16. insiden hari kamis

485 81 7
                                    

Sesuai dengan apa yang Bu Tata katakan, ekskul theater dan musik akan berdiskusi. Untuk pertama kalinya sejak kejadian angkatan 29 ; kedua ekskul tersebut kembali bertatap muka.

Tempatnya pada ruangan serbaguna milik para guru —yes, mrs. Hani power. Tetapi sebelumnya didahului perseteruan sengit kedua belah pihak yang memilih 'sarang' mereka masing - masing untuk dijadikan ruangan pertemuan. 

Kini mengelilingi meja bundar, anggota inti masing - masing sudah duduk rapih dan tenang, walau sorot mereka saling melempar rasa 'tidak suka' dan rahang yang mengeras.

Sebelumnya, Fajar sudah mengingatkan untuk menjaga diri agar tidak kelewat batas —mengingat ekskul theater sangat suka menyenggol.

"Oke, jadi kita mulai aja ya diskusinya?" Kak Tsany sang primadona angkatan tersenyum lembut, membuka kalimat.

"OSIS udah ngasih kita konsep. Sebelumnya aku mau jelasin konsep keseluruhan dulu karena aku perwakilan dari OSIS juga dan kalian pemegang kegiatan terbesar pagelaran ini.

Konsep kita kali ini the greatest treasure atau the greasure. Kenapa the greasure? Karena siswa - siswi disini adalah harta terhebat yang dimiliki SMA Nusa Dua. Pagelaran ini sebagai bentuk apresiasi kepada seluruh murid yang berpartisipasi —bukan cuma khusus kelas 12.

Ya walaupun intinya untuk anak kelas 12 karena di penghujung acara, bakal ada persembahan untuk kelas 12.

Garis besar konsep the greasure adalah sebuah kerajaan modern yang sedang mencari harta terbesar kerajaan mereka, mereka mencari ke seluruh penjuru kerajaan, namun ternyata harta terbesar itu adalah diri mereka sendiri yang masing - masing memiliki bakat yang berbeda. Cheerleader, dance, musik dan kemampuan berbahasa.

Mungkin keseluruhan ekskul bakal ikut serta namun yang mengusai adalah theater dan musik karena ini drama musikal.

Cheerleader sebagai pembuka, dance akan menyelingi —pop dance dan traditional dance. Dan ada beberapa dance yang bersamaan dengan bermusik. Musik ada yang padus dan band, ada juga yang vokal grup. Lalu kemampuan berbahasa yaitu story telling dari english club." Kak Tsany menjelaskan secara rinci.

"Nah, untuk naskahnya udah aku buat dan udah disetujuin Bu Hani dan Bu Tata." Kak Tsany membagikan kertas - kertas ditangannya kearah para anggota.

"Pemain utama dari anggota theater adalah Yejira, Raysa, Bina, Shasha, Gangga, Farrel (Han Stray Kids), Eric (Eric The Boyz), Rakan (Baejin CIX). Pemain utama dari anggota musik adalah Fajar, Alva, Senja, Lia, Binar, Heesa, Yuvia, Felix. Sisa dari anggota theater dan musik yang bukan jadi pemain utama bakal jadi pemain figuran." Kak Tsany menjelaskan.

"Untuk pembagian peran masing - masing, aku serahin keseluruhannya ke kalian. Aku percaya kalian bisa nanganinnya," 

"Dan, guys —i know there is an unresolved problem between us. I beg you, with this we can improve and become the right friends. I believe you can make this project not like six years ago." Kak Tsany memandang seluruhnya penuh harap.

"Oke, karna tugas aku udah selesai. Aku izin pamit. Latihan dan keseluruhan acara itu tanggung jawab kalian bersama. Terimakasih kerjasamanya." Kak Tsany tersenyum lembut lalu meninggalkan ruangan.

Sekarang anak musik mengerti mengapa Kak Tsany yang dipilih menjadi ketua ekskul ketimbang Kak Daisy (Daisy Momoland). Karena Tsany memang lebih dewasa —dan menginginkan hubungan baik dari kedua belah pihak.

Selepas kepergian sang senior dari ruangan, suasana mendadak hening. Tidak ada yang bersuara dan lebih memilih komunikasi melalui mata yang saling melempar tatapan dingin. Bahkan anak sebacot Binar, Heesa, Lia, Raysa, Bina, dan Shasha enggan untuk melempar kata.

sajak tanpa suara✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang