Plan

48 5 0
                                    

Koraya melepas jabatan lalu meninggalkan taman tersebut.

"Good Luck....." Ucap Light dengan suara yang kecil, meninggalkan taman ke arah yang berbeda.

Mereka berdua kembali berjalan di lorong yang sebelumnya mereka lewati. "Ash.... Kamu tau ga?" Tanyanya.

"Hahh?" Melirik ke arah Koraya.

"Dia adalah salah satu karakter yang ku buat penuh dedikasi... Jadi... Mungkin.." Koraya berkata dengan ragunya.

"Lalu...? Aku takkan dengan mudahnya menyerahkan?" Senyum Ash menunjukan betapa tertantangnya Dia.

Koraya melirik ke arah Ash, menatapnya tersenyum "Ya tentu saja!".

Mereka sampai di ruangan tengah semula, disana terdapat Edward yang telah menunggu mereka berdua.

"Koraya.. Ash.. Ikuti saya..".

"Lah.. Bagaimana kamu bisa dengan cepat tau?" Kejut Ash sembari menghampiri Edward. Koraya mengikuti Ash dari belakang.

"Tentu..." Senyumnya, Dia membalikan badan ke arah kanannya "Cepat ikuti saya ke ruangan kalian selamanya.." Edward pergi keluar ruangan tersebut menuju koridor lainnya yang berada tepat di sebrang koridor sebelumnya. Koridor itu gelap kelam tanpa penerangan apapun. Ia membawa sebuah lentera kecil untuk menerangi jalan.

"Hei Hei! Tunggu!" Ash mengejarnya sesegera mungkin sementara Koraya mengejarnya lambat, terlihat kelelahan. "H-hei tunggu sebentar." Saut Koraya dari belakang.

Ash menepak bahu Edward supaya berhenti sejenak. "Apa maksudmu 'Selamanya' Hah??" Dengan kesal dan juga dengan bingung bertanya kepada Edward.

"Kesepakatnya... Kalau kalian kalah kamu akan menjadi bawahan Light kan...? Jadi ruangan yang akan ku tunjukan akan menjadi ruangan kalian selamanya..." Jawab Edward dengan polosnya tanpa menoleh sedikit pun ke arah Ash, dan juga Koraya yang sedang berjalan dengan kelelahan di belakang mereka berdua.

"Liat saja apa hasil dari duel itu ya... Jangan dulu menentukan hasil sebulum pertandingan itu dimulai....." Ash menatap Edward tepat diwajahnya.

"Sudah sudahhhh...." Koraya melerai mereka berdua walau tampak kelelahan.

Mereka melanjutkan perjalanan mereka dalam kesunyiaan, hanya bayangan dan beberapa serangga yang dapat dilihat oleh mereka. Pada akhirnya beberapa lampu lentera pun mulai terpasang di dinding koridor menunjukan adanya sebuah keberadaan makhluk hidup disana lebih tepatnya manusia.

"Ini dia..." Ucap Edward, berhenti dihadapan sebuah pintu kayu.

"Ya sudah..." Ash menghela nafas seperti biasa.

Edward melanjuti perjalanannya melalui koridor selagi Ash dan Koraya ditinggal di hadapan pintu tersebut.

"Yaaa kita sampai.." Kata Koraya dengan lemas dan pasrah.

Mereka membuka pintu dan didalamnya terdapat dua kasur yang terlihat lumayan nyaman, sebuah lemari dan sepasang kursi dan meja. Ruangan itu terbuat dari bata yang masih kasar. Tidak terdapat jendela jadi sangat sedikit udara yang masuk membuat ruangannya sedikit pengap.

"Jadi bagaimana rencananya Ash...?" Tanya Koraya selagi memejamkan mata lalu saat Ia membuka matanya, menoleh sebelahnya. Ash sudah tidak ada.

"Zzzzzzzzz......" Dengan pulasnya Ash tertidur diatas salah satu ranjang tersebut.

"Ah ya sudah lah... Lagipula Ox dan Floyd bisa menyelamatkan kami jika terjadi apa apa..." Koraya pergi menghampiri kasur yang satunya dan berbaring.

"Tapi semoga saja kita menang..." Koraya mengucapkan kata kata tersebut sebelum akhirnya tertidur.

Beberapa jam kemudian, Ash dan Koraya tertidur untuk mengisi energi.

*Tok Tok* Suara ketukan pintu kamar Koraya dan Ash terdengar oleh mereka, "Ash Koraya... Pangeran sudah siap untuk bertanding...".

Ujar Edward, perlahan Ia membukakan pintunya.

Dia melihat Ash dan Koraya sedang duduk di tepi kasur menatap ke arah Edward. Ash mengeluarkan api dari tangannya lalu berkata "Kita siap...".


The ImaginatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang