"Halo, Riyan. Riyan!" telepon dari Riyan tiba-tiba di tutup. Dokter Alan sendiri baru saja keluar dari ruang pasien setelah ia melakukan pemeriksaan.
"Bima sudah keterlaluan," gerutu Alan kesal. Ia segera bergegas pergi ke rumah Bima yang memang tidak terlalu jauh dari rumah sakit.
Sambil mengemudi mobilnya di lihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh menit. Tak lupa ia juga mengubungi polisi.
*****
"Bagaimana ini, Mas?" tanya Mirna panik. Kini di hadapannya ada mayat Rahayu dan Riyan yang masih hidup tapi dalam kondisi kritis.
"Pak Kardi?" Bima menyadari kalau tukang kebunnya ternyata masih ada di luar rumah dan sedang mengintip dari luar jendela.
Pak Kardi terlihat terkejut tapi ia tidak berusaha lari. Bima segera menyuruh Pak Kardi masuk.
"Kami minta tolong bantuan, Bapak." Bima memohon.
"Aku punya rumah yang memang jarang di tinggalin, taruh di sana saja Rahayu." usul Mirna. Mereka menyepakati usulan nekad itu.
Bima dan Pak Kardi kemudian mengangkat mayat Rahayu untuk di bawa ke dalam mobil Mirna. Memang saat hendak ke rumah Bima tadi Mirna menyuruh Riyan membawa mobilnya saja. Riyan sendiri hanya punya motor.
Setelah jasad Rahayu sudah di masukkan ke dalam mobil, tiba-tiba terdengar suara mobil polisi dari kejauhan.
Lokasi rumah Bima memang sepi juga. Karena takut Bima segera menyalakan mobil dan meninggalkan rumahnya bersama Mirna dan Pak Kardi. Riyan yang masih dalam keadaan kritis masih berada di dalam rumah Bima.
Salah satu mobil polisi terus mengejar mobil milik Bima. Jalan yang sepi dan di kelilingi pohon membuah jalanan begitu mencekam.
Ketika berada di pembelokan, saat itu jarak mobil Bima dan mobil polisi lumayan jauh. Mirna memberanikan diri membuka pintu dan melompat keluar dari mobil. Tubuh perempuan itu mengeling dan jatuh ke dalam semak-semak yang rimbun.
"Sial!" Bima mengumpat.
****
Guntur dan Alvin akhirnya tiba di depan rumah Mirna. Mereka segera mendatangi rumah itu.
Saat melihat pintu rumah itu terbuka kedua cowok itu langsung masuk dan mencari Acha.
"Acha! Gue tahu lo ada di sini, Cha!" Guntur mendatangi semua ruangan begitupun dengan Alvin.
"Nggak ada, Tur."
Mereka akhirnya mencoba mencari ke sekeliling rumah tapi hasilnya sama, Acha tidak ada begitupun dengan Mirna.
"Gue yakin pasti udah terjadi sesuatu tadi di rumah ini," ujar Alvin.
Sementara itu Mirna bersembunyi di balik pohon besar yang ada tidak jauh dari rumahnya. Ia menunggu sampai kedua cowok itu pergi.
Mirna sendiri kehilangan Acha, ia tak tahu kemana hilangnya gadis itu. Meski begitu ia yakin Acha masih berada di sekitar sini tapi ia tak bisa mencari lagi karena kehadiran dua cowok itu.
"Handphonenya nggak aktif." Alvin tampak sangat cemas, kali ini ia merasa sangat bersalah pada Acha.
"Kita lapor polisi aja." usul Guntur.
"Jangan, Tur. Dia belum hilang dua puluh empat jam dan kita nggak punya bukti." jelas Alvin.
"Terus sekarang kita kemana nyari Acha? Kemana?" Guntur sudah tak bisa menahan emosinya.
"Kita pulang aja gue juga bakal minta bantuan teman-teman gue."
.
.
.
.
.
.
Kemana perginya Acha?
Greget banget ya.
Jangan lupa VOTE!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencari Jasad
HorrorAcha Putriasya, seorang mahasiswi yang selalu berusaha merebut hati Guntur sahabatnya. Semula hidupnya baik-baik saja sebelum sebuah kecelakaan mengakibatkan ia mulai bisa mendengar dan melihat makhluk supranatural. Hingga akhirnya dia harus berurus...