Chap 12

5.5K 433 50
                                    

Irene saat ini sudah sampai di butik, dan dia langsung menuju ruang kerjanya dengan sebelumnya para pekerjanya menyapa dia.

Saat didalam ruangan, Irene dihadapkan pada Jennie yang sedang serius berbicara dengan seseorang di balik telpon.

"Kak! Udahlah, urus saja urusan kakak, gak usah mengatur hidupku kalau hidup kakak aja gak bener!"

"..."

"Datang saja kalau kakak tau tempat kerja ku,"

Irene yang sudah mulai fokus tanpa memperdulikan debat antara Jennie dan lawan bicaranya kembali harus memperhatikan Jennie karena tiba-tiba dia menaruh ponselnya dengan dibanting.

"Kak, gak denger kan tadi aku ngomong apa?" Tanyanya dengan wajah lesu.

"Penginnya sih gitu, tapi suara kamu yang udah kayak toa gimana bisa buat aku gak denger,"

Dan setelahnya Irene lebih memilih kembali fokus pada desainnya sebelum ke tahap penjahitan.

"Pesanan untuk besok gimana? Sudah berapa persen?" Tanya Irene tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Jennie.

"Enam puluh persen, payet di bagian pinggulnya kurang dan barangnya katanya bakal dikirim siang ini,"

"Kalau tau finishing bentar lagi aku ikut saja dengan Suho." Gumam Irene yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Ia menyesal karena tidak mau ikut suaminya, karena ia pikir pesanan baju itu belum mencapai 50 persen, tapi nyatanya sudah sejauh itu. Nasi sudah menjadi bubur.

Baru saja memikirkan sang suami, nama itu tertera pada ponselnya.

MrBunny♡

Sayang, aku udah sampe sby. Kamu lagi apa?

Syukurlah, lagi desain buat produk baru. Kamu sendiri?

Aku lagi siap-siap, rapat sbntr lagi mulai. Maaf gak bisa telfon ya,

Its okey

Setelah itu tidak ada balasan lagi dari Suho, ia pikir mungkin saja rapat yang dimiliki suaminya itu dimulai. Irene memaklumi, Suho dan perfeksionis-nya memang patut diacungi jempol. Mungkin, karena hal ini juga dia sudah bisa menempati urutan pertama perusahaan IT yang ada di negara ini.

Waktu berlalu begitu cepatnya, jarum jam menunjukkan pukul delapan malam. Irene yang tak sadar langsung membereskan baranh bawaanya dan segera pulang mengingat pasti para sahabatnya sudah berada dirumahnya.

"Jen, aku pulang dulu ya, kamu mau nginep disini?" Tanya Irene melihat Jennie yang masih betah duduk di kursi kerjanya.

"Yups, aku tidur disini. Gak apa-apa kan kak?"

"Gak pa-pa, tidurnya di sofa jangan di kursi itu," Irene menunjuk kursi yang diduduki Jennie dengan dagunya.

Kebetulan sekali, ruangan mereka terdapat sofa yang memang disediakan untuk para tamu yang akan memesan baju. Dan butik ini juga dilengkapi dengan dapur kecil, untuk membuat minuman bagi para tamu.

"Iya kakak, dah sana pulang! Hati-hati ya!"

"Ngusir kamu. Aku pulang dulu," Irene pun keluar dari ruangannya diikuti Jennie yang akan mengunci pinti butik ini.

Lambaian tangan diberikan Jennie pada saat Irene sudah memasuki mobilnya.

Diperjalanan, Irene menelpon Yeri untuk menanyakan bahwa mereka sudah makan atau belum. Yang ternyata seperti dugaannya para sahabatnya belum ada yang makan di jam yang memasuki pukul setengah sembilan.

Promise | Suho x Irene (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang