Bab 27

2.6K 247 9
                                    

Egha terkejut melihat Laura yang terjatuh di lantai dengan pergelangan kaki yang berdarah. Buru-buru Egha menghampiri Laura, membantu Laura berdiri, tapi Laura malah menggeleng sembari terisak keras. "Nggak mau! Maunya Rayyan."

Eyang yang sedang bersantai di teras belakang juga ikut panik sembari mendekati Laura. "Egha! Liat tuh sampai berdarah kakinya Laura!"

"Itu cuma drama Yang. Padahal mah, nggak sakit."

"Sakit atau nggaknya, tetap kamu yang salah!" bentak Eyang membuat Egha menghela nafasnya kasar.

Egha langsung berdiri ketika Eyang menarik telinganya keras. Keira dan Rayyan yang baru saja tiba, langsung menghampiri Laura. Rayyan membungkuk, mengangkat Laura dengan senyumannya tipisnya. Dan Laura sendiri mengalungkan lengannya pada leher Rayyan, masih terisak dramatis agar suasananya tetap hidup.

Sedangkan Laura dibawa ke ruang keluarga dengan Keira yang mengikut di belakang sembari membawa kotak P3K. Rayyan menyiram kaki Laura hingga darahnya habis lalu beralih mengobati kaki Laura. Bukannya kesakitan, Laura hanya tersenyum geli sembari menatap Rayyan yang fokus mengobati lukanya. Rayyan berdiri, mengambil sekotak susu coklat dingin dari kulkas dan memberinya pada Laura.

Laura tersenyum lebar sembari menerimanya, Rayyan tidak pernah berubah, selalu manis. "Temenin Laura nonton."

Rayyan mengangguk, ia mengambil selimut tebal di kamar Laura dan menaruhnya di sofa lalu beralih pada deretan CD dengan berbagai film dan kartun di sana.

"Nonton apa?"

"Aku mau Aladdin!"

Setelah menyetel film yang diminta oleh Laura, Rayyan duduk di samping Laura, matanya fokus pada televisi di hadapannya. Sedangkan Laura, ia membentangkan selimutnya hingga setengah tubuh Rayyan juga tertutupi. Laura tersenyum senang, ia memeluk pinggang Rayyan dari samping dan ikut menonton film di hadapannya.

Hingga sekitar 2 jam ke depan, Laura masih setia memeluk pinggang Rayyan hingga filmnya selesai. Bahkan saat Rayyan ingin beranjak dari sana, Laura malah mengeratkan pelukannya. Rayyan melirik Laura, perempuan itu tertidur pulas dalam pelukannya. Dengan lembut, Rayyan membawa Laura ke kamarnya, menaruh tubuh perempuannya perlahan di ranjang.

Rayyan keluar dari kamar dan langsung mendapati Keira. "Laura tidur?" tanya Keira sembari melirik sekilas pintu kamar Laura.

"Iya Kak."

"Kamu mau ikut nggak?"

"Kemana?" tanya Rayyan balik.

"Belanja bulanan."

"Nggak nungguin Laura bangun dulu Kak?"

"Nggak tau," Keira duduk di sofa, "kira-kira Laura bakalan marah nggak kalo kita nggak ajak dia?"

"Bukan marah lagi, ngamuk dia," ujar Egha yang baru saja datang dan langsung duduk di samping Keira.

"Iya juga ya, tapi kakinya dia lagi sakit, kasian," ujar Keira yang dibalas anggukan oleh Egha. "Yan, aku pengen nanya dong."

Rayyan terkekeh. "Nanya aja kali Kak."

"Kok kamu bisa sedalam ini sih sama Laura? Kalau Egha nih ya, secinta-cintanya dia sama aku, dia nggak akan mau nyisihin uang jajannya demi ketemu aku yang lagi tidur."

-LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang