72. Satu Masalah Terselesaikan

309 42 7
                                    

72.

((Jaehyun's POV))

"Gue gak bisa, Ten." Sebenarnya berat banget gue mau jawab kayak gini. Gue pasti mau lah balikan sama Yiren, orang gue cinta sama dia.

Tapi mau gimana lagi? Keadaan memaksa gue untuk berhenti.

"Kenapa? Lo udah ada cewek baru?"

Gue menggeleng. "Gue gak bakal bisa bikin adek lo bahagia."

"Maksud lo?"

"Intinya gue gak bisa, Ten. Biarin aja Yiren nemuin pengganti gue, yang lebih bisa diandelin untuk bahagiain dia."

Gue berdiri dan langsung angkat kaki dari sana. Ten ngejar gue sampe tangan gue ditarik kenceng banget.

"Jae! Lo kenapa sih? Bukannya ini yang lo mau? Katanya lo serius sama Yiren? Mana!?"

"Iya gue emang serius kemarin-kemarin. Tapi sekarang, gue udah gak bisa."

"Gak bisa kenapa sih, anjing!? Jelasin ke gue kenapa!?"

Gue akhirnya capek sendiri liat Ten ngedesak gue. "Gue sakit! Puas lo!?"

"Ha? Sakit apaan?"

"Kardiomegali, pembesaran jantung karena kelainan serambi jantung. Seminggu yang lalu gue periksa. Ternyata penyakit gue ini balik lagi dan udah termasuk kategori parah."

Tatapan Ten langsung berubah prihatin. "Waduh, lo serius?"

"Iya. Gue udah tau gue sakit dari SMP. Gue kira sekarang udah sembuh. Tapi ternyata penyakit ini masih ada. Bahkan lebih parah dari yang gue bayangin."

"Anak-anak tau?"

"Sejauh ini baru lo doang yang tau, Ten. Gue minta tolong sama lo, jangan sampe mereka tau, apalagi Yiren. Gue gak mau dia sedih, terus kasian sama gue."

Ten ngangguk. "Tapi ini masih bisa diobatin kan?"

Gue menggedikan bahu. "Mungkin. Kata dokter masih ada setahun lagi kalau gue beruntung."

"Ah, anjir. Lo jangan ngomong gitu dong!"

"Tolong sampein maaf gue ke Yiren. Gue emang cinta sama dia. Banget. Tapi lebih baik gue berhenti sampe disini dan ngelepasin dia dengan tenang, daripada gue lanjutin dan mungkin akan ninggalin dia tanpa kepastian."

"Lo harus bilang sendiri ke Yiren kalo lo emang mau dia ngelupain lo."

Gue senyum singkat lalu menepuk pundak Ten sekali, "Iya, nanti gue bilang langsung. Gue balik dulu."

***

Gue kaget begitu masuk ke apart dan nemuin udah ada bokap gue di sana. Dia lagi duduk di sofa sambil megangin foto gue kecil lagi dipeluk sama nyokap.

Bokap gue bisa masuk ke sini karena kemarin dia minta kunci serep. Biar mudah mengontrol gue, katanya. Apalagi kalo gue nanti mendadak kumat.

"Papa? Papa ngapain kesini?"

"Emang papa gak boleh main ke apart anak papa sendiri?"

"Kasih tau lah kalau mau kesini. Kayak maling aja tiba-tiba udah di dalem."

Bokap gue mendengus, terus nepuk-nepuk sofa di sebelahnya. "Duduk sini."

Gue pun nurut. Bokap gue nunjukin foto di tangannya. "Kamu kangen Mama?"

Waduh...gue gak siap nih ditanya beginian. Soalnya itu pertanyaan paling sensitif yang bisa membuat seorang Jaehyun nangis.

Gue berusaha tegar. Jadi gue ketawain aja. "Apaansih Pa pertanyaannya--"

"Sama. Papa juga kangen sama Mama. Satu-satunya cara Papa mengobati kangen dengan ngeliat kamu. Kamu bener-bener mirip sama Mama."

Gue diem aja. Canggung banget rasanya udah lama gak ngobrol, sekalinya ngobrol malah ribut, eh sekarang tiba-tiba ngomongin kangen.

"Kamu betah tinggal sendirian disini?"

"Betah-betah aja."

"Gak kesepian?"

"Enggak, temen-temen aku sering pada main terus nginep kalo males pulang."

Bokap gue mengangguk paham. "Gimana kalo kamu pindah lagi ke rumah, Jae? Biar Papa gak terlalu was-was sama kondisi kamu."

"Gak perlu, Pa. Aku kan udah kasih papa kunci serep. Aku juga bisa langsung hubungin Papa kalo ada apa-apa."

"Jangan keras kepala, Nak. Papa gak mau kamu telat ditangani. Letak apart kamu ini kan lumayan tinggi."

"Terus gimana sama Taeyeon? Mana bisa lah aku tinggal serumah sama dia!"

Bokap gue meremas pundak gue, "Jaehyun, jangan pernah kamu benci sama dia."

"Gimana caranya? Papa selingkuh sama dia sebelum mama meninggal, sekarang dia berusaha mengambil alih semua harta papa. Iya kan?"

"Semua itu gak bener. Itu cuma fitnah kejam yang disebarin sama nenek kamu supaya reputasi papa hancur. Kamu mau tau yang sebenarnya, hm?"

Bokap gue ngeluarin surat wasiat yang nyokap gue tulis sendiri buat bokap..

Suratnya panjang, ada sekitar lima paragraf. Dan kalimat terakhirnya berisi; nyokap gue menyuruh bokap gue menikahi Taeyeon yang ternyata sekretaris nyokap gue. Nyokap gue percaya kalau Taeyeon bisa ngerawat bokap gue dan gue.

"Ini beneran Mama yang tulis?"

"Untuk apa Papa boong? Kamu bisa bandingin dengan tulisan mama disini. Sama kan?"

Bokap gue nunjukkin tulisan yang ada di belakang foto gue dan nyokap. Iya, emang sama persis.

"Kalo emang mama yang nyuruh, kenapa Papa gak bilang dari awal?"

"Kalaupun Papa bilang, kamu tetap gak akan suka kan? Papa gak bisa maksa kamu untuk nerima apa yang gak kamu sukai. Jadi Papa sabar dan terus berharap waktu akan merubah semuanya."

Gue luluh, bener-bener luluh sama kesabaran bokap gue menghadapi kerasnya sikap gue ini. Gue peluk dia, tapi gak pake nangis.

"Maafin, aku Pa. Selama ini aku salah gak dengerin kata Papa."

"Gak pa-pa, Jae. Papa juga minta maaf kalo Papa kesannya gak mikirin perasaan kamu."

Gue mengurai pelukan gue, "Aku mau pindah ke rumah kita lagi, Pa. Aku mau memperbaiki hubungan kita, terutama sama Taeyeon dan Yoojung."

Setelah sekian lama, gue liat lagi bokap gue senyum sebahagia ini. "Oke. Besok Papa urus pindahan kamu."

"Makasih, Pa."

-To be continued-

Boyfie And Bro• Jung Jaehyun Ft. Wang Yiren✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang