Terimakasih atas orang yang pernah menghinaku, itu pembelajaran agar diriku bisa lebih kuat.
Fira said....
Sudah biasa, jika seorang cogan melewati lorong kelas, tatapan para gadis entah kakel atau dekel yang menyukai cogan itu seolah berbaris seperti menyambutnya.
"Hai kak Hildan"
"Hai Hildan"
"Hai"
Ada beberapa gadis menyapa dan melambaikan tangan kepada Hildan bahkan tersenyum menatapnya, Hildan tak peduli dengan gadis-gadis alay yang menyapanya, ia tetap berjalan lurus untuk ke kelasnya.
"Eh, itu Riko"
"Rikoo"
"Kak minta tanda tangannya boleh?"
"Kak mau fotbar dong"
"Ko jalan bareng yuk"
"Riko, lihat aku disini dong"
Hadeuhh, setelah Hildan melewatinya, sekarang Riko yang jadi korban.
Riko meladeninya namun tidak semuanya, para ciwi-ciwi mendekati Riko dan menghalangi jalan Riko.
Setelah Riko menulis tanda tangan dan selfi bareng pada beberapa gadis, Riko tidak tahan untuk keluar dari kerumunan gadis-gadis yang menghadang Riko.
"Maaf teh, adek-adek, bolehkah saya lewat" ucap Riko lembut
"Ahh! Kak Riko suaranya lembut banget"
"Riko tiap hari makin cool deh"
"Kapan-kapan kita main yuk"
"Misi! Maaf minggir sedikit" seorang pria berusaha menyempil memasuki kerumunan para gadis.
Setelah pria itu mencapai tengah, Riko melihat pria itu dengan santai, matanya mengikuti pria itu sampai dihadapannya, mereka saling menatap sebentar.
"Siapa dia"
"Siapa yah"
"Dia ganteng juga"
"Keknya kelas sepuluh deh"
Percak-percik ucapan para gadis terdengar oleh Riko dan pria itu, namun mereka menghiraukannya.
Lalu pria itu memberikan sebuah kertas yang terlipat dengan rapi kepada Riko, Riko melihat kertasnya heran.
"Minta tanda tangan?" Ceplok Riko
"Ogah, ini buka aja" jawab pria itu, ya dia adalah Fajri.
Riko mengambilnya dan memandang Fajri merasa aneh.
"Gue hanya disuruh bu Erna buat dikasih ke lo"
Riko membukanya dengan cepat, surat itu bertuliskan surat undangan orang tua, Riko langsung melipat kertas itu kembali.
"Thanks" ucap Riko
Setelah itu Riko melangkah pergi meninggalkan mereka yang ada ditempat itu.
🍁🍁🍁
"BEBEB RIKOOO"
Teriakan lantang dan histeris itu terengang pada lorong kelas bawah, semua orang yang ada di situ menutupi telinganya.
Riko terus berjalan menghiraukan panggilan itu yang sudah hafal, gadis itu berlari mengejar Riko.
"Beb tungguin napa" ceploknya menggandeng tangan Riko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu tak Terbalas (End)
Teen FictionMenceritakan tentang persahabatan dan percintaan remaja. Petualang masa, menemui cinta Jangan mendekati dan menjanjikan sesuatu, jika tidak meniati. Jangan ngebaperin anak orang, dia punya perasaan yang bisa berharap kepada orang yang memberi harapa...