PENUTUP

387 26 2
                                    

Tiga hari kemudian Rainbow melabuhkan jangkarnya di dermaga Roads of Singapore dan segera membongkar muatan. Kunjungan pertama yang dilakukan oleh para desertir itu adalah ke Konsulat Belanda. Teguran bersalah yang diberikan oleh Raja Brooke mengenai masalah desersi mereka telah memberikan kesan mendalam pada orang-orang Swiss itu. Mereka mencari keterangan mengenai pengeluaran Pemerintah Belanda untuk tiap serdadu yang mendaftarkan diri di dinas militer. Ketika diberi tahu jumlahnya, masing-masing mereka menyerahkan serbuk emas senilai seribu gulden kepada Konsul sebagai ganti rugi pengeluaran selama dinas militer mereka dan untuk masa dinas yang belum berjalan. Mereka juga menitipkan kepada Konsul satu teodolit yang masih bagus, teropong, sekstan, dan dua pucuk senapan yang masih baik untuk disampaikan kepada opsir Komandan Kuala Kapuas, yang namanya disebutkan dengan sepatutnya. Dengan terus-terang mereka juga mengaku bersalah karena telah mengambil peralatan dan senjata Sang Kolonel ketika melakukan desersi dan berharap situasi itu dapat diterima dan kesalahan mereka diampuni.

Konsul Belanda terkesan dengan kata-kata dan tindakan mereka, menjadi semakin tertarik pada mereka dan dengan murah hati memberikan bantuan untuk mengatasi berbagai kesulitan pada saat itu. Berkat bantuannya, mereka berhasil menjual serbuk-serbuk emas dan batu-batu guliga dengan harga sangat baik di pasaran.

Setelah menukarkan semua harta berharga itu dengan mata uang, mereka lalu membaginya. Dalim dan temannya yang pertama-tama diberi imbalan dengan royal dan mereka menyatakan puas. Jumlah yang diterima tiap orang dari empat sahabat itu adalah 25 ribu gulden. Dengan bantuan Konsul, bagian kedua orang Swiss dan si Walloon dikonversikan dalam wesel yang berlaku di Eropa atas nama mereka masing-masing. Yohanes yang berniat menetap di Singapura lebih suka menyimpan bagiannya sendiri.

Konsul Belanda atas kemurahan hatinya, bertindak lebih lanjut. Setelah mendapatkan empat orang pengganti para desertir itu dalam ketentaraan Hindia Belanda, ia menulis surat ke Batavia untuk nantinya menerima surat resmi penghentian mereka dari dinas militer. Ini memakan waktu dan selama proses itu berlangsung tiga bulan, Winersdorf sibuk mengajari istrinya tata-cara kehidupan Barat.

Langkah pertama menyangkut pakaian. Dengan bantuan seorang kepala toko pakaian, ia dengan cepat mengubah istrinya menjadi seorang yang benar-benar lady Eropa. Ia mengerjakannya dengan cita rasa tinggi, dan Hamadu tampak sangat cantik dalam riasan barunya. Untuk selanjutnya dengan bakat alami dan kemampuan langka menyesuaikan diri dengan setiap keadaan, perubahan pada diri Hamadu tidak banyak mengalami kesulitan.

Akhirnya surat tiba dari Batavia, sehingga tidak ada lagi yang menghalangi orang-orang Eropa itu kembali ke tanah air mereka. Sebelum berangkat mereka mengunjungi untuk terakhir kalinya Konsul Belanda, yang telah bermurah hati membantu mereka. Mereka berkali-kali mengucapkan terimakasih kepadanya, dan sebagai hadiah perpisahan diserahkan kepada dia manuskrip yang didapat oleh Harimau Bukit di kota Rangan Hanungoh, yang rupanya milik George Muller, orang yang mati terbunuh pada 1825. Konsul dengan sangat berterimakasih menerima jurnal perjalanan itu dan menyatakan maksudnya untuk menyumbangkan jurnal itu kepada Museum voor land en volkenkunde, suatu lembaga yang mengkhususkan diri untuk mengkaji negeri-negeri asing dan penduduknya.

Keesokan harinya keempat sahabat itu berdiri bersama untuk terakhir kalinya di salah satu dermaga New Harbor, Singapura yang tempat bertolaknya kapal-kapal penumpang samudra. Kapal penumpang Hydaspe milik perusahaan pelayaran Prancis telah menghidupkan mesin dan siap berlayar.

Perpisahan Yohanes dengan sahabat-sahabatnya sangat mengharukan. Dalam diam dan dengan airmata berlinang mereka saling bersalaman. Ketika kapal telah memasuki selat yang memisahkan Singapura dengan Pulau Panjang, ketiga sahabat itu masih melihat ke belakang, ke pantai, dan tampaklah sehelai saputangan dilambaikan di kejauhan.

Lama Yohanes berdiri di dermaga menatap kapal yang bertolak, dan ketika hilang dari pandangan, dengan suara sesenggukan yang keras ia berseru:

"Semoga Tuhan menuntun mereka! Mereka orang-orang yang gagah-berani."

----TAMAT----



Keterangan gambar:

Mayor George Muller bersama syahbandar Kutai  bernama Saib Abdullah dan pejabat lain, foto terakhir sebelum Muller dinyatakan hilang di rimba pegunungan Meratus di Kalimantan.

DESERSI: MENEROBOS RIMBA BORNEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang