11 : Curhat Berujung Ngedate✔️

535 73 3
                                    

11.

Gue gak tau harus berbuat apa untuk nyelamatin sahabat gue dari orang yang berniat jahat sama dia.

Gue sampai kepikiran, planga-plogo kayak orang bego di depan gerbang sambil nungguin gojek yang lagi otw jemput.

"Yiren?"

Jaemin manggil gue. Dia baru aja mau pulang. "Iya?"

"Mau bareng?"

Cukup dengan permasalahan Yeri, gue gak mau tambah emosi dengan orang-orang yang salah paham sama kebaikan Jaemin ke gue.

"Makasih, Jae, tapi gue udah pesen gojek nih. Lain kali aja ya?"

"Oh, gitu. Ya udah gak pa-pa. Gue duluan ya?"

"Oke. Hati-hati."

Gak lama setelah Jaemin cabut, gojek gue datang. Gue males pulang. Jadi gue nongkrong dulu ke Starbucks di mall gak jauh dari sekolah.

Gue butuh menenangkan diri sebelum pulang dan yang bisa menangkan cuma chocolate chip cream.

Setelah minuman gue jadi, gue duduk di meja yang ada di tengah-tengah. Lagi asyik-asyiknya minum sambil main hape, tiba-tiba aja ada yang narik kursi di depan gue dan naruh minumannya di meja.

"Gue duduk disini ya?"

"K-kak Jaehyun?"

"Hai?"

Gue masih cengo, membuat Jaehyun ragu mau duduk apa enggak.

"Boleh gak?"

"B-boleh. Silahkan."

Gue langsung duduk tegap, menghapus air mata gue, dan ngerapihin rambut gue yang udah gak karuan. "Kok kakak bisa disini?"

"Loh? Ini 'kan kafe, siapa aja bisa kesini dong."

Duh, bego bego!

"Eh, maksudnya kok kakak bisa tau gue kesini?"

"Gue gak ngikutin lo ya. Tadi gue duduk di pojok sana. Gue liat lo masuk kesini sendirian dengan rambut yang berantakan. Kebetulan gue juga sendiri, jadi gue samperin deh. Gak pa-pa 'kan?"

"Oh, iya gak pa-pa." Gue ngangguk-ngangguk. Berarti rambut gue emang kayak orang setress nih tadi, sampe dia noticed gitu. "Kakak gak kuliah?"

"Dosennya gak masuk."

Gue cuma ber-oh ria.

"Kok gak langsung pulang?"

"Lagi males, Kak."

Dahi Jaehyun mengkerut. "Lagi ada masalah ya?"

Lah, tau aja nih orang? Bisa baca pikiran?

"Enggak kok."

"Jangan boong. Tuh di jidat lo ada tulisan lagi-ada-masalah." Jaehyun nunjuk jidat gue sambil ketawa kecil.

Gue reflek nutupin jidat gue pake tangan. "Gak ada, ih."

"Gue orangnya bisa dipercaya kok. Kalau mau cerita ya cerita aja."

Cukup lama gue mandangin muka Jaehyun, antara mau cerita apa enggak. Tapi otak gue gak bisa berhenti mikirin semua omongan Yeri tadi.

Gue mendadak gak bisa ngomong karena dada gue rasanya sesak mengingat kejadian buruk hari ini.

Lidah gue kelu dan gue bisa merasakan mata gue memanas. Akhirnya air mata gue pun menetes ke pipi tanpa bisa gue tahan.

Gue nangis kejer di depan Jaehyun.

"Lah? Yiren? Kok nangis?" Jaehyun kedengeran panik melihat gue sesegukan.

"Gue gak tau harus gimana..." gue tetap nangis sejadi-jadinya. Orang-orang udah pada ngeliatin kita berdua dengan tatapan 'kenapa sih?'

Jaehyun ngelus-ngelus pundak gue, berusaha nenangin. "Kenapa, Ren? Cerita dulu. Duh, ntar gue malah disangka mangisin anak orang, lagi."

Gue pelan-pelan ngangkat kepala gue. Dengan mata berlinang, gue memberanikan diri buat ngomong. "Gue salah gak kalau diem aja sahabat gue dijahatin dari belakang?"

"Ya salah lah."

"Tapi masalahnya gue gak punya bukti buat ngejelasin  ke sahabat gue yang sebenarnya."

"Yiren, yang namanya sahabat itu pasti bakal saling percaya. Kenapa lo gak coba ngomong ke sahabat lo itu?"

"Gak semudah itu. Jadi..."

Gue pun menceritakan semuanya ke Jaehyun. Mulai dari Yeri, Mark, dan titik masalah gue dengan Yeri hari ini. Sebenarnya gue pengin merahasiakan ini buat diri gue sendiri, tapi kayaknya gue butuh teman cerita dan solusi.

Setelah gue cerita panjang lebar, overall Jaehyun cukup membantu.

Menurut gue dia pendengar yang baik, bahkan lebih dari Ten. Dia gak sekedar ada dan mendengar, tapi juga ngasih gue masukan yang mungkin gue bisa pake untuk bicara ke Mark.

"...ya kalau nanti Mark gak percaya sama lo, ya udah. Itu pilihan dia dan bukan salah lo lagi."

Gue narik napas panjang, mencoba meredam isakan gue. Ingus gue udah meler-meler. Mata gue udah merah plus sembab abis. Baru malu gue diliatin orang-orang.

Mungkin Jaehyun ada benernya; gue tenangin aja dulu diri dan emosi gue, barulah nanti gue bicara ke Mark tentang Yeri yang sebenarnya pelan-pelan. Bila perlu Dino, korbannya Yeri dulu juga dibawa sebagai bukti yang jelas.

"Udah, jangan nangis lagi ya?" Gue seketika mematung waktu Jaehyun menyeka air mata di pipi gue dengan tangannya. Speechless. "Gue tuh paling gak bisa liat cewek mewek depan gue. Dada gue sesak rasanya."

"Makasih, Kak udah dengerin cerita gue. Maaf ya lo harus diliatin orang gara-gara gue nangis."

"Gak pa-pa, kok. Gue seneng lo mau cerita ke gue. Feel free to release yourself with me."

Kita berdua saling melempar senyuman.

Hati gue rasanya adeeem banget liat dia senyum manis begini dari deket.

Please, yang punya alat penghenti waktu, gue pinjem bentar. Gue gak mau waktu  berlalu membawa senyuman itu.

(T___T)

"Pulangnya gimana? Mau gue anter?" Tanya Jaehyun lagi.

"Gak usah kak, gue mintak jemput Ten aja. Pasti dia di rumah sekarang."

"Oke lah."

"Oh ya, soal cerita gue tadi, jangan cerita ke siapa-siapa ya? Cukup kakak aja yang tau."

Jaehyun keliatan mikir. "Gampang. Tapi dengan satu syarat."

"Ha? Syarat?"

"Iya. Kalau lo gak mau nerima syarat ini, siap-siap aja nanti Mark bakalan tau."

Yeeeu si Bambang sama aja kayak Ten ternyata. Suka ngancem!

"Ih! Kok nyebelin sih?"

Jaehyun meletin lidah. Gemes dah gue, pengen bawa pulang. "Biarin."

"Ya udah apa syaratnya?"

"Minggu nanti lo harus mau nemenin gue nonton."

"Nonton bioskop?"

"Iya lah, masa nonton kebakaran."

Dasar modhus. Bilang aja ngajak nge-date. Pake berkedok syarat segala. ( ͡° ͜ʖ ͡°)

"Itu doang?"

Yaaa maksud gue kalau ada syarat yang lain juga gue bakal gak nolak hehehe.

"Iya. Sejauh ini itu dulu."

"Iya udah. Oke."

"Ntar gue kabarin lagi di Line."

"Sip."

-To be continued-

Boyfie And Bro• Jung Jaehyun Ft. Wang Yiren✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang