07. proposal luka

748 106 8
                                    

Moonata Eunice namanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Moonata Eunice namanya. Sang wakil ketua OSIS dengan integritas tinggi dan penuh totalitas dalam menjalankan kewajibannya. Setia di samping Cakra untuk membantunya mengurusi anak - anak yang terkena pelanggaran dan senantiasa menjadi tempat Cakra berdiskusi ataupun berkeluh kesah tentang OSIS.

Memang dikenal dekat dengan Cakra sejak kelas 10 lantas menjadikannya tangan kanan Cakra yang paling diandalkan.

Setia menjadi teman pulang sore, teman pulang malam, teman memikirkan pusingnya mengatur keanggotaan, teman berkeluh kesah dengan banyaknya tekanan, dan banyak lagi.

Jangan kalian kira Cakra hanya sebagai ketua OSIS yang disegani, bijaksana, dan ramah. Tidak semudah itu.

Dibalik ramainya sorakan tim sukses saat Cakra menang, dibalik tepuk tangan meriah saat Cakra menyampaikan visi misi, pidato ataupun pembukaan —tidak ada yang tahu, Cakra menanggung beban ekspetasi tinggi yang cukup berat.

Cakra stres? Hanya Moona yang tahu. Cakra pusing? Moona yang tahu. Cakra lelah dengan semuanya? Moona yang tahu.

—bahkan, Cakra yang menyesali keputusannya menjadi ketua OSIS, hanya Moona yang tahu.

Hanya seutas kalimat yang membuat Cakra bertahan sejauh ini,

"Kalau lu capek, coba lu liat ke belakang. Ada gua, ada anggota - anggota lu, dan pastinya ada Herin juga.

Kita semua juga capek, walau mungkin ga secapek lu, tapi lu harus tau kita semua bakal ngelakuin apapun yang lu perintahkan, kita semua nyoba buat memberikan yang terbaik, Markha."

Kalimat sederhana yang memiliki efek ribuan kali hebatnya membuat Cakra kembali berdiri tegak.

Moona benar, dia tidak sendiri.

Tapi dibalik semua itu, Cakra sudah memberikan tugas yang amat berat kepada Moona —yang bahkan dirinya sudah berkali - kali mengeluh, terjatuh atau bahkan merasa tidak sanggup lagi untuk melakukannya.

Proposal luka.

Jika biasanya proposal dibuat oleh sekretaris, maka kali ini Moona sebagai wakil ketua OSIS, ikut andil dalam pembuatan proposal ini,  seluruhnya.

|SAJAK TANPA SUARA|

"Mon, temenin gua yuk" Ajak Cakra. Moona menoleh dari kegiatan membereskan mejanya —waktu pulang sekolah.

"Hah? Kemana?" Tanya Moona heran.

"Ih temenin dulu pokoknya, lu gak ada acara kan abis ini?" Tanya Cakra yang diangguki Moona.

"Yaudah ayok!" Cakra dengan santai mengambil tangan Moona lalu menggenggamnya menuju parkiran.

"Mau kemana sih, Mark? Mau beli perlengkapan OSIS lagi? Bukannya di ruangan udah lengkap ya? Apa nyari properti buat acara bulan depan? Tapi kan masih lama" Moona mencoba mengingat - ingat hal apa yang belum mereka selesaikan.

Fyi, hanya Moona dan beberapa sahabat se-geng Cakra saja yang bisa memanggilnya dengan nama Markha.

"Ih pikirannya jangan OSIS mulu atuh, neng geulis. Temenin gua nyari kado buat temen," Cakra tertawa.

Ya abisnya kalau sama lu, apalagi selain OSIS? Tugas? Apa Herin?, batin Moona. Ia menghela nafas.

"Yaudah ayok!" Setelah itu, mereka membelah jalanan ibukota, menyusuri setiap toko, dan Cakra kembali memberikan proposal luka untuk Moona—

—untuk yang kesekian kalinya.

|SAJAK TANPA SUARA|

"Kira - kira kado apa yang bagus? Boneka?" Tanya Cakra melihat - lihat isi toko yang disarankan oleh Moona.

"Ih jangan boneka, terlalu mainstream. Mending hal - hal yang berguna gitu kayak hoodie atau tas selempang kecil gitu," Moona menunjuk barang yang ia sarankan.

Cakra mengangguk - angguk.

"Eh iya aku lupa nanya, ini buat cewe kan?" Langkah Moona terhenti, ia baru menyadarinya.

"Iyalah, tadikan aku nanyain opsi boneka, masa buat cowo. Lucu kamu," Cakra kembali tertawa.

"Okey. Nah, kalau cewenya tipe - tipe anak rajin gitu, beliin buku journal sama stationery nya kayak mildliner, puplen, post it." Saran Moona kembali.

"Hmm, kira - kira Herin anaknya gimana?" Tanya Cakra tiba - tiba yang membuat Moona menoleh.

"H-herin?" Ulang Moona.

"Iya, kan lusa dia ultah tuh, gua rencananya mau surprise-in dia terus ngasih kado gitu" Ujar Cakra malu - malu.

"O-ooh, d-dia anak r-rajin lah kan sekretaris. Tapi dia nerima ajasih apa yang orang kasih" Moona tertawa garing, menyembunyikan raut kecewanya.

Lagi - lagi dan yang kesekian kalinya, Cakra menghancurkan semua ekspetasi dan kesenangannya dalam sesaat.

Ia harus kembali mengerjakan proposal luka yang bahkan tangannya tak sanggup untuk menoreh kisah dan hatinya yang tak sanggup untuk mengungkap kesah.

"Okedeh, gua kasih dia journal aja deh. Btw, makasih banyak, Mon, sarannya berguna banget hehe" Moona hanya tersenyum tipis.

"Oiya, lu mau apa gitu, gak?" Tanya Cakra lagi. Moona memutuskan menggeleng.

Hatinya sudah terlanjur berkisah,
Tentang dirinya yang mendapat luka yang bertambah,
Semakin membuat perasaannya tidak terarah,
Hanya karena Cakrawala Markha seorang.

Hatinya sudah terlanjur berkisah,Tentang dirinya yang mendapat luka yang bertambah,Semakin membuat perasaannya tidak terarah,Hanya karena Cakrawala Markha seorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai! Ditunggu kritik dan sarannya, juga kerelaan hatinya untuk mem-vote cerita ini, makasih!

A/n : FINALLY I'M BACKK! OHMYGAD I'M SOOOO HAPPYYYYYY UN AKHIRNYA SELESAIIII😭😭😭😭❤❤❤❤🙆🙆🙆🙆🙆🙆

Ayo kita pemanasan dulu dengan yang satu ini sebelum bertemu dengan part esok hari!🙌

sajak tanpa suara✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang