4

71 5 0
                                    

   "Apa?!!, lu suka sama si Ayis? Yang bener lo." kaget salah satu cowok berpakaian putih abu-abu itu.

   "Nggak tau gue, gue bingung ama perasaan gue sendiri, gue ngerasa ada yang beda pada diri Ayis. Dan gue belum pernah ngerasain perasaan kayak gini ketika gue deket dengan sekian cewek yang pernah jadi target gue. Gue rasa gue suka ma dia" ungkap Rezvan.
 
   Rezvan sedang menceritakan perasaannya pada ketiga sahabatnya tentang sosok Ayis yang akhir-akhir ini sangat berpengaruh bagi kehidupan Rezvan. Mereka sekarang berada di kantin sekolah, meja paling pojok karena mereka malas mengikuti jam pelajaran pada jam pertama saat ini. Di situlah markas mereka di Sekolah, tempat yang biasa mereka  jadikan tempat tongkrongan ketika jam istirahat dan sebagai tempat berkumpul ketika mereka malas mengikuti jam pelajaran. Bisa terbilang mereka adalah sekumpulan murid bandel dan sering mendapat hukuman dari guru-guru karena ulahnya.

   "Gila ya lo!, kenapa lo nggak suka sama si Myesha aja, asal lo tau ya si Ayis itu susah didapetin dan anaknya rada-rada tomboy lah meskipun ketomboy-annya tertutup dengan paras cantiknya. Yakin lo mau merjuangin dia?" ucap Elvano, pimpinan genk mereka atau seorang yang berkuasa diantara mereka.

   "Yakin lah. Kenapa gue mesti ragu? Justru itu yang gue cari. Cewek yang susah didapetin itu sayangnya nggak main-main dan memang cinta itu butuh perjuangan. Jika gue udah berhasil dapetin dia gue akan berusaha jagain dan bahagiain dia." jelas Rezvan panjang lebar.

   "Lo nggak takut apa si Ayis ninggalin lo?" elak si Randi yang khawatir jika kedepannya Rezvan akan galau karena ditinggalkan oleh gadis itu.

   "Kenapa harus takut?" tanya Rezvan.

   "Secara ya lo itu masih brandal, sering keluar masuk BK, gue takut aja si Ayis kecewa dan bakal ninggalin elo karena ulah lo" ucap Randi menjelaskan kekhawatirannya.

   "Kalo emang udah sayang nggak bakal tega ninggalin dan gue yakin sebentar lagi gue akan dapetin dia." simpul Rezvan menjawab kekhawatiran randi.

   "Terserah lo aja deh, itu hak lo. Pokoknya kalo lo berhasil dapetin tuh cewek, lo traktir kita bertiga bakso Mang Udin. Gimana? Gue do'ain deh biar lu bisa dapetin tuh cewek dan gua bisa makan gratis" usul Andhra yang terlihat lebih memaksa. Dia tipikal cowok yang doyan banget sama sesuatu yang berbau gratis. Katanya itu sih kesempatan emas.

   "Ah elo. Cari gratisan mulu. Mirip cewek lu, suka ngejar diskonan" ejek si Randi dan pastinya Andhra tidak terima dengan ejekan yang baru saja dilontarkan oleh Randi.

   "Apaan sih lo, udah ngejek, nyama-nyamain sama cewek pula." kesal Andhra tak mau kalah.

   "Udah-udah. Itu mah gampang, pokoknya lo do'ain aja biar gue bisa dapetin si Ayis." ucap Rezvan untuk memisah Randi dan Andhra yang sudah ada tanda-tanda keributan akan menyelimuti mereka.

   "Ok lah, moga lu berhasil. Gue balik ke kelas dulu" ucap Elvano sambil berdiri dan menepuk bahu Rezvan kemudian berlalu pergi.

   "Eh, ngapain lo ke kelas? Tumben. Biasanya lo yang nyegah kita balik ke kelas" teriak Randi pada Elvano karena jaraknya sudah sedikit jauh.

   "Gue ngantuk, gue mau tidur di kelas." jawab Elvano yang sudah mulai tak terlihat ditelan tembok sekolah.

   "Eh, gue juga balik dulu yah!" ucap Rezvan lalu berhigh five pada kedua sahabatnya.

   "Napa lu? Ngantuk juga?" tanya Andhra. Ia mengira Rezvan juga sama ngantuknya dengan Elvano yang balik ke kelas tadi.

   "Nggak, gue mau cari sensasi, gue bosen" jawab Rezvan sambil mengedipkan sbelah matanya. Tak lupa senyum jailnya dan berlalu begitu saja.

   "Ih gila dia" ucap Randi setelah Rezvan pergi meninggalkan mereka berdua.

