- flashback on -
"Lo itu culun, jelek. Mau lo apa sih? Lo mau ngalahin kepintaran gue? Dengan lo jadi delegasi sekolah lomba cerdas cermat? Iya?" ucap Agnes pada Ayis. Ia sangat murka dengan Ayis. Ia ingin segala kemampuannya tidak boleh terkalahkan oleh siapapun. Dan saat ini ia sangat marah pada Ayis karena Ayislah yang akan menjadi delegasi dari sekolah untuk lomba cerdas cermat. Memang Ayis pintar, bahkan Ayis lebih pintar dari Agnes. Ia juga sebenarnya cantik. Tapi ia sedikit culun dan ia juga sangat pendiam.
Ayis terjebak di toilet. Sebelumnya ia izin kepada guru di kelasnya. Ia ingin pergi ke toilet untuk mencuci muka karena ia mengantuk saat jam pelajaran. Sebagai murid yang teladan, tentunya ia tidak akan tidur di kelas dan meninggalkan beberapa jam pelajaran yang menurutnya sangat penting. Karena dia adalah anak yang pintar, ia sudah berkali-kali menjadi bintang kelas dan di kenal banyak guru. Ia juga sekelas dengan Agnes. Mungkin ketika Ayis izin ke toilet, Agnes mengikutinya dan menjebaknya di toilet. Gadis culun itu sangat ketakutan. Meskipun tampilannya yang culun ia sangat pandai dan sering menjadi delegasi sekolah untuk mengikuti lomba cerdas cermat ataupun olimpiade dan pasti ia akan pulang dengan membawa piala kejuaraan.
Saat itu, Ayis masih duduk dibangku kelas 2 SMP. Dia tipikal pendiam, culun, dan pintar. Ia jarang emosi ataupun membentak teman-temannya karena memang ia hanya berbicara seperlunya saja, jadi tak mungkin jika ia memarahi temannya dan baginya itu hanya membuang waktu. Ia disiplin pada peraturan jadi tak segan-segan jika banyak guru mengaguminya. Banyak temannya yang menyukainya, karena memang ia baik, ramah dan murah senyum sehingga seseorang yang ada di sekitarnya akan nyaman dengan keberadaannya walaupun ia jarang mengeluarkan kata-kata. Ia juga sering mendapat hinaan dari sebagian siswa yang benci terhadapnya termasuk Agnes dan kelompoknya. Tapi jika ia sudah tidak tahan dengan semua itu, mungkin saja ia akan menangis. Dan jika ia marah, ia tidak akan melampiaskan emosinya. Ia hanya diam lalu pergi meninggalkan tempat yang tadinya digunakan untuk menghinanya.
Sekarang Ayis lebih berani karena ia memiliki kemauan untuk merubah masa lalunya. Ia me-make over penampilannya menjadi cantik. Ia juga sudah tidak pernah menangis. Ia mengikuti beberapa latihan beladiri agar ia bisa menjaga dirinya. Dari situlah, ia mulai jadi pemberani dan sedikit tomboy. Ia melawan segala rasa takut yang dulunya pernah ada dihidupnya. Dan saat ini, menangis adalah kata yang ia hilangkan dari kamus hidupnya. Tapi sifat baik dan keramahannya belum hilang, dan semoga saja tidak akan hilang. Tapi ia akan merasa kesal jika sesuatu yang disukainya atau pekerjaan yang ia sukai diganggu oleh seseorang.
Agnes datang bukan sendirian, melainkan dengan kedua temannya yang selalu menuruti perintahnya. Saat itu, Ayis tetap diam. Ia sangat takut dengan hal itu.
"Lo harus terima balasan yang sama dengan sakit hati yang aku rasa." ucap cewek itu dengan nada menyeramkan. Ia mengucapkan kalimat itu dengan penuh penekanan. Ayis hanya diam. Ia tidak melawan. Tangan gadis itu mulai terangkat dan mengepal. Ayis menutup matanya. Ia sungguh takut dengan apa yang terjadi. Gadis itu melayangkan tangannya dan BUKK!!!. Kepalan tangannya telah mengenai sesuatu. Ayis tetap memejamkan matanya. Ia sangat ketakutan. Tapi ia tak merasakan apapun. Bahkan sakitpun tidak ia rasakan. Lalu suara apa barusan? Ia menerka-nerka apa yang telah terjadi dengan mata yang masih terpejam.
Ayis mencoba membuka matanya sedikit demi sedikit. Seketika ia membulatkan matanya. Ia sangat terkejut dengan apa yang terjadi. Tiga cewek tadi sudah pergi tanpa pamit. Inilah hal yang paling ditakutkan oleh Ayis. Ia takut jika hal seperti ini akan terulang kembali. Ia terduduk dan menangis. Ia sangat tidak percaya dengan hal yang baru saja terjadi. Izza-sahabat Ayis ketika SMP- tergeletak lemah di lantai dengan darah yang menggenang disekitar kepalanya. Izza datang disaat Ayis akan mendapat pukulan dari Agnes. Tadi ia izin kepada guru sekelasnya juga. Awalnya ia tidak mendapat izin. Tapi ia sangat memaksa guru yang sedang mengisi jam pelajaran di kelasnya tadi. Dan akhirnya ia mendapat izin untuk ke toilet. Ia mengikuti Agnes, kemana ia akan pergi. Ia sangat curiga setelah Agnes izin untuk ke toilet juga karena Ayis baru saja izin untuk ke toilet. Ia sangat tau jika Agnes sangat membenci Ayis karena memang Ayis adalah sahabatnya, jadi ia tahu banyak tentang Ayis. Sesampainya di toilet ia bersembunyi di balik tembok toilet. Ia tidak memperlihatkan diri terlebih dahulu. Ia mendengarkan semua ucapan Agnes dan setelah ia tahu jika Agnes mengangkat tangannya ia segera masuk ke toilet dan berdiri di depan Ayis. Dan tepat setelah Izza berdiri di depan Ayis, Agnes melayangkan satu pukulan dan mengenai kepala Izza. Tubuh Izza terdorong oleh pukulan Agnes karena pukulannya sangat keras. Kepala Izza terbentur pojok wastafel dan ia tersungkur di lantai. Darah mulai bercucuran. Rasa sakit mulai menguasai diri Izza. Ia tidak tahan dan akhirnya ia tak sadarkan diri.