Final Showdown 2

17 3 0
                                    

Ash berlari menuju Nicholas dengan kecepatan tinggi. Mengayunkan sayap kayunya nengakibatkan sebuah dorongan, dan menyiapkan tangannya dengan dipenuhi api di depan tubuhnya.

"Cepatnya..!" Dia terkejut, walau begitu tetap saja meremehkan Ash. Melihat, menyadari ayunan lengan api Ash dari kanan saat baru saja tiba di hadapannya. Tanpa waktu berpikir Ia segera menahan dengan lengannya yang telah dilapisi tentakel.

Walaupun lengannya sudah diperkuat oleh tentakelnya tetap saja Nicholas kesulitan menahan tekanan dan kekuatan dari lengannya tersebut.

"Tch..!" Nicholas mendorong pedang Ash sekuat tenaga, setelah pedangnya terlepas Dia berusaha meninju wajah Ash. Namun Ash dapat menahannya tepat waktu dengan sayap kayunya yang membengkok ke depan.

Nicholas kehabisan tenaga, meneteskan keringat. Tetapi Ash tak memberinya waktu untuk beristirahat, terus menerus menebasnya dengan lengannya yang berapo, kiri menuju kanan, atas menuju bawah.

Nicholas yang belum sepenuhnya pulih dari serangan serangan sebelumnya mulai kesulitan menghindar, akhirnya mulai menahan. Tapi pada akhir akhir serangan, saat Nicholas menahan dengan sebelah lengan, Ash membuat lengannya lebih panjang dan tajam dengan api. Membuatnya langsung menembus tentakel, memotong lengan kanan Nicholas.

"H-HAh hahah...!" Nicholas perlahan melirik menuju lengannya yang terjatuh di hapannya, lalu memandang Ash yang masih saja menatap dengan dendam.

"Haha.." Dia tertawa kecil namun dengan sedikit ragu. Dirinya melompat kebelakang dan terus melompat, menjauh dari medan pertarungan. Namun Ash tetap mengejarnya, terbang menggunakan sayapnya.

"Bodohnya aku..." Nicholas mengeluh dalam hati. "Kalau saja aku tak terluka oleh orang pengguna kayu sebelumnya pasti aku bisa dengan mudahnya mengalahkannya.." Ia tertawa sedikit.

"Aku akan kalah dari kedua makhluk bodoh ini..." Nicholas memandang Ash yang sudah ada di depan matanya siap menebas dan membunuhnya. Di sisi lain Nicholas tak mempunyai celah untuk kabur ataupun menghindar.

"Tunggu balas dendam ku..." Dia Tertawa, akhirnya Ash menebas Nicholas secara menyilang di udara, di bantu oleh tekanan dari api apinya. "AAGH..!!" Ash berteriak mengeluarkan seluruh yang kekuatan Dia punya.

Ash mendarat, bersamaan dengan Nicholas yang terjatuh dengan tubuh terpisah.

Dia berdiri memandang kelangit langit aula dengan kelelahan sambil perlahan menghilangkan kayu dan api api dari tubuhnya.

"Kita menang..." Raut wajah Light tidak bisa dijelaskan, dari antara sedih ataupun gembira. Dia sedang menjaga dekat dekat Habiki dan yang lainnya di belakang.

"Aku.. Tidak ingin membunuh..." Tangan Ash bergetar ketakutan, Dia terbawa emosi dan tak sengaja membunuh Nicholas hanya untuk dendamnya.

"Maaf.." Light menunduk dari belakang.

Ash perlahan berjalan kepada Floyd yang terbaring tak bernyawa, melewati Light yang di depannya, lalu duduk di sebelahnya. Ash menyerahkan PD kepada Austin yang disisinya.

Austin menerimanya, Dia menyenderkan Floyd kepada Ash lalu berdiri, tanpa berkata sepatah kata pun kepada Ash maupun kepada yang lainnya.

Austin memasang portal yang sudah disetel itu, untungnya Ia mengetahui cara memakainya. Habiki yang menggendong Ender masuk terlebih dahulu disusul oleh Light dan Austin di belakangnya, mereka semua tidak berbicara apa apa wajahnya terlalu murung dan sedih. Selagi portal masih terbuka Ash menopang, lalu berbicara kepada Floyd.

"Floyd.. Kita menang.." Ash memaksakan senyuman. Ia mengangkat lalu menggendong Floyd memasuki portal yang masih ada itu.

"Ah kalian..!!" Disisi lain Magenta dengan semangatnya menyambut kedatangan Ender yang masih selamat digendong oleh Habiki disertai senyuman dari Koraya memandang mereka.

Austin yang baru saja tiba bersama Light menunduk dan tidak mau menjawab, samanya dengan habiki.

"A-apa..?! Ada apa..?!" Koraya mulai kebingungan, Dia memaksakan diri untuk berdiri walau sakit.

Sedangkan Cade memerhatikan mereka dari ujung ruangan, terlihat sedikit kesal.

Akhirnya, Ash keluar dari portal tersebut selagi menggendong Floyd di atas kedua tangannya dalam keadaan tak bernyawa.

"Floyd mengorbankan dirinya untuk kita..." Suara Light bergetar, Dia masih saja menunduk.

"M-maafkan aku..." Ox membukakan matanya lebar lebar terkejut.

"Ash..." Koraya memanggil dengan lembut. Sedangkan Magenta menunduk tanpa kata kata.

"Ah tidak.. Aku yakin pasti ini kematian yang Dia inginkan.." Ash merelakan adiknya, menoleh dan memberi senyuman kepada Ox.

The ImaginatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang