kita

1.5K 150 10
                                    

"kamu kenapa bohongin aku kayak gitu?"

Yoongi diam, nunduk, gak ada niatan menjawab pertanyaan Jimin. Jimin memegang bahu Yoongi kuat. "Kalau aku tanya, jawab. Sejak kapan kamu gak berani ngejawab?" Ucap Jimin masih dengan raut muka merah menahan amarah.

"Min Yoon-sakit, Jim. Lepasin."

Jimin mulai melonggarkan tangannya, setelah merasa Yoongi benar benar meringis kesakitan saat memotong pembicaraannya.

Yoongi menengadah, melihat mata Jimin yang terlihat marah karna ulahnya, tadi. Matanya sudah mulai berkaca-kaca. Ternyata hanya sampai sini pertahanannya di depan Jimin. Dia bahkan masih saja tak bisa terlihat kuat atau baik-baik saja sama seperti dulu. Dia benar-benar dikalahkan oleh Jimin untuk ketiga kalinya.

"Kenapa lo berubah semanis ini, setelah apa yang lo lakuin ke gw dulu, Jim."

"Yoon-kenapa saat gw udah berhasil ngeluarin lo di sini, lo malah balik lagi, hiks." Ucap Yoongi sambil menunjuk kebagian hatinya yang sebenarnya sudah benar-benar kosong, tak ada Jimin.

Jimin melepas tangannya. Diam terpaku karna ucapan Yoongi yang berhasil membuatnya mengingat semua perbuatan buruknya dulu kepada Yoongi. Bahkan amarah yang dia tahan tadi sudah hilang terbawa angin malam begitu saja.

"Lo jahat, Jim. Lo gak pernah tau perjuangan gw ngelupain lo disana kayak gimana, hiks."

Yoongi memukul dada Jimin sebagai bentuk pelampiasannya selama ini. Dia tak peduli jika Jimin kesakitan sekalipun. Dia sudah sangat sakit karna memendamnya sendirian. Sesak di dadanya sudah seharusnya dia keluarkan sekarang, dan melampiaskan ke Jimin tanpa ampun.

"Maafkan aku, Yoongi-ya." Ucap Jimin, lalu memeluk Yoongi erat, seakan tak ingin melepaskannya lagi.

Jimin sungguh menyesal, jika diberi kesempatan, Jimin berjanji akan memperbaiki semuanya dengan Yoongi. Dia akan membahagiakan Yoongi, agar Yoongi bisa menghapus semua kenangan pahitnya ketika bersamanya, dahulu. Tapi lagi-lagi semua keputusan ada ditangan Yoongi.

"Keluarin Yoon. Keluarin semua uneg-uneg kamu tentang aku yang selama ini kamu simpan rapat sendirian. Aku disini, aku siap denger semua omelan kamu tentang kebrengsekan aku dulu."

Beberapa menit Yoongi masih saja mengomel, menyampaikan keluhannya tentang Jimin yang mampu membuat Yoongi menutup rapat-rapat hatinya untuk semua orang yang ingin mendekatinya. Masih diposisi yang sama, Jimin yang masih memeluk Yoongi erat sambil mengangguk pertanda dia mendengarkan semua keluhan Yoongi, dan Yoongi juga masih membenamkan wajahnya di dada bidang Jimin sampai-sampai bajunya basah karna air mata Yoongi.

"Udah?" Tanya Jimin, setelah mengetahui Yoongi sedikit tenang.

Yoongi mengangguk sebagai jawaban. Jimin tersenyum sekilas lalu mengandeng tangan Yoongi. "Kalau masih ada, bilang ke aku, biar kamu lega. Aku gak suka kalau kamu banyak beban kayak gitu, apalagi berhubungan sama aku."

Yoongi diam tak menjawab. Sedangkan Jimin malah tersenyum lembut ke arahnya. Jimin menggandeng tangan Yoongi, menuntunnya berjalan beriringan disampingnya.

"Jim, lepasin. Malu, dilihat orang."

"Nggak. Aku nggak akan ngelepas kamu lagi, sayang." Jawab Jimin santai, tanpa memperdulikan raut wajah Yoongi dan orang orang di sekelilingnya.

"Enak aja manggil sayang. Kencan aja enggak."

"Jadi kamu mau aku ajak kencan?"

"Eh—yaudah, ayo." Potong Jimin tanpa ragu.

Jimin menarik Yoongi agar mau berjalan cepat di sampingnya. Dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan langkah untuk malam ini.

"Gw gak mau kencan sama elo, Jim."

SORRY || MinYoon -(END)-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang