17. keputusan akhir

470 84 21
                                    

Selepas insiden anggota theater dengan musik, kedua ekskul semakin gencar melakukan perang dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas insiden anggota theater dengan musik, kedua ekskul semakin gencar melakukan perang dingin. Anggota inti theater serta beberapa anggota musik yang tidak jadi korban dipanggil untuk di sidang. Gangga dan Eric diskors dua minggu karena menyebabkan tulang punggung Fajar retak, serta Alva dan Eric yang masih belum sadarkan diri.

Lalu, demi keprofesional-an dirinya, Bu Hani mengeluarkan Gangga dan Eric dari ekskul theater secara paksa.

OSIS pun mengadakan rapat dadakan, membahas kelanjutan acara.

"Jadi gimana, Tsan?" Tanya Moona mewakili Cakra yang frustasi di sebelahnya.

"Drama theater sama musik dibatalin, biarin mereka berdiri sendiri - sendiri." Bukan Tsany yang menjawab, melainkan Cakra.

"Cakra bener," Tsany menghela nafas, "gua kira, gua bisa nyatuin mereka lagi. Tapi yang gua perbuat malah justru bikin mereka lebih parah."

"Moon, maafin gua ya."

"Bukan salah lu, Tsany. Anak theater yang terlalu seenaknya, anak musik yang egois gak mau bersatu lagi." Lirih Moona. Dirinya paham betul ekskul yang diikutinya selama tiga tahun itu, walaupun semenjak ia terpilih menjadi waketos -ia jarang mengikuti kegiatan ekskul musik lagi.

"Jadi gimana? Kalau mau kita ubah, berarti theater gak lagi nguasain panggung. Bener kata Kak Cakra, semuanya berdiri masing - masing aja, gausah ada kolab antara ekskul ini sama itu," Saran Starla.

"Oke, rundown kita ubah. Hendery, kayak biasa -lu kasih tau dulu seluruh ekskul buat nunggu perubahan rundown selanjutnya." Ujar Cakra yang diangguki Hendery.

Lalu mereka mulai berdiskusi mengubah rundown. Sebisa mungkin mereka mengatur dengan cermat dan cepat -ditengah waktu yang semakin sedikit. Sebisa mungkin juga mereka mengatur agar jarak tampil antara theater dan musik tidak berdekatan.

"Kak Mark, gakpapa?" Tanya Starla selepas rapat selesai. Gadis itu sedari tadi memperhatikan Cakra yang terkadang menghela nafas, mengacak rambut, atau memandang udara kosong.

"Gakpapa, La. Emang kenapa?" Tanya Cakra balik.

"Muka kamu pucet. Sakit ya, kak? Mau aku anterin ke UKS?" Ujar Starla bertubi - tubi.

"Engga kok, capek aja dikit." Cakra berusaha tersenyum.

"Mau aku panggilin Kak Moona?" Tanya Starla lagi.

"Kok Moona?"

'Bukannya apa - apa kamu selalu sama Moona?'

"Kan pacarnya gimana sih," Starla tertawa miris.

"Kenapa sih orang - orang, gua tuh gak pacaran sama Moona," Cakra mengibaskan tangannya, terkekeh. Starla terdiam, diam - diam ia menghembuskan nafas lega.

"Ooh, yaudah mau dipanggilin gak?" Tanyanya lagi.

"Boleh deh, tapi sebentar-"

"-lu ke prom, bareng gua ya?"

sajak tanpa suara✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang