02. hujan merajut kasih

1.2K 153 25
                                    

Sesampainya di parkiran, Hawa masih mematung dalam genggaman hangat milik Kasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya di parkiran, Hawa masih mematung dalam genggaman hangat milik Kasa.

Hawa tau Angkasa, senior kelas XI yang menjabat sebagai kapten basket dan diidamkan seluruh anak perempuan di sekolahnya. Hawa pun tau, gosip mengenai Kasa dengan Ova. Apakah Kasa sedang mengerjainya?

"Cepat naik!" Suruh Kasa, saat dirinya sudah lebih dulu berada di atas motor sportnya.

"Ng-nggak usah deh kak, a-aku naik angkot aja," Hawa menunduk takut.

"Udah cepat naik! Gua serius nih mau nganterin lu, gak ada maksud lain," Suruh Kasa lagi.

"I-iyaudah deh kak, makasih banyak" Akhirnya Hawa mengangguk patuh, dengan bersegera ia menaiki motor Kasa.

"Pegangan ya," Kasa menoleh —mengingatkan di balik helm full face miliknya. Hawa mengangguk lalu tangannya dengan canggung memegang kedua sisi jaket milik Kasa.

Setelah dirasa posisi Hawa sudah aman, Kasa melajukan motornya dengan degupan jantung tak terkontrol yang hampir membuatnya gila.

❝Derum kencang kendaraan, bising suara perkotaan, tidak dapat mengalahkan suara degup hati yang kian memberontak untuk dihentikan. Iya, cukup dihentikan oleh tarikan kedua sudut bibir yang melengkung milikmu, si pemilik rona pipi berwarna merah❞

Sore itu, menjadi dasar lukisan keseluruhan kisah dari seorang Angkasa Jenovial dengan gadis yang sempurna terlihat menarik perhatiannya selama 17 tahun hidupnya.

Sore itu, mereka belum tahu jika awal yang menyenangkan akan berakhir menyakitkan —siapa tahu? Karena, Angkasa adalah ruangan hampa udara yang memang mustahil bersatu dengan udara.

|SAJAK TANPA SUARA|

Dalam perjalanan, Kasa tidak bisa membohongi dirinya dengan keindahan ciptaan Tuhan yang berada di belakangnya. Berkali - kali netranya —secara sengaja atau tidak sengaja— melirik ke arah kaca spion. Melirik Hawa yang memandang cemas jalanan.

Kasa tahu, Hawa tidak nyaman dalam suasana seperti ini. Sama halnya dengan dirinya. Tapi, entah keberanian darimana yang membuat kepalanya tertoleh ke belakang, lalu,

"Jangan khawatir, dibikin enjoy aja" Dua kalimat yang sukses mempertemukan netra mereka dalam kaca spion —karena Kasa sedang membuka kaca helmnya. Hawa mengangguk.

Tes! Tes! Tes! Tanpa aba - aba, hujan dengan deras membungkus kota. Menyisakan jalanan lenggang sesaat karena para pemilik kendaraan roda dua memilih untuk meminggir —antara memakai jas hujan atau memang meneduh.

Sama halnya dengan yang dilakukan Kasa. Ia memilih meminggir ke salah satu ruko tak terpakai —meneduh, karena lupa membawa jas hujan.

"Neduh dulu ya, gua lupa bawa jas hujan" Ujar Kasa —menoleh kearah Hawa yang tengah mengeringkan rambutnya yang basah.

sajak tanpa suara✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang