Dering ponsel terdengar dari benda pipih yang sekarang berada digenggaman Ayis. Ia sibuk berkirim pesan dengan seseorang.
Suara ketukan pintu terdengar. Tapi ia tidak mengindahkan suara itu. Ia masih berkutat dengan gadgetnya. Hingga pintu terbuka dan seorang pemuda terlihat berdiri di ambang pintu. Acha melihat Ayis dengan muka yang datar. Ia berjalan menuju ranjang Ayis. Gadis itu belum juga memalingkan wajahnya sedikitpun. Entah apa yang sedang dilakukannya. Tapi itu sangatlah keterlaluan.
“Dek, lo budek ya?” cerca Acha. Hal itu membuat Ayis menolehkan kepalanya. Mungkin ia tersinggung dengan ucapan Acha barusan.
“Enak aja lo.” Ucap Ayis sinis. Memang Ayis salah. Tapi adanya pepatah ‘perempuan itu selalu benar’ membuat Ayis tak mau mengakui kesalahannya. Ia kembali memainkan gadgetnya.
“Lo main apa sih?” tanya Acha yang bingung dengan keasyikan Ayis. Ia merebut hp yang ada di genggaman Ayis saat itu. Gadis itu melongo. Ia masih tidak sadar dengan apa yang dilakukan oleh Acha. Tapi sedetik kemudian Ayis sadar dan mencoba merebut hp yang dibawa oleh kakaknya itu. Akhirnya Acha tahu penyebab dari kebudekan Ayis barusan. Rupanya adeknya itu sedang berkirim pesan dengan Rezvan. Pantas saja jika ia berubah budek seperti tadi. Setelah ia membuat janji dengan Faresta perihal latihan tadi, Ayis mendapat pesan dari Rezvan. Dan akhirnya ia candu untuk membalasnya.
Acha menyerahkan hp itu pada pemiliknya lagi. Ia menatap Ayis dengan tatapan yang menggoda. Ditambah lagi senyumnya yang membuat Acha seperti puas dengan jawaban yang sudah ia dapatkan. Ayis mengambil hpnya kasar.
“Puas lo?” ucap Ayis kemudian. Ia menatap Abangnya kesal. Acha malah tertawa dengan respon Ayis. Gadis itu menolehkan kepalanya melihat Abangnya yang masih saja tertawa.
“Keluar lo! Ganggu aja.” Bentak Ayis pada Abangnya. Ia merasa terganggu dengan kehadiran Abangnya itu. Tapi Acha belum juga beranjak dari tempatnya. Ia masih berdiri di samping ranjang Ayis dan tawa itu belum juga reda. Bahkan lebih keras dari sebelumnya. Membuat Ayis semakin kesal.
“Pergi nggak?!” bentak Ayis sekali lagi. Kali ini ia mengangkat bantal yang tadinya ada di pangkuannya. Matanya yang melotot, menjadi bukti bahwa ia memang benar-benar kesal. Sedetik kemudian, ia memkulkan bantal itu pada Acha. Acha mengangkat kedua tangannya untuk menutup wajahnya. Ia melindungi diri dari serangan adeknya yang brutal itu.
“Iya, iya. Gue pergi. Gue Cuma mau bilang, lo ditunggu papa sama mama di bawah. Sekalian lo disuruh makan.” ucap Acha akhirnya. Sebenarnya hanya itu niat Acha untuk datang ke kamar Ayis. Tapi karena Ayis tidak menyahuti ketukannya tadi, membuat ia penasaran apa yang sebenarnya Ayis lakukan hingga membuat telinganya mendadak tuli. Sebenarnya bukan Rezvan yang menjadi penyebab Ayis mendadak tuli melainkan Cinta yang hadir diantara mereka.