Terlihat empat gadis sedang berjalan bersama. Sesekali mereka tertawa bersama. Entah apa yang sedang mereka bicarakan.
"Eh, eh Yis ada Kak Rezvan tuh." ucap Zhafira yang melihat Rezvan pertama kali karena mereka bertiga masih asyik dengan obrolan yang tentunya hanya sebagai pemecah keheningan selama berjalan menuju Kantin. Mereka menghentikan obrolan mereka ketika melihat kehadiran Rezvan. Tidak dengan Ayis. Gadis itu masih memalingkan wajahnya melihat Ray yang ada di sampingnya. Tanpa melihat ke arah depan. BRUK!! Ayis menabrak seorang cowok yang kini tepat ada di depannya. Ayis mendongakkan wajahnya dan ternyata cowok yang ditabraknya adalah Rezvan. Seketika jantung Ayis berdegup lebih kencang melihat Rezvan di depannya yang tersenyum manis melihatnya. Ketiga sahabatnya menahan tawa. Ayis menjadi semakin kikuk melihat Rezvan. Dan cowok itu hanya tersenyum. Untung saja kejadian yang lalu tidak terbilang lagi.
"Eh maaf." ucap Ayis dengam penuh kegugupan.
"Iya nggak papa, kamu ada yang sakit?" tanya Rezvan memastikan keadaan Ayis. Barangkali ada yang terasa sakit setelah adegan tadi. Walaupun itu murni kesalahan Ayis yang menabraknya karena tidak melihat jalan. Sontak ketiga sahabatnya bercie-cie melihat Rezvan yang khawatir dan Ayis yang sangat gugup.
"Eh, nggak kok." ucap Ayis menjawab kekhawatiran Rezvan barusan. Berharap Rezvan mengalihkan tatapannya.
"Kalian pada mau ke Kantin?" tanya Rezvan pada ke empat gadis yang ada di depannya.
"Iya Kak. Kita mau ke Kantin. Kakak mau ikut?" jawab Ray sekaligus memberikan tawaran pada Rezvan.
"Eh nggak, gue cuma mau pinjem si cantik ini. Boleh kan?" tanya Rezvan pada ketiga sahabat Ayis sambil sesekali melihat Ayis yang tersenyum malu.
"Oh, bawa aja kak, kalo perlu buang aja ke sungai." ucap Zhafira sambil melirik Ayis. Ayis menghentakkan kakinya sebal.
"Awas ya lo." ancam Ayis. Tapi bukannya takut. Ketiga sahabatnya malah menjulurkan lidahnya dan berlalu begitu saja. Kini hanya tinggal Ayis dan Rezvan disana.
"Yuk." ajak Rezvan sambil menaikkan sebelah alisnya dan menggandeng tangan Ayis.
"Kita mau kemana sih?" tanya Ayis yang masih bingung dengan ajakan Rezvan. Rezvan tersenyum mendengar pertanyaan Ayis.
"Udah ikut aja." ucap Rezvan yang masih merahasiakan tempat yang akan mereka tuju. Mereka mulai berjalan tanpa mereka sadari ada orang yang sedang melihat tajam ke arah mereka.
🌸🌸🌸
"Duduk disitu yuk." ucap Rezvan sambil menunjuk sebuah bangku taman untuk mengajak Ayis duduk di salah satu bangku taman yang kebetulan kosong itu. Disini mereka, di taman sekolah. Sebagian siswa meluangkan waktu istirahatnya disini. Tapi yang disini dominan dengan kekasihnya masing-masing. Tapi ada juga yang datang kesini dengan sahabatnya.
Ayis mengangguk menanggapi ucapan lelaki yang di cintainya itu. Mereka duduk di sebuah bangku yang terlihat sangat nyaman. Keheningan mulai hadir diantara mereka. Entah karena apa mereka saling diam tanpa berniat untuk membuka mulut mereka. Mulut mereka terasa sangat kaku hanya untuk mengucapkan sepatah kata. Beberapa menit terbuang sia-sia dengan keheningan yang tak ada gunanya. Hingga akhirnya Rezvan membuka mulut untuk berbicara.
"Em, Ayis." ucao Rezvan. Suaranya tertahan. Ia hanya mampu memanggil nama gadis yang ada disampingnya itu. Lelaki itu bingung. Harus bagaimana ia sekarang. Entah karena apa suaranya terasa tertahan.
"Ya?" jawab Ayis sambil menoleh ke arah Rezvan. Ia berusaha tersenyum dan menutupi kegugupannya. Rezvan mengangkat kepalanya yang tadinya tertunduk dan memandang wajah gadis itu. Mata mereka bertemu. Semakin kencang jantung Ayis berdegup. Begitupun Rezvan yang tak kalah kencangnya. Mereka masih beradu pandang tanpa ada sepatah kata yang keluar dari bibir mereka. Memperlihatkan sebuah perasaan yang sekarang mereka rasakan. Lewat mata, semuanya tidak bisa di tutupi.
Tangan Rezvan mulai bergerak menggenggam tangan Ayis. Gadis itu refleks menundukkan kepalanya melihat tangannya yang sudah berada di genggaman tangan Rezvan. Gadis itu kembali mendongakkan wajahnya dan memandang wajah Rezvan lagi tanpa ada rasa bosan yang menghampiri. Perlahan mulut Rezvan terbuka. Ia akan mengatakan sesuatu yang mungkin tidak diduga Ayis.
"Semesta juga tahu kalu aku menyayangimu, aku mencintaimu. Sesuai perkataanku dulu, aku akan berjuang untuk mendapatkanmu. Dan sekarang aku harap perjuanganku tidak sia-sia. Aku ingin kau sekarang menjawab semua perjuanganku." ucap Rezvan panjang lebar. Sebenarnya ia sangat gugup dan takut jika Ayis akan menolaknya dan menyuruhnya untuk menjauhi gadis itu. Ia tidak mau kehilangan Ayis. Ia benar-benar menyayangi Ayis. Ia ingin iya menjadi satu-satunya jawaban yang Ayis punya. Tanpa melibatkan lata entah apalagi tidak.
"Maksudnya?" tanya Ayis yang masih bingung dengan perkataan Rezvan. Sebenarnya ia mengerti, ia faham betul. Tapi ia tidak mau salah pengertian. Lebih baik bertanya daripada ia menjawab tapi dugaannya salah.
"Kamu mau jadi pacar aku?" ucap Rezvan menjelaskan maksud ucapannya tadi menjadi lebih ringkas. Ayis tersentak mendengar pertanyaan Rezvan. Benar dugaannya. Rezvan sedang mengungkapkan perasaannya. Apakah secepat ini? Terus apa yang harus gadis itu lakukan? Cukup lama Ayis diam dan berfikir. Segala pertanyaan dan rasa tak terduganya berkeliaran di pikiran. Membuat Rezvan cemas dengan respon yang akan diberikan oleh Ayis.
Akhirnya Ayis tersenyum. Senyum yang menjawab segala perjuangan Rezvan. Tapi Rezvan tidak sepeka itu. Lelaki itu bingung. Kenapa Ayis tersenyum? Apakah ini lucu? Ataukah ada yang salah dengan dirinya? Pikiran negatif mulai muncul di benak Rezvan
Rezvan mengangkat sebelah alisnya. Berharap Ayis akan menjelaskan apa maksud dari senyumannya itu. Senyum Ayis semakin melebar melihat raut wajah Rezvan yang terlihat kebingungan. Gadis itu mengangguk, memperjelas maksud dari senyumannya tadi. Rezvan sadar jika itu adalah jawaban dari Ayis.Rezvan refleks mengeratkan genggamannya. Lebih erat dari sebelumnya. Semburat bahagia terlihat jelas di wajah cowok itu. Ia terlalu senang dengan jawaban uanh Ayis berikan barusan. Rezvan tersenyum penuh arti. Mungkin sekarang ia tidak bisa mengungkapkan rasa senangnya lewat kata-kata.
Dari kejauhan terlihat seorang lelaki yang berdiri menatap mereka berdua dengan tatapan kekecewaan, tatapan penuh keputus asaan. Ia melihat aura kebahagiaan tercetak jelas di wajah Ayis maupun Rezvan. Entah dengan apa ia bisa memperbaiki hatinya agar bisa utuh seperti dulu lagi. Ia merasa semangat yang selalu ada selama ini sekejap hilang. Bahkan ia tak tahu harus dengan apa agar bisa membangkitkan kembali semangat yang sempat hilang itu. Dari raga ia memang terlihat kuat, terlihat tegar. Padahal sebenarnya hatinya sangat rapuh. Hanya saja raga itu mencoba menguatkan hati yang sudah terluka hanya karena perasaan yang ada.
Sedangkan di sisi lain terlihat seorang perempuan yang menatap momen itu dengan penuh kebencian, penuh dendam, dan penuh emosi. Berbanding terbalik dengan lelaki tadi. Memang mereka sama-sama melihat adegan itu. Hanya saja perasaan mereka berbeda untuk menanggapi kejadian seperti itu. Semoga saja sesuatu buruk tidak akan terjadi.