Kini Acha berada di dalam kamarnya, jam di dinding menujukkan pukul sembilan pagi.
"Lo nggak berangkat kuliah hari ini?" tanya dokter Riyan pada Acha yang sedari tadi sibuk dengan catatannya.
"Dokter kenapa kemarin nggak ikut sama Acha saat Acha di rumah kakek berjubah itu?"
"Itu.... Gue cuma bisa berdiri di depan rumahnya dan nggak bisa masuk. Menurut gue tempat itu punya petunjuk tentang kematian gue makanya gue nggak bisa masuk."
"Ha? Bukannya pasti bisa masuk ya."
"Nggak segampang itu, Cha. Roh gentayangan kayak gue emang nggak mudah buat mengetahui sebab kematian gue."
"Dokter yakin kalau dokter memang sudah meninggal?"
"Kenapa nanya itu, Cha."
"Itu kan dokter aja bingung jawabnya, mungkin aja sebenarnya Dokter masih hidup. Tapi Acha cuma menerka-nerka aja ya."
"Yang terpenting sekarang cara menangkap Mirna, Cha."
"Hmm... Kenapa mbak Mirna nggak merasa ketakutan ya padahal di rumahnya banyak makhluk lain."
"Hmm.... "
"Jimat!" sahut Acha yakin.
"Nah itu maksud gue."
"Pasti ada cara buat ngilangin kekuatan jimat itu?" tanya Acha.
"Lo harus rebut jimat itu, Cha. Tapi Itu berbahaya mengingat Mirna udah jadi orang yang sangat berbeda. Dia berani melakukan apapun demi mewujudkan keinginannya."
"Rumit banget ini masalahnya." Acha tampak frustrasi.
"Gue tahu gue salah, Cha. Gue nggak seharusnya menyuruh Lo masuk dalam masalah gue."
"Ini bukan salah Dokter. Acha yakin kalau hal yang menimpa keluarga Acha itu berkaitan dengan Guntur." Acha mencoba mengingat-ngingat kejadian saat kecelakaan bus kampus dulu.
"Guntur sama Lo nggak ada urusannya sama masalalu kami."
"Guntur adiknya Dokter Bima. Menurut perkiraan gue, Dokter Bima sembuh beberapa hari sebelum kecelakaan gue saat tugas penelitian kampus."
"Hubungannya apa?" Dokter Riyan tampak tidak mengerti.
"Gue koma seminggu akibat kecelakaan itu. Sedangkan teman gue yang lain mengalami luka tapi gak sampai koma. Menurut kabar yang beredar, waktu itu supir busnya melihat penumpang gelap di antara penghuni bus."
"Penumpang gelap? Supir busnya bisa lihat makhluk gaib juga?" Dokter Riyan makin penasaran.
"Penumpangnya berpenampilan mirip sama kami mahasiswa tapi dia cuma menunduk aja, sesaat sebelum kecelakaan supirnya ngelihat penumpang itu malah nyebrang di jalan. Trus kecelakaannya terjadi. Itu semua cerita yang gue dengar dari anak kampus ya." Acha akhirnya selesai menjelaskan kejadian lama itu.
"Sebaiknya lo nggak usah lagi membantu gue."
"Gue tetap akan nyari jasad dokter. Sekarang dokter Bima sudah meninggal dan target Rahayu berikutnya adalah Mirna. Rahayu pasti tidak bisa mendekati Mirna dengan mudah karena Mirna punya jimat. Hal itulah yang membuat Rahayu membutuhkan gue."
"Gue khawatir kalau nanti Lo malah di lukai sama Mirna."
"Gue bisa minta bantuan Guntur atau Alvin, tapi lebih baik Alvin sih. Walau gimanapun Guntur itu adikknya Bima. Mirna pasti juga benci dengan Guntur."
"Gue cemburu dengan dua cowok itu, ingin rasanya gue hidup sekali lagi." Dokter Riyan tersenyum tipis.
"Idih... Amit-amit gue di sukai sama setan."
"Berani Lo sama gue ya."
"Berani dong hehehe.... " Acha malah cengengesan.
"Itu cewek kenapa ya?" dua orang laki-laki yang sedang minum di cafe itu memperhatikan Acha.
Acha balik memandangi kedua cowok itu. " Ada apa, Mas?"
"Nggak apa-apa, mbak."
"Kayaknya gue harus pergi dari cafe ini." Acha lalu membereskan barang-barangnya yang ada di atas meja.
****
Sudah dua minggu ini Mirna terus mengintai Acha secara diam-diam. Ia tahu kalau Acha suka berbicara sendiri, meski tidak bisa melihat sosok yang ada bersama Acha.
"Sekarang Lo mau kemana, Cha?" tanya Dokter Riyan.
"Jalan-jalan sama dokter." jawab Acha cengengesan.
"Bahagiakan di dekat gue?"
"Di kira gila gue yang ada." Acha berpura-pura cemberut.
"Eh... Dokter nggak ingat tanggal kematian Rahayu dan dokter sendiri?"
"Lo kira ulang tahun pakai acara ingat tanggal segala, yang gue alami ini kematian bukan lahiran, Cha."
"Semuanya mulai jelas sekarang, Dok. Acha ngerti sekarang, yah semoga aja apa yang Acha perkirakan ini benar."
"Jelasin dong biar gue ngerti." pinta Dokter Riyan.
"Tiga tahun belakangan Acha emang sering ngalamin hal-hal aneh setiap bulan Agustus. Tahun ini puncaknya karena Acha sekarang bisa lihat makhluk gaib." jelas Acha.
Tiba-tiba handphone Acha bergetar, sebuah pesan masuk yang dari Guntur.
Guntur : P
Guntur : Lo dimana, Cha?
Acha : Lagi jalan-jalan
Guntur : Gue nanya Lo lagi dimana? Lokasi?
Acha :Di (Acha menyebutkan lokasinya)
Guntur : Tadi teman gue ada yang lihat Lo, kata dia ada yang ngikutin lo dan itu mencurigakan banget. Coba perhatiin sekeliling, Cha.
Acha : Teman Lo salah lihat kali. Gue lagi sendiri dan baik-baik aja.
Acha lalu memasukkan kembali handphonenya kedalam saku celananya. Ia ingin menghabiskan hari ini dengan Dokter Riyan, roh gentayangan yang rupawan sekaligus menakutkan.
"Ayo!" ajak Acha.
"Kemana?"
"Taman." jawab Acha cepat.
.
.
.
.
.
.
.
Pengumuman : Mencari Jasad akan perpanjangan part, mohon bersabar ya 🙏❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencari Jasad
HorrorAcha Putriasya, seorang mahasiswi yang selalu berusaha merebut hati Guntur sahabatnya. Semula hidupnya baik-baik saja sebelum sebuah kecelakaan mengakibatkan ia mulai bisa mendengar dan melihat makhluk supranatural. Hingga akhirnya dia harus berurus...