Cakra memperhatikan Moona di ujung ruangan ketika gadis berponi itu sedang mengarahkan Gita -juniornya. Pandangannya ikut berubah kala Moona menghampiri Hendery lalu Arin lalu Celine.
Gadis itu masih sama. Dengan ponytail andalannya, dengan poni tipisnya, dengan rona pipinya, dengan bibir pink cerah tanpa pewarna diatasnya. Pun ketegasan dan wibawa yang tidak pernah hilang dari sosoknya.
Walaupun mata gadis itu terlihat sayu, walau lengkung sabit sudah jarang ia tampakan kecuali untuk formalitas. Cakra sangat mengenal senyuman gadis itu, mana yang dipaksakan, mana yang tidak.
Cakra tahu, gadis itu sedang bersedih. Cakra pun tahu, gadis itu tidak ingin terlihat lemah.
Tapi Cakra tidak tahu, gadis yang bernotabene pemilik hatinya -sedang menatap dirinya dengan nanar dari balik rak buku. Dan gadis itu selalu tahu, kemana arah pandangan Cakra tertuju.
|Sajak Tanpa Suara|
"Hari ini, kamu ada bimbel?" Tanya Cakra kepada Starla saat pertemuan OSIS selesai.
Starla hanya menggeleng.
"Kamu kenapa? Sakit?" Cakra mendekat, memeriksa suhu tubuh Starla dengan menempelkan punggung tangannya pada dahi sang gadis.
"Engga, Kak, aku gapapa." Starla tersenyum dan menurunkan tangan Cakra.
"Hari ini aku gaada bimbel dan tutor les biola aku juga lagi ga masuk. Pulang sekolah aku ada yang mau diomongin sama kamu," Ujar Starla.
"Loh kok sama? Aku juga mau ngobrol sesuatu. Yaudah, nanti aku jemput ke kelasmu." Ujar Cakra lalu mengacak puncak kepala Starla.
Sedangkan gadis itu hanya mengangguk pasrah.
|Sajak Tanpa Suara|
"Kamu duluan aja," Ujar Starla. Penglihatannya menatap lurus kota pada malam hari. Malam ini, secara random, Cakra mengajak Starla ke pasar malam. Bukan untuk pacaran selayaknya orang - orang pada umumnya, melainkan untuk membicarakan hal penting.
Starla tahu itu.
"Ladies first," Tolak Cakra.
"Enggaa, kamu dulu pokoknya." Akhirnya, Starla menatap Cakra tegas.
"Oke-"
"Sebenernya aku lebih mau nanya. Pertanyaan yang ada sejak temen - temen kita berubah," Cakra memulai, Starla mendengarnya dengan seksama.
Sejak jauh - jauh hari, dirinya sibuk menata hatinya agar tidak mudah jatuh lagi, jadi -jika hari ini Cakra memutuskan untuk selesai, dirinya sudah harus siap.
"Apa aku salah ngambil keputusan ini -keputusan buat jadiin kamu pacar, La? Aku salah?" Tanya Cakra menatap kosong angin di depannya.
Satu pertanyaan keluar dari mulut yang biasa menyampaikan pidato mengesankan.
"Salah. Salah besar." Jawaban Starla yang terkesan lugas dan menuntut membuat Cakra menoleh.
"Kamu tau apa kesalahan kamu, Mark?" Starla bertanya yang lebih seperti gumaman.
"Dua kesalahan fatal yang ngebuat semuanya jadi rumit. Satu, kamu salah besar buat jadian sama aku. Kamu salah ngartiin perasaan kamu, kamu mungkin sayang sama aku -tapi perasaan sayang kamu lebih besar buat Kak Moona.
Tapi kamu gak sadar. Kamu mungkin emang tertarik dan kagum sama aku, tapi kamu tau Mark -suka dan kagum itu beda tipis. Perasaan kamu mungkin cuma sekadar kagum, beda sama perasaan kamu ke Kak Moona yang selalu butuh kehadirannya. Kamu ngerasa kehilangan kan sekarang? Karna kamu emang suka ke Kak Moona." Starla mengatakan itu lamat - lamat.
Pelupuk matanya telah menggenang tapi sebisa mungkin ia tahan agar tak jatuh.
"Dua, kamu salah besar buat nyia - nyiain Kak Moona. Perempuan sebaik Kak Moona, yang selalu kamu datengin kalau lagi susah. Kamu emang bodoh, brengsek, Mark. Bodoh banget gak sadar perasaan Kak Moona dan brengseknya lagi kamu selalu ngebaperin Kak Moona.
Tapi aku juga bodoh, yang bisa suka sama cowok brengsek kayak kamu." Pengakuan Starla membuat Cakra semakin bimbang.
Selama hampir sebulan mereka pacaran, mereka belum pernah untuk saling menyatakan perasaannya -terutama Starla. Sedangkan dirinya? Hanya menyatakan pada saat menembak gadis itu ketika prom. Baru malam ini, ia mendengar pengakuan itu langsung terjun bebas dari gadis itu.
"La-"
"Jangan minta maaf, Mark. Aku tau, kamu gak bisa bales perasaan aku. Minta maaf sama Kak Moona, jangan ke aku." Starla langsung melarang Cakra.
"La, tapi-"
"Kamu minta ke Fajar kan? Biar Kak Moona balik sama kamu? Aku tau, Mark. Dan aku selalu tau arah pandang kamu tiap kita ada kegiatan OSIS." Starla tersenyum tipis.
"Starla, denger." Cakra memijat pelipis frustasi.
"Oke, dua pernyataan kamu makin nyadarin seberapa brengseknya aku. Tapi, tolong -sekarang semuanya lagi ngejauhin aku. Aku gatau mau minta tolong ke siapa dan aku gatau harus gimana sekarang."
"Aku gamau bikin kamu dibenci oleh semua orang -seakan kamu yang ngerebut aku dari Moona. Dan aku gamau bikin Moona jadi murahan yang aku pacarin setelah putus dari kamu. Aku gatau harus gimana sekarang,"
"Yang aku fokusin, aku mau ngebenerin hubungan aku dulu sama Moona, sama f5 juga. Dan aku nyadar, setelah kita pacaran -kita jadi makin renggang, bukan malah makin deket."
"Terus kamu maunya apa sekarang?" Tanya Starla, nada bicaranya cukup tinggi.
Ia pun cukup lelah ikut dalam permainan ini.
"Kalau aku mutusin kamu pun, aku keliatan makin brengsek kan? Jadi, coba kasih aku waktu buat nyoba suka sama kamu. Kita pacaran dulu buat ngebuktiin perasaan aku ke kamu. Aku gamau bertindak gegabah lagi." Cakra memegang tangan Starla.
"Tolong ya, La. Tolong kasih waktu aku sedikit lagi buat ngebuktiin perasaan aku ke kamu," Ujar Cakra yang justru membuat air mata Starla lolos.
Starla kira, Cakra akan memutuskannya malam ini, tapi ternyata perkiraan dia salah. Cakra lebih menyakitinya dengan memakai perasaannya sebagai bahan percobaan. Starla lebih memilih Cakra memutuskannya lalu ia sakit hati untuk sekarang.
Daripada Cakra mempertahankan hubungannya dan membuat dirinya semakin jatuh hingga sakit hati yang berkepanjangan.
Ia terisak, Cakra memang laki - laki brengsek.
❝Ini adalah kebodohan yang ke sekian,
Berupaya mempertahankan,
Sesuatu yang seharusnya dilepaskan,
Yang membuat semakin menyakitkan,
Ialah permainan perasaan.❞Hai! Ditunggu kritik dan sarannya, juga kerelaan hatinya untuk mem-vote cerita ini, makasih!
A/n : waktu untuk menghujat dipersilahkan..
KAMU SEDANG MEMBACA
sajak tanpa suara✔
Fanfic➖ jika diam adalah cara terbaik. maka inilah, sajak tanpa suara. saya berikan kepada kamu, sang pemilik sajak ➖ dari saya, sang pemilik suara. complete © luckyyoungg, 2019. cr pict; pinterest.