37. sang pemegang kendali

387 77 9
                                    

Mika dengan seksama mendengar cerita Kasa. Seluruhnya ikut —kecuali Cakra, Starla, dan Moona tentunya —walaupun keadaan sangat amat canggung. Fajar yang enggan menengok kearah Mika, Senja yang hanya menunduk sedari tadi, Binar yang mencuri pandang ke arah Mika, dan Mika sendiri yang duduk awkwrad terhadap ketiganya.

"Tadi gua sempet nelfon Juna, dia sih bilang hape Moona mati sejak di cafe. Terakhir dia pake buat nelfon Juna, makanya pas pulang Moona minjem hape Juna. Terus tadi Moona juga bilang, kemarin malam dia bimbel kan?" Ujar Fajar.

"Berarti kita makin yakin kalo line Moona kena hack, terus kita rencananya mau ngelacak itu hacker," Timpal Haekal.

Mika mengangguk - angguk, lantas ia langsung tersadar sesuatu, "bukannya Lucas bisa ngehack? Dia kan sering ngotak ngatik web sekolah,"

"Lah bener juga..." Gumam Binar.

"Yaudah, nanti gua langsung ngehubungin Lucas deh." Mika langsung mengambil ponselnya.

"Tunggu!" Seruan Kasa membuat pergerakan Mika terhenti.

"Apa nggak kita aja yang nyoba nyari tau sendiri? Lebih baik kita gausah ngelibatin pihak luar, daripada masalahnya kemana - mana dan jadi bahan gosip." Usul Kasa membuat seluruhnya mendelik heran.

"Lu gak percaya Lucas? Sans diamah gak bakal bocor," Ujar Mika.

"Lagian emang lu bisa ngehack?" Tanya Senja. Kasa terdiam.

"Yah elah kalo lu aja gak bisa gimana mau tau siapa pelakunya," Cibir Senja, Fajar menyikutnya —menyuruh gadis itu menjaga sikap agar tidak terjadi kejadian seperti kemarin.

"Pokoknya kita cari cara biar bisa nyelidikin masalah ini sendiri, jangan ngelibatin pihak luar." Kasa tetap keukeuh dengan pendiriannya. Haekal memicingkan mata.

"Kok sikap lu tiba - tiba aneh sih, Kas?" Ujar Haekal asal yang hanya membuat Kasa mendelik tidak suka.

"Udahlah percaya sama Lucas, gak bakal ember pokoknya." Sebelum Kasa melarang Mika lagi, pemuda itu sudah menyambungkan telefonnya.

"Beres, nanti malem paling lambat Lucas kasih tau. Kata dia line sih gampang," Setelah sambungan terputus, Mika memberi tahu.

Tanpa yang lain tahu, seseorang tengah keringat dingin sekarang.

Kini, mereka sedang mengganjal perut di kantin rumah sakit kecuali Binar —gadis itu berdiam bersama Mika diruangannya.

"Kira - kira kalo kita udah tau orangnya siapa, terus mau diapain?" Celutuk Senja.

"Nasehatin aja lah, terus bikin dia biar gak bertindak gitu lagi." Ujar Fajar santai.

"Kalo ternyata seseorang itu diantara kita gimana?" Ceplos Haekal asal.

"Yang pasti sih kita bakal kecewa banget.. tega banget dia sama Kak Moona," Gumam Hawa yang masih bisa terdengar.

"Ya pasti kecewa lah, Wa." Ujar Fajar.

"Udah yuk balik, udah sore. Wa, ayo bareng!" Kasa bangkit berdiri, menggadeng tangan Hawa.

"I-iya, Kas. Eh tapi aku ijin ke kamar mandi dulu ya? Kamu duluan aja," Kata Hawa. Akhirnya Kasa mengangguk dan berbalik ke kamar Mika, beserta Haekal.

Ketika Fajar dan Senja ingin mengikuti langkah mereka berdua, Hawa mencegat langkah keduanya.

"Kak.." Panggilnya. Fajar dan Senja menoleh heran.

"Kenapa, Wa? Kayanya kamu takut banget? Kamu gapapa?" Tanya Senja khawatir.

"I-itu.. aku curiga sama seseorang," Ujar Hawa lagi, hampir berbisik. Fajar dan Senja berpandangan lalu mendekat kearah Hawa.

sajak tanpa suara✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang