30. potongan yang hilang

352 81 6
                                    

F5 berantakan dan itu cukup terlihat jelas oleh Moona serta semua orang. Termasuk geng most wanted sekolah setelah geng nya Gangga, menjadikan f5 menjadi buah bibir yang hangat dibicarakan.

Sudah tidak pernah makan bersama lagi. Berawal dari Kasa, Hawa, dan Moona yang selalu memisahkan diri hingga meja mereka bertambah anggota yakni Mika dan Binar. Tersisa pada meja andalan mereka ialah Fajar, Senja, Haekal serta pasangan baru —Starla dan Cakra.

Senja gemas dengan kedua pihak, pihak Kasa dan pihak Fajar. Kasa memihak Moona sedangkan Fajar —walaupun ia bilang pihak yang netral— tapi jelas - jelas ia mendukung Cakra.

"Jun, kamu sebenernya pihak netral apa pihak Cakra sih?" Tuntut Senja tiba - tiba.

"Netral lah kamu gimana sih?" Fajar membela diri.

"Tapi sikap kamu ga menunjukan sikap netral, sikap kamu nunjukin kalo kamu dukung Cakra."

"Aku netral, Nja. Darimana sih aku ngedukung banget Cakra? Aku masih peduli perasaan Moona."

"Jadi netral itu emang susah banget, Jun. Harus beneran seimbang. Kamu harus tetep peduli Moona, tapi tetep berteman sama Cakra. Ga berat sebelah.

Tapi kemarin kamu bilang di chat mau dukung Cakra buat Moona balik ke dia. Aku liat di hape kamu kayak gitu. Kamu ga peduli perasaan Kak Moona? Kamu pikir Kak Moona semurah itu? Itu yang namanya netral?" Hardik Senja yang membuat Fajar tertohok.

Fajar diam, ia tahu betul kesalahannya.

"Udahlah, Jun. Aku gamau berantem sama kamu. Terserah kalo kamu mau dukung Cakra apa gimana. Yang penting aku mau nunjukin netral yang sebenernya," Ujar Senja lalu beranjak ke balkon —mencari angin.

"Maaf, Jun. Aku cuman capek," Gumam Senja saat dirinya tahu tubuh kecilnya dirangkul dari belakang.

"Aku yang minta maaf. Aku kasihan sama Cakra yang lama - lama terus disudutin. Aku tau dia brengsek, dia salah. Tapi kita juga ga berhak buat main hakim sendiri, buat selalu nyalahin dia.

Kenapa juga Moona ga nyoba ngungkapin perasaan dia? Jaman sekarang, jangan pernah peduliin gengsi. Menurutku ga masalah kalo misalkan Moona nyatain perasaan duluan, daripada akhirnya ribet kaya gini?

Kemarin Cakra minta tolong karena dia juga lagi ragu sama perasaannya ke Starla, dia salah ngartiin. Dia juga sebenernya suka sama Moona. Makanya dia minta tolong biar Moona balik ke dia.

Maksudnya balik pun, Moona ga marah lagi, ga sakit hati ke dia —bukan mau jadiin Moona kayak perempuan murahan, bukan mau macarin Moona setelah dia putusin Starla. Dia juga tau Moona pasti gamau. Intinya dia lagi bingung banget sekarang." Penjelasan Fajar membuat Senja ikut tertegun.

"Yaudah, sekarang aku emang di pihak Cakra. Kamu sebagai pihak netral, coba kamu pikirin langkah yang harus kamu ambil setelah kamu denger cerita aku."

Fajar mengeratkan pelukannya lalu menaruh kepalanya pada ceruk leher Senja, membiarkan indra penciumannya menghirup aroma apel yang santer dari surai sang gadis.

|Sajak Tanpa Suara|

Moona tidak bodoh. Moona tahu betul masalah apa yang mendasari perubahan pada f5. Dan itu semua karena dirinya. Dirinya yang bertanggung jawab atas terpecah belahnya persahabatan teman - temannya.

Perubahan sangat terasa ketika ia berada di kantin, Kasa terus mengajaknya untuk duduk dengan meja berbeda dari yang lainnya. Moona tahu, Kasa hanya berusaha melindunginya. Teman - temannya berusaha melindunginya, tapi tidak harus sampai seperti ini.

"Minggu ini pembukaan Nusa Cup di NAGA karena tahun ini mereka tuan rumahnya. Moon, lu mau bareng gua apa Mika?" Tanya Kasa sambil mengaduk milkshakenya.

"Ng.. gatau. Tapi kemarin OSIS cewe pada ngajakin bareng karena OSIS kan jalan duluan. Ada pertemuan anggota inti disana. Paling kalo ga sama Tsany ya sama Lulu," Ujar Moona sedikit tak yakin.

"Serius? Ga bareng rombongan Cakra kan?" Tanya Kasa menyelidik.

"Enggaa!" Jawab Moona langsung sambil menggeleng. Entah mengapa, ia selalu takut ketika Kasa sudah membahas Cakra.

"Yaudah kalo misal Tsany atau Lulu gajadi, bilang kita berdua. Hubungin kita kalo lu mau berangkat, biar gua atau Kasa yang nganter." Ujar Mika.

Moona mengangguk lalu menatap Kasa yang sedang fokus berbicara dengan Hawa. Ia ingin menyuarakan sesuatu tapi takut menyinggung perasaan keduanya, tapi jika tidak —lisannya gatal untuk bersuara.

"Ehm, Kas, Mik—" Ia memanggil takut - takut.

Ia sebenarnya amat bersyukur memiliki dua orang teman laki - laki yang amat menyayanginya, yang melindunginya layaknya bodyguard. Serta Binar dan Hawa yang selalu mendukungnya. Tapi terkadang, ia merasa mereka terlalu protektif hingga ia merasa terkekang.

"Kalian lagi berantem sama Fajar? Senja? Haekal? F5 berantakan?" Tanya Moona pelan yang seperti melirih. Ucapan Moona sukses membuat keempat orang di depannya berhenti melakukan aktivitasnya.

"Enggak, cuman berantem biasa. Nanti juga balik lagi," Mika yang pertama bersuara, dengan santai.

"Gua tau yang kalian alami sekarang, itu bukan berantem biasa. Sampai terpecah belah gini, pasti gara - gara gua kan?" Kali ini, nada Moona terdengar yakin.

"Nggak, bukan salah lu sama sekali dan jangan pernah ngerasa bersalah. Obrolan selesai." Ujar Kasa cepat.

"Tapi masalah ini udah terlalu jauh dengan kalian yang berselisih cuman karna nentuin ada di pihak gua atau Cakra, iya kan?" Moona mengambil nafas sebelum melanjutkan ucapannya,

"Gua gapapa selama ini, gua bahagia dan jangan mikir gua itu menyedihkan. Hubungan gua sama Cakra? Gua nyoba buat baik - baik aja walaupun gua ngehindar. Dan gua gamau, karena hubungan gua sama Cakra renggang jadi ngebuat f5 berantakan. Gua gamau ada yang namanya tim Cakra dan tim Moona." Moona mengakhiri kalimat panjangnya.

"Kita cuman mau ngelindungin lu—"

"Gua tau lu semua mau ngelindungin gua dan gua tau lu semua sayang gua. Gua bersyukur banget atas itu. Tapi jangan karna alesan ngelindungin, lu semua jadi protektif dan ngekang gua." Moona dengan segera memotong ucapan Binar.

"Makasih banget buat waktu dan tenaga kalian buat selalu support gua. Tapi gua mau f5 balik kayak dulu." Setelah berucap, Moona pergi menyisakan diam pada meja berisi empat insan.

Hawa menghela nafas, benar kan?

Ratu yang sebenernya tak pernah kehilangan takhtanya. Hanya saja, waktu belum mengizinkannya untuk berkuasa.

Pada meja kantin lainnya, ada lima orang yang menyaksikan kepergian Moona dari sana. Terlihat jelas perpecahan para most wanted sekolah yang semula sedamai air.

Kini, bentuk yang sempurna itu harus kehilangan potongannya. Dan potongannya, harus kehilangan bagiannya. Jika berharap ini kejadian sesaat, bisakah berharap juga agar kembali utuh tanpa sekat?

Hai! Ditunggu kritik dan sarannya, juga kerelaan hatinya untuk mem-vote cerita ini, makasih!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai! Ditunggu kritik dan sarannya, juga kerelaan hatinya untuk mem-vote cerita ini, makasih!

A/n : oke, 40 part ya? berarti juga siap patah (lagi) ya?

sajak tanpa suara✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang