Suara bising mulai terdengar kembali. Sepertinya Acha sedang berkutat dengan gamenya lagi. Terlalu serius tanpa ada rasa bosan ataupun jenuh yang hadir didalam diri Acha. Berbeda dengan gadis cantik yang sekarang ada di kamarnya. Ia terlihat bingung memilih baju yang akan ia kenakan malam ini untuk mengerjakan tugas kelompok dengan Aldi di Cafe yang telah mereka sepakati kemarin. Gadis itu berulang kali mengeluarkan bajunya dan membiarkannya tergeletak diatas lantai karena ketidak cocokannya. Dan pada akhirnya gadis itu menemukan satu pakaian yang menurutnya cocok. Ia mengambil jaket hoodienya yang berwarna pink dengan setelan celana jeans panjang berwarna putih. Ia segera memakainya dan melihat pantulan tubuhnya di cermin. Simple tapi Ayis menyukainya. Ayis menaburkan sedikit bedak di wajahnya dan meratakan bedak itu. Ia mengikat rambutnya ke belakang. Selesai. Ia berjalan menuju almari yang berisi koleksi sepatunya. Ia mengambil sepasang sepatu berwarna pink yang senada dengan baju yang ia kenakan. Ia memakainya dan berjalan keluar kamar.🌸🌸🌸
Sebuah notice whatsapp muncul. Ayis melihat notice itu yang ternyata dari Aldi. Ia membuka notice whatsapp itu dan membaca pesan yang ada di dalamnya.
Ayis merasa tidak nyaman dengan panggilan “gadis cantik” yang dilontarkan Aldi di pesannya tadi. Ia hanya membacanya tanpa membalas pesan terakhir dari Aldi tadi. Ia takut dengan Rezvan walaupun Rezvan tidak mengetahui jika Aldi menghubunginya. Ayis hanya ingin menjaga hatinya untuk Rezvan. Bukan untuk siapapun. Mereka hanya perlu saling percaya saja. Lagi pula niatnya untuk bertemu Aldi hanya untuk mengerjakan tugas. Tidak lebih. Tapi ia merasa jika Aldi sedikit berubah. Pasalnya kemarin mereka masih terlihat canggung. Tapi sekarang? Kenapa Aldi memanggilnya dengan gadis cantik? Semoga saja nanti tidak terjadi apa-apa. Ayis melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga untuk meminta izin pada abangnya yang sedang sibuk dengan gamenya itu.
“Bang, gue pergi ke Cafe Skill.” Ucap Ayis singkat padat dan jelas. Semoga saja Abangnya itu mengizinkannya. Ayis masih setia menunggu jawaban dari Acha. Ia masih berdiri di tempat semula hingga akhirnya kepala Acha mengangguk. Tanda jika ia mengizinkan Ayis untuk pergi malam ini. Ayis mulai melangkahkan kakinya keluar rumah tapi Acha kembali menahannya. Ayis membalikkan badanya.
“Dek bentar deh, lo mau ngapain kesana?” tanya Acha sambil meletakkan stik PSnya di shofa. Ia menatap Ayis.
“Mau ngerjain tugas kelompok sama Aldi.” Jawab Ayis santai. Memang kenyatannya begitu. Ia sedang tidak berbohong.
“Naik apa?” tanya Acha dan berdiri menghampiri Ayis.
“Ojek online Bang.”
“Mau Abang anter?” tawar Acha yang kelihatannya khawatir jika Ayis harus berangkat dengan menggunakan ojek online. Ayis menggeleng menanggapi tawaran Acha.
“Nggak usah Bang, Abang main game aja. Ayis berani kok.” Ucap Ayis menolak sekaligus menenangkan Acha yang khawatir. Ia meyakinkan Acha bahwa ia berani agar Acha tidak khawatir lagi.
“Serius nih? Entar lo malah kenapa-napa.” Ucap Acha yang masih khawatir.
“Lebay amat sih lo bang. Santai aja lah.” Jawab Acha sambil terkekeh.
“Suruh santai aja, kalo lo kenapa-napa gimana?” ucap Acha yang geram karena Ayis menyuruhnya tetap santai. Masalahnya ini juga malam, kan bahaya.
“Iya iya bang, gue bakal hati-hati.” Ucap Ayis masih meyakinkan Abangnya.
“Yaudah kalo gitu, Abang anter sampe depan rumah, jaga diri lo baik-baik. Kalo ada apa-apa bilang aja sama Abang.” Ucap Acha akhirnya. Mereka melangkahkan kakinya keluar rumah. Acha nampaknya masih sedikit khawatir dengan Ayis. Tak lama kemudian tukang ojek datang. Lalu Ayis berpamitan dengan Acha.
“Bang gue berangkat dulu ya.” Ucap Acha lalu melangkahkan kakinya menuju tukang ojek itu.
“Iya dek, hati-hati. Jaga diri lo baik-baik.” Ucap Acha sambil melambaikan tangannya seperti orang yang akan berpisah selama-lamanya. Layaknya kekasih yang sedang LDR. Ayis mengacungkan jempolnya sebagai jawaban dari ucapan Acha barusan.