          🌸🌸🌸

   Ayis berjalan di koridor sekolah dengan setumpuk buku milik teman sekelasnya. Sebagai ketua kelas, ia disuruh Bu Windy untuk mengumpulkan tugas dan meletakannya di ruangan bu Silvi. Koridor sekolah saat ini sepi karena ini masih jam pelajaran ke-3. Di kejauhan terlihat Rezvan sedang tersenyum melihat Ayis. Posisi Ayis yang membelakangi Rezvan membuat gadis itu tidak megetahui keberadaan Rezvan. Rezvan memang sengaja lewat koridor depan kelas Ayis. Niat awalnya hanya ingin melihat Ayis dari luar kelasnya. Tapi takdir tidak sesuai dengan pemikiran. Kadang lebih baik, kadang lebih buruk. Mungkin kali ini ia beruntung. Dan ternyata tidak rugi juga dia memilih balik ke kelas duluan. Padahal ia sangat malas mengikuti jam pelajaran kali ini. Ia berjalan mengendap-endap tanpa menimbulkan suara derap langkah untuk lebih dekat dengan Ayis. Ia sengaja tidak menampakkan kehadirannya.

   "Eh, Ayis!" sapa Rezvan atau lebih tepatnya sengaja membuat Ayis terkejut. Ia menepuk bahu kiri Ayis agar Ayis lebih terkejut.

   "Astaga! Ngagetin aja lo!" ucap Ayis sangat kaget dengan tepukan Rezvan sekaligus terkejut dengan dengan keberadaan cowok itu. Ternyata berhasil juga Rezvan membuat Ayis kaget. Nafas Ayis sedikit sesak karena terkejut walaupun ia tidak mempunyai riwayat penyakit asma.

   "Maap ya. Gue nggak bermaksud nyakitin kamu" ucap Rezvan karena membuat Ayis terlihat mengatur nafasnya karena keterkejutannya tadi. Ayis haya diam menatap lurus ke depan.

   "Eh, mau aku bantuin nggak?" ucap Rezvan berharap Ayis mengalihkan perhatiaannya dan menatap dirinya.

   "Nggak usah" jawab Ayis ketus. Ia masih bersifat dingin pada Rezvan. Ia tidak mau menerima Rezvan terlebih dahulu.

   "Beneran nggak mau dibantu?" tawar Rezvan sekali lagi, barangkali Ayis berubah pikiran dan mau dibantu.

   "Nggak Rezvan" jawab Ayis masih dengan pendiriannya. Ia memilih berjalan dan meninggalkan Rezvan. Tanpa disadari tali sepatu Ayis terlepas dan membuat Ayis hampir terjatuh. Untung baru beberapa langkah jadi lengan Rezvan lebih dulu menangkap tubuh Ayis. Menahan tubuh Ayis agar tidak terjatuh. Posisi muka Rezvan dan Ayis hanya berjarak beberapa centi saja. Ayis hanya diam tak berkutik. Nafas Ayis terasa hangat menyapa lembut wajah Rezvan, begitupun sebaliknya. Mereka tidak peduli dengan buku yang terjatuh dan berserakan akibat Ayis yang hampir terjatuh tadi. Mereka beradu pandang. Cukup lama. Entah mengapa Ayis merasa nyaman dengan ini. Rezvan juga sedang asyik dengan perasaannya tentang Ayis hingga ia tak mampu untuk melepaskannya begitu saja. Ayis tersadar lebih dulu dan bangun dari posisinya tadi. Mau tidak mau Rezvan harus menjauhkan tangannya. Cowok itu berjongkok dan menali kedua tali sepatu Ayis yang terlepas. Ayis hanya diam dan tidak menolak Rezvan membenahi tali sepatunya. Ia masih memikirkan kejadian barusan hingga ucapan Rezvan membuyarkan pikirannya.

   "Makannya hati-hati". Rezvan mengambil beberapa buku yang berserakan di lantai. Ayis ikut jongkok untuk mengambil beberapa buku yang tersisa. Rezvan berdiri dan berjalan mendahului Ayis. Ia tersenyum tanpa sepngatuhan gadis itu. Ayis memandang Rezvan dari belakang. Tak terasa bibirnya mengukir senyum, senyum yang mengartikan perasaannya kepada Rezvan. Ayis tak mampu menahan kebahagiaannya. Ayis tersadar dari pikirannya tentang Rezvan yang lagi-lagi menghampirinya. Ia berjalan lebih cepat untuk menyusul Rezvan yang sudah berjalan duluan.

   "Thanks yah" ucap Ayis ketika sudah sampai di samping Rezvan.

   "Iyah sama-sama. Mau dikumpulin dimana?" jawab Rezvan sekaligus bertanya pada gadis itu.

   "Di ruangan Bu Windy." jawab Ayis tanpa melihat ke arah Rezvan.

   "What?! Bu Windy?" ucap Rezvan terkejut. Ia tak berpikir jika tugas ini adalah tugas dari Bu windy.

   "I-iya. Emang kenapa? Kalo nggak bisa biar gue sendiri aja. Nggak papa kok." sahut Ayis yang masih bingung dengan respon Rezvan yang terkejut. Ia tidak tahu menahu ada urusan apa Bu Windy dengan cowok yang ada di sampingnya ini.

   "Nggak kok, nggak papa, lagian sebentar lagi sampai kok" kata Rezvan dan menutupi kekhawatirannya. Tidak mungkin jika ia menyuruh Ayis mengumpulkan tugas ini sendirian walaupun ia ketua kelas karena Rezvan sendiri yang tadi memaksa Ayis agar mau dibantu. Ayis hanya manggut-manggut mendengar ucapan Rezvan. Ia tidak memperlebar masalah ini.

Sederet LangkahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang