Chap 26

5.1K 348 65
                                    

Sejujurnya, bukan tanpa sebab Irene selalu memikirkan tentang perkataan Jisoo satu bulan yang lalu.

Dia penasaran dan sampai saat ini belum ada yang bisa menjawab maksud dari perkataan Jisoo, termasuk Ayahnya.

"Sayang, besok ketemu Jisoo yuk. Aku mau nanya maksud omongan dia," ucap Irene.

Suho menghela napas. Pasalnya dia selalu mendengar Irene merengek ingin bertemu Jisoo. Padahal, Suho hanya takut jika Jisoo akan berbuat sesuatu lagi pada istrinya.

Seketika ruang keluarga menjadi sangat hening, hanya jarum jam yang terdengar.

Suho menatap Irene yang terdiam menatapnya, kemudian dia menggeser tubuhnya untuk berhadapan dengan Irene.
"Aku khawatir kalau dia berbuat nekat ke kamu," ucap Suho.

Irene tersenyum, lalu tangannya membingkai wajah Suho, "Disana banyak polisi, jadi buat apa takut. Lagi pula, kan ada suami aku yang nemenin buat ketemu dia,"

Dengan berat hati, Suho mengangguk pasrah. Masalah ini harus segela diselesaikan, kalau tidak istrinya akan lebih bawel lagi karena rasa penasarannya.

Irene tersenyum senang, kemudian dia memeluk Suho dan mengucapkan terima kasih.

Hal itu berdampak pada Suho, dia mengangkat tubuh Irene untuk berada dipangkuannya dan menatap mata sang istri secara dalam. Tangannya tak tinggal diam, dia menyentuh perut buncit Irene dan mengelusnya.

"Aku mau ketemu baby," ujar Suho dengan suara yang mulai berubah.

Wajah Irene seketika memberenggut, lalu dia menggeleng. "Masih siang dan aku capek," ucap Irene dengan manja.

"Batal berarti nih ya ketemu Jisoo nya,"

Lagi.

Irene tambah menggeleng, dia memeluk Suho dan membenamkan wajahnya pada lekukan leher Suho.

"Kenapa sih sukanya maksa?" Tutur Irene masih dalam posisi yang sama.

"Kan yang penting kamu suka,"

Dan Suho segera menggendong Irene untuk ke kamar mereka berdua. Pergulatan panas pun dimulai, walau suhu AC sudah pada suhu terendah tapi mereka tak bisa melawan panasnya kegiatan mereka, ya seketika panasnya matahari tak berarti apapun bagi mereka.

-

Suho terbangun dari tidurnya karena perutnya yang mengaung meminta makan. Dia memperhatikan Irene yang masih tertidur lelap.

Dia bangkit dan membersihkan diri di kamar mandi. Hanya butuh 10 menit, setelahnya Suho sudah memakai piyama.

Kaki Suho melangkah untuk membuat kopi yang akan menemaninya untuk memakan roti. Perutnya benar-benar sudah keroncongan, pengin makan mie tapi tak bisa membuatnya. Ya nasib.

Satu gelas kopi sudah tandas. Dia menatap ke lantai atas, istrinya belum juga keluar dari kamar. Apa dia harus membangunkan Irene?

Belum sempat untuk bangun dari duduknya, Irene sudah turun dengan piyama yang sama seperti Suho dan handuk yang berada dikepalanya.

"Aku laper," ujar Irene pada Suho. "Mau makan sate kelinci," lanjutnya sambil menaruh kepala pada meja makan.

Suho bingung. Sate kelici dimana ada yang jual? Setau dia hanya di puncak yang jual sate kelinci itu, dan itu tak mungkin untuk ia sambangi.

"Jauh sayang, adanya di pucak. Yang lain aja ya?" Bujuk Suho.

Mata Irene seketika memanas. Dia menatap Suho dengan melas, dan Suho tak tahan dengan wajah istrinya yang seperti itu.

Promise | Suho x Irene (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang