Pertama - tama, Mika hanya memanggil Cakra dan Moona —serta Lucas sebagai saksi. Wajah Cakra sudah tertekuk, sedangkan Moona membuang muka.
Mika menghela nafas, "Hape lu beneran di hack, Moon." Diangguki Lucas.
"Siapa yang ngehack?" Moona bertanya cepat. Mika dan Lucas saling berpandangan.
"Ng —Kasa." Ujar Lucas pelan.
Blam! Hati Moona kembali terpukul oleh godam yang sangat besar. Ia terdiam —tidak percaya. Bukankah Kasa sangat baik padanya?
"Kita belum tau kenapa Kasa ngelakuin ini. Buat lu, Cakra —yang jelas yang ngelakuin ini bukan Moona. Moona cuman difitnah. Jadi tarik semua ucapan lu kemarin," Ujar Mika menatap Cakra yang sama kagetnya.
"Moon... maaf banget..." Lirih Cakra. Namun, Moona masih terdiam.
"Cas? Itu beneran Kasa?" Tanya Moona lagi, memastikan.
"Beneran, Moon. Gua gak berani bohong kalo sama kalian. Gua awalnya juga gak percaya tapi adanya gitu," Jawab Lucas. Setelah Mika berkata terimakasih, Lucas pamit pergi.
"Sebentar... gua masih gak percaya.." Moona memejamkan matanya.
"Hawa juga ngasih beberapa tanda sih, kayak setiap kita ngomongin pelaku atau hacker, Kasa kayak tegang terus keringet dingin gitu. Terus dia keukeuh gak mau diselidikin orang luar —si Lucas— biar dia aja yang nyelidikin katanya. Semacam ketakutan gitu lah," Tambah Mika lagi.
"...kok ...gitu ya?..." Lirih Moona lagi, tanpa sadar bulir hangat mengalir diatas pipi Moona.
Mika mengusap pundak Moona, menenangkan gadis itu. Cakra juga ingin melakukannya tetapi ia belum mendapatkan maaf. Akhirnya pemuda itu hanya menatap nanar Moona yang semakin terisak.
"Siapa aja yang udah tau, Mik?" Tanya Cakra.
"Semua."
|Sajak Tanpa Suara|
Kasa berlari cepat ke samping perpustakaan, Fajar menghubunginya agar segera kesana dan seluruhnya sudah berkumpul.
Mereka —yang berkumpul— hanya sekadar berkumpul tanpa ada yang mengeluarkan suara sedari tadi. Hening. Mereka semua sibuk dengan pikiran masing - masing, belum lagi keterkejutan dan perasaan kecewa yang menggelayuti.
Terutama Moona, gadis itu hanya diam dengan tatapan kosong. Perasaan kecewanya begitu dalam, namun tangisnya telah selesai. Menyisakan wajah sembab dengan mata yang memerah.
Juga Starla —dirinya benar lelah dengan permainan ini, juga lingkaran pertemanan ini. Ia ingin keluar dari sini secepatnya, menjadi individu tertutup lagi dan hidup dengan tenang. Ia kecewa, kesal, marah, dan sedih terhadap Cakra, Moona, Kasa, dan semuanya. Ia lelah selalu disalahkan, dibenci, dan tidak dianggap.
Duk! Duk! Langkah kaki Kasa yang mendekat membuat semuanya menoleh. Kasa datang dengan nafas tersenggal namun segera menyadari —seluruhnya menatapnya dengan tatapan kecewa.
"Kita udah tau, Kas, lu kan yang ngehack line Moona?" Ujar Mika tanpa aba - aba.
Kasa terdiam, bibirnya terkatup rapat, rahangnya mengeras, namun netranya menyapu seluruh pemandangan di depannya.
Moona menatap kearahnya dengan terluka. Cakra, Mika, Fajar, Senja, Haekal, dan yang lainnya menatapnya kecewa.
"Kenapa, Kas? Kenapa lu tega ngekhianatin Moona? Kenapa lu tega ngadu domba mereka bertiga?" Cerocos Binar langsung.
Kasa masih terdiam.
"Lu gak suka sama gua, Kas? Kalo gak suka sama gua, langsung bilang, selesain sama gua —jangan libatin orang lain. Gak perlu ngerusak hubungan gua, gak perlu libatin Moona. Jangan memperparah hubungan f5," Ujar Cakra.
KAMU SEDANG MEMBACA
sajak tanpa suara✔
Fanfic➖ jika diam adalah cara terbaik. maka inilah, sajak tanpa suara. saya berikan kepada kamu, sang pemilik sajak ➖ dari saya, sang pemilik suara. complete © luckyyoungg, 2019. cr pict; pinterest.