Hari kedua Nusa Cup dengan beberapa pertandingan seperti dance, cerdas cermat IPA, musik padus, dan basket. Dance dan IPA yang ditandingkan pada pagi hari.
Binar dengan ekskulnya sudah bersiap. Sebenarnya ia benar - benar sedih, berharap Mika menonton penampilannya lalu heboh seperti biasa —pupus karena pemuda itu masih terbaring di rumah sakit. Pertandingan karate serta hajaran Fajar membuat tubuhnya benar - benar lemah.
Senja pun tetap bisa mengerjakan bidangnya —biologi, dengan baik. Walaupun pipinya masih terasa nyeri dan keadaan hatinya yang masih buruk, ia tetap bisa membawa timnya menjadi pemenang.
Setelahnya, ia bersiap dengan Fajar, Moona, dan Haekal untuk lomba musik padus. Karena tim padus yang mengikuti cukup banyak, maka waktu yang dikhawatirkan tidak cukup membuat lomba padus dan basket dibarengi. Padus pada ruangan auditorium dan basket di lapangan outdoor.
Dua ruangan yang berbeda dengan kerumunan yang sama penuhnya demi mendukung jagoan masing - masing.
Mendapatkan nomor urut 6, membuat Moona berkesempatan untuk berbicara dengan Cakra —sebelum lelaki itu tanding basket juga.
"Cakra!" Panggil Moona dari balik pohon, Cakra yang kebetulan berada dekat dari situ langsung menoleh. Wajahnya cerah seketika.
"Moona? Lu manggil gua?" Tanya Cakra tak percaya.
"Bisa gua ngomong bentar?" Tanya Moona balik, netranya memandang sekeliling, kepalanya celingak - celinguk.
"Bisa! Gua dapet sesi setelah SMA Dirgahayu lawan NAGA, masih lama." Jawab Cakra antusias.
"Ng —tapi gua belom ijin ke Starla," Moona masih memperhatikan sekitar.
"Udah gausah, ayo jangan disini!" Cakra mengambil tangan Moona lalu menariknya menjauh dari lapangan.
"Kenapa?" Tanya Cakra saat mereka berada di samping aula.
"Mm —gua mau minta maaf. Maaf kalo gua kemaren sikapnya gitu sama lu, maaf gua ngehindar, maaf kalo gua marah - marah gak jelas, maaf gua udah bikin f5 berantakan, maaf—"
"Lu gaada salah, Moon. Gua yang salah disini. Berenti minta maaf," Potong Cakra.
"Ya abis gua gak enak aja gitu, tiba - tiba gak jelas sikapnya. Gaada haknya juga kan gua buat marah - marah?" Moona tertawa hambar.
"Emang gaada, tapi gua suka kok." Cakra tersenyum.
"Eng —yaudah gitu doang sih. Yaudah, gak enak kalo lama - lama. Nanti Starla nyariin," Moona ingin melenggang pergi, namun langsung dicegat oleh pria itu.
"Jangan berubah lagi ya, Moon? Tetep kayak Moona yang gua kenal dulu,"
Moona menggigit bibir, ragu.
"Gua emang bakal jadi temen lu lagi, sahabat lu. Tapi buat jadi temen curhat yang kaya lu lakuin dulu, mungkin gua gak bisa.
Yaa walaupun temen sebisa mungkin gua ngurangin interaksi karna kan lu udah ada yang punya gitu, ga enak juga diliat orang kalo kita terlalu deket," Moona berkata ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
sajak tanpa suara✔
Fanfiction➖ jika diam adalah cara terbaik. maka inilah, sajak tanpa suara. saya berikan kepada kamu, sang pemilik sajak ➖ dari saya, sang pemilik suara. complete © luckyyoungg, 2019. cr pict; pinterest.