Bab 17

2.4K 260 20
                                    

"Akhirnya selesai."

Rayyan tersenyum. Ia mengenggam tangan Laura sembari berjalan menuju parkiran. Di tikungan koridor, mereka berpapasan dengan Gama. Laura menahan nafasnya sebentar, perlahan ia melepas genggaman Rayyan dan menatap mata elang itu.

Tanpa menyapa dan hanya bertatapan beberapa detik, Gama berjalan meninggalkan mereka berdua. Laura menghembuskan nafasnya. Semenjak ia pindah rumah, Gama sama sekali tidak menghubunginya.

Jangankan menghubunginya, mencari keberadaannya di sekolah juga tidak. Gama benar-benar berubah. Di parkiran, Laura menerima helm yang disodorkan oleh Rayyan dan memakainya. Di rumah Laura, Rayyan tidak ikut turun dari motor bersamanya.

"Kamu nggak mampir?"

"Nggak aku langsung aja."

"Tumben?" Laura mengernyit ketika merasakan ada yang lain dari Rayyan hari ini, "kamu kok kayak aneh gini?"

"Kamu masih ada rasa sama Gama?"

Ah, ternyata gara-gara Laura melepas genggaman Rayyan saat berpapasan dengan Gama tadi.

"Masih."

Rayyan menghembuskan nafasnya kasar. "Yaudah aku pulang dulu."

"Hati-hati."

Sepanjang perjalanan pulang, Rayyan tak henti-hentinya memikirkan tentang jawaban Laura tadi. Apa Rayyan harus berjuang selama 18 tahun baru ia bisa mendapatkan hati Laura? Rayyan langsung menyelonong masuk tanpa salam, hal itu membuat Bunda Rayyan yang baru saja keluar dari dapur terkejut. Dengan toples yang penuh dengan kue, Bunda Rayyan menepuk bahu Rayyan.

"Kok Lauranya nggak diajak Yan?"

Rayyan tersenyum kecil. "Bunda ngerestuin aku sama Laura?"

"Iya. Laura cantik," Bunda Rayyan menaruh setoples kue di meja ruang tamu, "hatinya cantik."

"Tapi Laura nggak sayang sama Rayyan Bun."

"Tau dari mana kamu?"

Rayyan mengangkat bahunya sekilas. "Dia cinta sama orang lain."

"Orang lainnya itu mantannya?"

"Ya begitulah, Rayyan males bahasnya Bun."

Bunda Rayyan tertawa, ternyata anaknya sudah besar. "Ini gunanya kamu datang ke hidup Laura Yan. Untuk bantu Laura supaya rasa itu cepat hilang."

Yakinlah, Bunda Rayyan sangat setuju bila Rayyan berhubungan dengan Laura. Jarang-jarang ada perempuan seperti itu, menurut Bunda Rayyan, cuma pada Laura Bunda Rayyan bisa merasakan nyaman bila bercerita tentang masa lalunya. Jaman sekarang, kita harus pilih-pilih jika ingin menceritakan sebuah kisah pada seseorang.

Apalagi itu masa lalu. Laura itu unik dan sederhana, baru kali ini Bunda Rayyan bertemu seseorang seperti Laura. Bahkan Rayyan sudah berani membawa Laura bertemu dengannya, itu berarti Rayyan benar-benar serius pada orang itu. Terakhir kali Rayyan dekat dengan perempuan, kelas 8 SMP, belum sempat Rayyan mendekat, perempuan itu sudah menjauhinya.

"Mandi, ganti baju. Bawain makan malam untuk Laura."

"Iya Bun."

Rayyan menuruti perintah Bundanya, ia membersihkan tubuhnya dan berpakaian rapih keluar dari kamar. Walaupun sering ditinggal dan Rayyan lebih memilih menemani Laura, Bunda Rayyan tak mempermasalahkan hal itu, selama Rayyan cerita padanya dan tidak ada yang disembunyikan, Bunda Rayyan percaya pada anaknya. Rayyan mengambil beberapa kotak makanan yang berisi lauk-pauk yang Bundanya masak.

"Titip salam sama Laura dan Mamanya."

"Iya Bun, Rayyan pamit."

"Hati-hati sayang."

-LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang