cewek itu nekad ke rumah Mirna.

"Bima abang gue tewas karena jatuh dari atap rumah sakit tengah malam. Dia adalah orang yang di incar oleh Rahayu. Gue yakin sasaran Rahayu berikutnya adalah Mirna, kalau Acha pergi ke sana itu tandanya Acha dalam masalah."

"Kita kesana sekarang." Alvin bergegas mengunci pintu rumahnya dan menuju mobilnya.

"Lo nggak bawa motor?" tanya Guntur.

"Gue nggak punya motor, lo bareng gue aja naik mobil. Motor lo tinggal aja."

"Naik motor lebih cepat." sebenarnya Guntur tidak terlalu suka berurusan dengan cowok bernama Alvin ini.

"Kalau gue ikut lo terus Acha gimana? Tadi malam Acha sempat kirim pesan ke gue dan bilang kalau motornya rusak, dia pasti naik taksi ke rumah Mirna."

Mendengar penjelasan Alvin akhirnya Guntur mau juga naik mobil Alvin. Apapun akan Guntur lakukan agar ia cepat sampai di tempat Acha berada sekarang.

****

Mobil Alvin melaju kencang menuju rumah Mirna, kedua cowok itu kini sibuk dengan pikiran cemasnya masing-masing akan Acha.

"Cha, gue nggak mau sesuatu terjadi sama lo. Bima pernah bilang kalau Mirna itu pembunuh, Cha," ujar Guntur dalam hati.

"Dasar cewek keras kepala, udah gue bilang jangan ke sana sendiri tetap aja ngotot sendirian kesana," ujar Alvin dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Makin greget dan bikin penasaran ya!

Mencari JasadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang