Bab 15

2.5K 278 27
                                    

"Selamat pagi tuan putri."

Laura tersenyum geli. "Pagi Rayyan."

Laura pamit pada Mamanya, begitu juga Rayyan. "Tante, anak gadisnya saya pinjem ya?" tanya Rayyan yang membuat Mama Laura tertawa kecil.

"Hati-hati Yan, Ra."

"Tante jangan kangen."

Mama Laura dan Laura tertawa mendengar celetukkan Rayyan. Pagi itu Laura sudah berdoa supaya UN hari pertamanya lancar-lancar saja. Pasalnya ia sudah rela memotong waktu tidurnya, belajar mati-matian demi UN. Bahkan Rayyan sampai menelfonnya puluhan kali, menyuruh Laura untuk tidur. Tapi Laura yang keras kepala mematikan ponselnya dan kembali melanjutkan belajarnya.

Di sekolah, Rayyan mengantar Laura sampai di ruangannya barulah ia pergi ke ruangannya. Ah ya, mereka berbeda sesi dengan Gama. Laura dan Rayyan kedapatan sesi paling pertama, dan Gama sendiri dapat sesi kedua, di ruangan yang sama dengan Laura. Laura menarik nafasnya panjang kemudian menghembuskannya perlahan, ia membuka matanya perlahan melihat soal Ujian yang terpampang di layar komputer.

Ujian hari pertamanya telah selesai, dan Laura mengerjakannya dengan lancar. Walaupun ada beberapa soal yang membuat Laura bingung, tapi semuanya bisa Laura atasi. Rayyan yang sedari tadi menunggu Laura keluar dari ruangannya pun menghampiri perempuan itu.

Senyum lebar tercetak di sana. "Gimana? Lancar?"

"Lancar."

Rayyan tersenyum senang. "Mau makan siang dimana?"

"Gue boleh makan bakso nggak Yan?"

"Nggak boleh."

Laura mengernyit. "Ih, kenapa?"

"Lo kalo makan bakso kuahnya sambel, nggak boleh."

Laura tersenyum kecil. "Kali ini nggak deh. Pake sambelnya cuma sedikit," tawar Laura yang mendapat gelengan dari Rayyan, "Yan, dikit aja, 2 sendok."

"Nggak."

"Yaudah 1 sendok?"

"Nggak, Laura."

"Nggak usah pake sambel deh, yang penting makan bakso."

Rayyan menggeleng lagi membuat Laura mencebik, melihat itu, Rayyan langsung tertawa kecil. "Mau makan es kelapa nggak?" tawar Rayyan yang membuat Laura kembali tersenyum lebar.

"Mau!"

Rayyan diam, membuat Laura berdecak. "Ih Rayyan! Mau es kelapa."

"Yaudah ayo."

Setelah makan es kelapa, tujuan kedua mereka adalah makan bakso. Ini sebenarnya terpaksa karna Laura tak henti-hentinya memaksa Rayyan untuk menemaninya makan bakso. Rayyan yang tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa mengiyakan ajakan Laura. Dan di sinilah mereka sekarang, Laura yang sibuk dengan baksonya, dan Rayyan yang sibuk memeluk botol sambal yang berada di meja mereka. Sedari tadi Laura merayu Rayyan agar laki-laki itu melepaskan botol sambal yang Rayyan pegang. Walaupun tak mendapatkan sambal itu, Laura cukup terhibur karna raut wajah Rayyan.

Laura tertawa kecil. "Minta dong dikit."

"Nggak."

"Pelit."

Laura mengaduk kuah baksonya dan mencicipinya, rasanya kurang jika tak ada sambal di dalam kuah itu. Ah ya, Laura baru tau kalau Rayyan tidak terlalu menyukai bakso, padahal bakso itu surga dunianya Laura. Apalagi jika ditambah dengan sambal, itulah surga. Laura memotong baksonya menjadi potongan paling kecil lalu mengarahkan sendok itu pada Rayyan.

-LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang