Chap 22

4.4K 312 68
                                    

Ketika malam menampakkan jati dirinya, kedua anak manusia itu masih tetap dalam keadaan yang terbilang masih panas.

Karena sudah berulang kali Suho meminta maaf, namun juga berulang kali Irene menjawabnya dengan sinis.

Irene terus saja memainkan ponsel, mengabaikan Suho yang dari siang tadi menatapnya dengan pandangan memelas. Sedangkan orang tua mereka, sudah pulang baru saja.

"Aku harus apa lagi biar bisa dapet maaf dari kamu?" Ujarnya terdengar sangat frustasi.

Irene masih sama. Dia mengabaikan ucapan Suho. Dia malah asik berselancar di media sosial. Namun, satu hal yang membuat emosinya kini kembali naik. Saat ia sedang memainkan akun Suho, satu notifikasi yang baru sempat ia buka membuatnya tambah geram.

"Makin ketauan busuknya," gumam Irene pelan namun masih bisa terdengar oleh Suho.

Dia langsung merebut ponsel milik Irene, dan matanya terbelalak melihat postingan mantan sekretarisnya. Kenapa bisa perempuan itu selancang ini? Sulit untuk dipercaya karena wajahnya yang terbilang polos.

***

Sementara ditempat lain. Nama yang membuat hubungan suami istri itu merenggang sedang melepaskan penatnya di salah satu bar terkenal di ibu kota.

"Bodoh banget dia, lagi apa cantiknya si nenek tua itu sih?!" Ucapnya lebih bisa dibilang gurauan karena sudah setengah mabuk.

"Pulang yuk Soo, kalau kamu ngelakuin ini emang bikin selesai masalah?" Ujar seseorang yang menemaninya.

"Lo gak tau apa yang gue rasain Jin! Lebih baik diam, kalau gak mending lo pergi aja dari sini!" Bentaknya dengan nada frustasi.

Jin seolah tuli, dia membawa perempuan itu dengan paksa untuk masuk kedalam mobilnya.

Sontak Jisoo memukul bahu Jin dengan ganas, "lepasin gue brengsek! Gue masih mau bersenang-senang didalam sana!" Teriaknya.

Semua tak mudah bagi Jin, mengingat tubuh Jisoo yang tinggi dan besar. Tapi, ia berhasil memasukkan Jisoo kedalam mobilnya.

Jisoo mengabaikan itu, kepalanya sudah berdenyut. Rasanya ia ingin berbaring. Tapi, sebelum kesadarannya hilang dia menelpon seseorang.

"Sekarang atau sesuatu yang gak lo inginkan bakalan terjadi!"

Dan setelah panggilan itu terputus, kesadaran Jisoo benar-benar hilang.

***

Paginya, Irene sudah keluar dari rumah sakit. Dan dia akan ke butik. Sekedar menyibukkan dirinya saja, karena bagaimanapun masih terasa sulit untuk memaafkan Suho. Entah sudah kali berapa dia kecewa, kali keberapa pula Suho seolah mengulang kesalahannya lagi. Jadi, biar rasa kecewanya hilang baru is bisa memaafkan Suho.

Karena sopir pribadi Irene hari ini izin tidak masuk, jadilah Irene meminta Rose menjemput dia untuk berangkat ke butik.

Irene sudah memoleskan make up tipis pada wajahnya, sekedar menghilangkan wajah pucatnya. Dan dia segera berangkat, meninggalkan Suho yang masih memakai baju di walk in closet.

Saat ingin membuka pintu, tangannya dicekal. Irene menoleh kebelakang, mendapati Suho yang menatapnya dengan dasi yang tersampir di lehernya.

Irene mengerti, ia lupa akan kewajibannya. Dengan diam, dia memasang dasi Suho dan merapikan jas Suho.

Tangaannya yang sudah memegang kenop pintu terhenti, tanpa berbalik dia berkata, "Sarapan kamu udah aku siapin, hati-hati bawa mobilnya,"

Dan setelah itu, Irene benar benar hilang dari pandangan Suho. Suho mengikhlaskan respon dari Irene, istrinya mungkin hanya butuh waktu sendirinya. Mengingat, hal seperti ini membuat mereka merenggang.

Promise | Suho x Irene (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang