Goodbye

11 2 0
                                    

Floyd dan juga Ash segera menyelesaikan sarapan dan melakukan kegiatan pagi mereka setelah pembicaraan yang mengesalkan terjadi.

Mereka berdua berjalan kesekolah bersama sama setelah berpamitan dengan ibunda.

Sesampainya di sekolah mereka menjalankan kegiatan sehari hari mereka seperti biasa. Namun mereka berdua terlihat lebih murung dari biasanya.

Floyd kesal karena sahabatnya dikeluarkan dan Ash merasa sedih kepada adiknya.

Sepulang sekolah Ash menghampiri Floyd yang baru saja keluar kelas.

"Yu pulang.." Ash tersenyum, Dia mencoba membahagiakan Floyd.

"Ah tidak tidak... Kamu dulan aja.. Aku ada urusan.." Floyd menjawab, membalas senyuman Ash dengan paksa.

"Oh.. Ya sudah.." Ash berjalan meninggalkan Floyd di belakang.

Setelah beberapa menit berlalu akhirnya Floyd beranjak dari depan kelasnya untuk pergi keluar sekolah.

Ia berjalan dan berjalan melalui jalan biasanya, sendirian. Tapi sebelum sampai pada rumahnya, Dia berbelok ke jalan yang lain.

Kini Ia menempuh jalan yang biasanya Adam lalui. Floyd berhenti dihadapan sebuah rumah kecil disisi jalan setelah, melangkah untuk sementara waktu.

Floyd mentekadkan diri untuk menyaut, "A-adam..!!" mengepalkan tangannya keras keras.

Setelah beberapa detik tanpa respon akhirnya seseorang membukakan pintu rumah tersebut dari dalam.

"L-lho..? Floyd..?!" Adam terpaku diam memandangnya.

"Ya...." Floyd menunduk kesal.

"Ada apa kesini..?" Adam keluar dari rumahnya menggunakan kaos biasa.

"Ada yang ingin kubicarakan.." Floyd menjawab pertanyaan Adam dengan sangat tertekan.

Adam tidak menjawab, Ia berjalan menuju sebuah bangku di pinggir pintu rumahnya. Dia duduk lalu menepuk tempat kosong di sebelahnya, "sini duduk..." Panggil Adam, satu kata ke kata yang lain.

Floyd berjalan melalui gerbang yang sudah terbuka dari tadi, lalu mengambil tempat duduk sebelahnya.

"Sebenarnya aku--" Floyd menunduk, menunjukan sebuah penyesalan.

"Kamu tahu.. Hidup ini sulit.. Menolongmu adalah pilihanku, jadi jika ada konsekuensinya aku yang harus menanggungnya.." Adam memotong perkataan Floyd sambil tertawa.

"Tapi tetap saja!!" Floyd membalikan badan kepada Adam secepatnya.

"Haha.. sudahlah jangan dibawa kehati.." Tawa Adam mulai memudar.

Floyd kembali ke posisi semulanya. "Malah aku yang harusnya kesal.. Aku sudah di DO, terus aku tidak bisa menepati janjiku..." Adam menatap langit langit dengan hampa.

"Bodoh..! Gak gitu juga...!" Floyd memegang pundak Adam kencang kencang.

Adam menoleh dan hanya memberikan senyuman. "Aku sudah dapet sekolah baru ko.. Walaupun sangat jauh dari sini..." Dia mempertahankan senyumannya itu.

"Kalau begitu..." Floyd melepaskan pundak Adam perlahan lahan. "Santai ajaa... Nanti kita bisa ketemu lagi kan..?" Adam tertawa lagi, Dia ingin terlihat bahagia di mata Floyd.

"Gak ada jaminannya..." Floyd tampak lebih murung lagi.

Adam menoleh ke arah Floyd lalu memberikan jari kelingkingnya, "Aku berjanji kita akan bertemu lagi.. Pasti.. Kali ini takkan teringkari..", Ia tetap saja mempertahankan senyumannya itu.

Floyd tak tahu harus bereaksi seperti apa lagi, Dia sedih dan juga senang. Tapi tetap saja Ia memberikan kelingkingnya lalu melakukan janji jari kelingking.

"Ya sudah.. " Floyd tertawa, melepaskan jari Adam lalu berdiri. "Aku pulang dulu.." Floyd melangkah keluar pagar.

"Ya.! Hati hati.!!" Adam menjawab dengan lantang.

"Selamat tinggal.." Floyd melangkah menjauh dari rumah tersebut, tanpa menoleh dan berkata apapun lagi.

The ImaginatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang