Part 21 - Ulangan Harian

116 29 15
                                    


Sepusing apapun menghadapi mapel sekolah, lebih pusing mencari pekerjaan ketika jadi pengangguran yang baru saja keluar dari masa sekolah, dan belum mempunyai pekerjaan sementara, karena menunggu ijazah atau ada juga yang menunggu usia yang tepat untuk kerja.

...

Suasana sunyi menyelimuti kelas XI IPA 3. Semua siswa tidak ada yang berani berkata, karena mereka sedang melaksanakan ulangan harian fisika. Apalagi gurunya kiler, mukannya terlihat judes dan jarang senyum saja sudah menunjukkan ketegasannya. Ya, bu Erna dia adalah guru paling serius di SMA Megalwara.

Bu Erna terus mengawasi dengan bolak-balik mengelilingi siswa/i, sesekali duduk dikursi guru lalu mengulangi lagi aktivitas kelilingnya.

Bu Erna juga kadang berhenti langkahnya saat berada disamping meja Nisa. Bu Erna tahu bahwa Nisa nilainya selalu tinggi dimapel fisika. Mangkanya bu Erna selalu mengincar Nisa dan bangga kepada Nisa.

"pertahanin nilai kamu ya Nisa" ucap bu Erna sangat pelan dan datar, yang sebelumnya memperhatikan Nisa cara mengerjakannya. Lalu sedikit tersenyum ketika Nisa sadar dan mendongak melihat bu Erna.

Nisa tersenyum polos "iya bu, terimakasih"

Bu Erna mengangguk sekali, lalu melanjutkan aktivitas mondar mandir lagi.

🍁🍁🍁

"selamat pagi" sapa pak Rudi yang baru saja masuk kedalam kelas XI IPA 4.

"PAGI" jawab siswa/i

"kemarin udah bapak ajarin kan bab 3 dibuku paket kimia? Dan sekarang ulangan yah" ujar pak Rudi. Guru ini bisa dibilang tegas juga, tapi tidak seperti bu Erna, ada saatnya pak Rudi tegas dan bercanda sama muridnya.

"baik pak" ucap beberapa murid

"maaf pak, tapi kita belum belajar, kan buku catatan dan tugasnya dikumpulin" protes Riko sedikit teriak.

"kamu ini! Buku dikumpulinnya tadi sama KM sebelum bapak masuk, bukan kemarin. Bapak sudah bilang kemarin, kalau besok ulangan, kelihatan banget ya kamu malamnya tidak belajar" omel pak Rudi

"mangkannya kalau guru nerangin pikirannya jangan kemana-mana" bantah pak Rudi, sambil membagikan kertas soal kepada murid.

"manusia kan bisa lupa pak" ngeles Riko.

"ngeles aja ni anak" sembur Bimo teman sebangkunya dengan pelan.

"lo gak dukung gue, biasanya selalu dukung gue?" ucap Riko membalas dengan suara lantang.

"sssttt.. Bisa diem gak sih!" semprot seorang gadis dari barisan meja sampingnya.

"lo juga, berani ama gue? Untung cewek" ucap Riko sedikit pelan.

Gadis itu hanya menggelengkan kepala dan lanjut mengerjakan soal, tak menghiraukan ucapan Riko.

Riko memang selalu dapat ranking, dan paham dengan semua mapel termasuk fisika dan matematika, tapi tidak dengan kimia dan sejarah. Entah Riko sangat males kalau ada pelajaran kimia dan sejarah.

"katanya anak pinter, masa gak bisa tanpa belajar" sindir Hildan dimeja paling depan, sedangkan Riko dan Bimo dimeja ketiga dan tempat Aldo dibelakangnya sebangku dengan pria lain.

BRAKKK

suara meja yang digebrak Riko sambil berdiri.

"LO NGEHINA GUE" teriak Riko langsung terpancing emosi.

"emang fakta kan?" ucap Hildan sangat santai, sambil sibuk membaca soal diatas mejanya.

"cih.. Mau cari gara-gara lagi sama gue" bentak Riko

Rindu tak Terbalas (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang