Jadi...

669 51 3
                                    

Jimin memijat pelipisnya, mencoba menghilangkan pening di kepalanya akibat ulah Tuan Min, Yoongi, keluarganya, dan juga pekerjaan yang gabung menjadi satu.

Kali ini ia harus mengurus semua berita sialan yang sudah disebarkan Seulgi tentangnya dan Yoongi yang tak luput dari media masa.

Jika dibilang Jimin takut itu bukan alasan, Jimin bahkan tak takut sama sekali, karena banyak dari kolega dan bahkan media sudah mengetahui orientasi sexualnya, tapi untuk Yoongi sendiri, ini akan mempengaruhi karier dan bahkan Perusahaan ayahnya. Bahkan Tuan Min sudah sangat mewanti-wanti Jimin, jika masalah ini tak kunjung mereda, ia tak akan pernah bisa bertemu dengan Yoongi.

"Ini apa Tuhan emang lagi main-main sama gw apa gimana sih, gak mau banget liat gw hidup bahagia bareng Yoongi." Keluhnya, tepat setelah ia melihat berkas-berkas di atas mejanya yang harus ia kerjakan.

Jimin berdiri dari duduknya, memasuki lift, turun ke lantai bawah. Berniat keluar, hanya untuk mencari angin segar, dan melihat suasana luar yang siapa tau saja bisa sedikit mengurangi beban pikirannya.

"Park Jimin."

Jimin menoleh, menemukan sang nenek yang sedang berdiri menghadap ke arahnya. Sungguh sangat sial, batinnya.

Jimin tersenyum menghampiri sang nenek, walaupun pada kenyataannya ia hanya ingin kabur.

"Kenapa nenek tak mengabariku dulu sebelum datang?" Tanya Jimin, sembari memeluk neneknya.

Nenek Jimin hanya tersenyum, "apa harus nenek mengabarimu? Katamu nenek bisa datang sepuasnya ke kantor ini." Jawabnya.

"Apa kau rindu denganku?" Tanya Jimin lagi, sembari tersenyum lembut.

Nenek Jimin menggeleng mantap sebagai jawaban, "Mana Yoongi? Nenek malah ingin bertemu dengannya." Ucapnya, menatap Jimin mantap.

Jimin menganga, tidak tau apa yang harus ia lakukan. Ia belum siap jika harus mengenalkan Yoongi ke neneknya, apalagi dengan masalah runyam seperti ini. Dengan neneknya bertemu dengan Yoongi, mungkin bisa saja membuat semuanya semakin kacau.

"Untuk apa, nek?" Tanya Jimin, mengikuti langkah kaki sang nenek.

"Nenek hanya ingin mengobrol dengannya, itu saja." Jawabnya santai.

Jimin tersenyum renyah, tidak tau harus melakukan apa.

"Tapi nenek tau, bagaimana hubunganku dengannya. Mana bisa nenek tiba-tiba mau bertemu dengan Yoongi."

"Hust, nenek cuma ingin bertemu Yoongi, itu saja. Kalau kau tak mau mengantar nenek ya sudah, nenek bisa langsung menghubungi Yoongi dengan mudah." Jawabnya.

Jimin hanya bisa diam, setelah mendengar jawaban sang Nenek. Dengan langkah ragu, Jimin mengantar sang nenek menuju studio Yoongi. Ia tak yakin Yoongi ada di studionya, tapi dengan dia mengantar neneknya mungkin saja ia memiliki kesempatan untuk melihat wajah Yoongi, walau hanya sebentar.

"Kenapa nenek harus tiba-tiba seperti ini?" Tanya Jimin. Masih tak begitu yakin melihat neneknya rela datang jauh-jauh kemari hanya untuk bertemu Yoongi.

Nenek Jimin tersenyum, "bukan kah lebih cepat, lebih baik?" Jawabnya.

"Ap-apa maksud nenek?"

"Tidak. Sudah sana, kembali ke ruanganmu. Jangan menguping pembicaraan nenek."

"Tapi— tidak ada tapi-tapian Park Jimin. Sebenarnya nenek juga sudah pernah datang kemari dan bertemu dengannya."

"Ap—apa?"

Nenek Jimin hanya bisa tersenyum, melihat reaksi cucunya yang teramat sangat lucu. Sudah lama ia tak melihat ekspresi Jimin yang seperti ini.

"Wah, bagaimana bisa nenek mempermainkan ku."  Ucapnya lagi.

SORRY || MinYoon -(END)-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang