Magenta

24 4 0
                                    

"Telekenesis...? Kamu mengetahuikan betapa kuatnya kekuatan seperti itu..?" Ox berhenti mengotak ngatik PD untuk sejenak.

"Aku tahuu.... Tapi seperti nya dia baik.." Koraya kembali dari dapur membawa sepiring sarapan lalu duduk di sebelah Ox untuk makan.

"Sepertinya..?! Ah ya sudahlah..." Ox menghela nafas dalam dalam lalu kembali mengatur PD.

"AHH Korayaaa..!! Bisakah aku ikut kali inii..?!!" Ash menaruh piringnya dengan lantang lalu menghampiri Koraya.

"Bolehhh.." Jawab Koraya, walau Dia tetap fokus makan. "Aku pun akan ikut.." Austin mengangkat tangannya dari ujung ruangan.

"Tentu saja..! Kalau kalian mau semuanya juga bisa...!" Koraya berbicara dengan makanan yang masih ada di mulutnya.

"Ya sudah aku akan mengawasi bocah bodoh ini ok..??" Ender menghampiri Ash lalu menepak punggungnya dengan kencang.

"Haaahhh...??!!" Ash menoleh kepada Ender yang berada di belakangnya, kesal.

"Ya sudahh sudahh... Kalian akan ikut ok..?"  Koraya melambaikan tangannya perlahan kepada mereka berdua.

"Tangkap....!!" Disaat yang tepat setelah Koraya baru saja menyuapkan suapan terakhirnya, Ox melemparkan PD ke arahnya.

Koraya meraih dan hapir meleset namun tetap menangkapnya, "Kalian siapp...?" Koraya meletakan piringnya di atas meja.

"Im born ready..!" Ash mengepalkan tangannya di atas dada lalu berkata bahasa Inggris.

"Pfft.. HAHAHA..." Ender tertawa kencang tak tertahan. Ash mulai kesal dan memelototinya perlahan akhirnya tawa Ender juga mulai memelan "Maaf maaf..!!!" Ujar Ender sekali lagi.

Austin yang menyendiri di ujung akhirnya menghampiri mereka semua. Lalu akhirnya juga Koraya pun memasang portal ke dimensi dimana OC terakhir Koraya berada, lebih tepatnya OC dengan kekuatan telekenesis berada. Mereka ber 4 memasuki portal tersebut satu persatu. Dimulai dari Koraya lalu di akhiri oleh Austin, dari situ mulailah pencarian mereka.

Saat mereka menginjakan kaki di sisi lain, pemandangan yang mereka lihat adalah sebuah rumah kuno yang besar, disekelilingi oleh kebun dan tempat beribadah tepat disebelahnya.

Koraya segera mematikan portal lalu memasukan PD ke dalam saku celananya.

"Ok apa kita salah tempat...?" Austin menengok kepada Koraya yang sedang melirik kesana kemari.

"Ah pasti tidak salah.. Tanya dulu aja ke rumah ini..." Koraya tanpa panjang pikir langsung mendekati depan pintu rumah yang ada dihadapannya tersebut.

"Permisi.." Koraya mengetuk perlahan dengan sopan.

"Ya ada apa...?" Seorang wanita membuka dan menjawab pintu dengan jubah hitam setengah badan. Rambutnya berwarna kecoklat coklatan dan dikepang sebelah. Wajahnya terlihat dewasa dan sangat cantik.

"Dia..?" Austin terpaku memandangnya dan diam diam mengatakan sebuah kata dalam hati.

"Ah.. Apa kamu mengenal purple ghost..?" Koraya membukakan tangannya ke arahnya.

"Ah tidak tidak... Aku tidak memakai nama itu lagi..." Wanita itu melambaikan tangannya sambil tersenyum.

"Kamu adalah dia..?!" Koraya terkejut,  memiringkan kepalanya. "Ya.. Namaku magenta.. Salam kenal.." Wanita itu tersenyum lagi.

"Saya Koraya, mereka Ender, Ash, dan Austin..".

"Salam kenal..!" Saut Ender.

"Bundaa....!!!!" Seorang anak perempuan berteriak dan berlari ke arah Magenta dari dalam rumah.

"Mary.. Kenapa kamu tidak main bersama yang lainnya..?" Magenta menengok kebelakangnya lalu tertawa dengan lembut.

"Bunda.. mereka siapa..?" Mary berhenti di belakang Magenta, bersembunyi lalu menarik narik kakinya.

"Mereka adalah orang yang berkunjung kesini mary... Ayo berkenalan..!" Magenta mengelus kepala Mary perlahan.

"Halo Mary...!!" Ender berjalan mendekati Mary sambil perlahan membungkuk ke arahnya.

"H-halo..." Mary menjawab sambil menyembunyikan wajahnya. "Namaku Ender salam kenal..!!" Ender memberikan tangannya selagi tersenyum.

"Namaku Mary..." Mary perlahan menjabat tangan Ender. "Ayo Mary main sana sama yang lainnya..." Setelah Magenta mengucapkan itu Mary langsung melepas tangan lalu berlari ke dalam rumah.

Magenta senyum sendiri. "Apa itu anak mu atau siapa mu..?" Tanya Ash, sementara itu Ender perlahan lahan berdiri. "Itu adalah anak asuh ku... Saya cuman seorang perawat disini.." Magenta merapihkan bajunya perlahan lahan.

 Setelah percakapan tiba tiba berhenti sejenak, Magenta bertanya "Jadi apa yang kalian butuhkan..?".

"Kami ingin merekrut mu untuk menjadi salah satu anggota dari tim kami..." Koraya membukakan tangannya sekali lagi ke arahnya.

"Aku akan senang menerima permohonanmu itu.. Tapi pertama.. Aku sudah tidak sudi bekerja bersama militer... Kedua.. Aku tidak bisa meninggalkan mereka..!" Magenta menunduk meminta maaf.

"Tenang.... Kami bukanlah militer.. Lagi pula tim kita ini akan melindungi semua orang termasuk anak dari semua penjuru dimensi..!" Austin berjalan mendekati mereka bereempat yang berada di depan, mengikuti perbincangan mereka.

"Dimensi..? Walaupun begitu.... Anak anak tidak akan memperbolehkanku.." Magenta berhenti menunduk namun berkata kata seolah ragu.

"Bagaimana iniiii...? Gimana kalau aku paksa dengan cara berkelahi..?? " Ash menyondong ke Ender lalu berbisik pelan pelan.

"Bodoh..!! Kamu ga boleh ngomong gitu...!" Ender memukul Ash sekuat tenaga tepat di atas kepalanya.

"Tenang Magenta... Kalau kamu punya waktu kamu selalu bisa berkunjung kembali kesini untuk menjenguk mereka.." Austin memberikan senyuman dengan maksud bujukan.

"Oh iya aku ga pernah kepikiran.." Mata Koraya terbuka lebar karena tak sangka.

"Kalau begitu.. Kalau tujuan kalian memang untuk menyelamatkan orang lain, akan ku ikuti.. Jika kalian punya tujuan lain aku akan segera meninggalakan tim itu.. Sekarang aku akan berpisahan dengan mereka dulu..." Magenta menghela nafasnya dan akhirnya menyetujui tawaran dari tim Koraya.

The ImaginatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang