13

25 2 0
                                    

   Hiruk pikuk di kantin sudah menjadi ciri khas dari tempat tersebut. Mengingat tempat ini lebih banyak didatangi siswa daripada tempat yang lain. Canda tawa terjadi di meja ketiga cewek yang duduk di tengah tengah kantin. Entah hal apa yang mereka bicarakan hingga membuat mereka tertawa terbahak-bahak. Dari kejauhan terlihat sosok cowok yang mengamati meja mereka. Cowok itu datang ke kantin ditemani dengan ketiga temannya. Ia merasa ganjil melihat meja ketiga cewek tadi. Seseorang yang sedang ia cari tidak ada di sana. Segala macam pikiran terlintas begitu saja.  Ia berniat mencari seseorang yang sempat ia khawatirkan tadi.

   "Gue pergi dulu ya." pamit Rezvan pada ketiga temannya.

   "Mau kemana lu?" tanya Andhra

   "Gue mau cari Ayis." jawab Rezvan singkat tapi bisa membuat ketiga sahabatnya mengerti bahwa Rezvan memang menyukai Ayis.

   "Lo beneran suka sama tuh cewek?" Elvano bertanya untuk memastikan bahwa dugaannya memanglah benar.

   "Iya gue suka sama dia. Awalnya gue cuma jadiin dia terget. Tapi gue ngerasa hati gue beda." ungkap Rezvan gamblang. Ia berdiri lalu ber-high five dengan ketiga sahabatnya seperti biasa.

   "Moga lo berhasil." do'a Elvano yang dijawab anggukan oleh Rezvan yang sudah beranjak pergi dan menghampiri meja sahabat Ayis.

   "Em, permisi, Ayisnya ada?" tanya Rezvan pada ketemu ga sahabat Ayis setelah sampai disana.

   "Eh Kak Rezvan, kakak cari Ayis?" tanya Della yang sama saja mengulangi perkataan Rezvan barusan.

   "Iya, emangnya dia dimana?" tanya Rezvan lagi karena belum mendapat jawaban.

   "Oh, Ayis ada di kelas Kak. Tadi dia nggak mau ke Kantin padahal udah kita ajak." jawab Rayshiva.

  "Thanks ya." ucap Rezvan dan pergi dari Kantin. Ia berjalan dengan tergesa-gesa. Rasa khawatir mulai muncul lagi. Tinggal satu kelas lagi ia akan sampai di Kelas Ayis. Ia berdiri diambang pintu dan mendapati Ayis duduk di kursi bangkunya. Ayis melamun. Rezvan melangkah menuju bangku Ayis.

   "Hey." sapa Rezvan pada Ayis dan duduk di kursi depan meja Ayis. Ayis tersadar dari lamunannya. Ia terkejut mendapati Rezvan yang sudah duduk di depannya.

   "Tumben nggak ke Kantin?" tanya Rezvan

   "Kok kamu ada di sini?" tanya Ayis mengalihkan pertanyaan Rezvan tadi. Ia takut Rezvan mengetahui apa yang ia pikirkan dan traumanya pada tiga tahun yang lalu.

   "Aku tadi ke Kantin. Aku liat ketiga sahabatmu, karena aku nggak liat kamu, jadi aku samperin mereka. Aku tanya ke mereka kamu dimana, mereka jawab kamu ada di Kelas, yaudah aku samperin aja ke sini." jawab Rezvan sekaligus bercerita asal. Muasalnya ia bisa ada di sini. Ayis hanya ber-oh ria setelah mendengar jawaban dari Rezvan. Dan tanpa sadar pikiran itu kembali hingga membuatnya melamun.

   "Kamu nggak laper?" tanya Rezvan pada Ayis yang masih asyik dengan lamunannya dan tidak mendengar pertanyaan yang dilontarkan Rezvan. Rezvan menyadari Ayis yang dia tidak menjawab pertanyaan tadi.

   "Ayis.." Rezvan memanggil nama Ayis agar gadis itu tersadar dari lamunannya. Ayis tersadar dari lamunannya dan menjawab pertanyaan Rezvan dengan gugup.

   "Eh sorry, kamu tanya apa tadi?" ayis bertanya pada Rezvan, tapi Rezvan tidak mengindahkan pertanyaan Ayis. Pria itu menyentuh pipi kiri Ayis dan mengelusnya sebelum ia bertanya lagi.

   "Kamu kenapa kok melamun? Ada masalah?" tanya Rezvan. Mereka saling bertatapan. Ayis melihat mata Rezvan yang seolah-olah memberi keteduhan padanya. Ia seperti membeku diperlakukan Rezvan seperti ini. Mendapati Ayis yang masih diam Rezvan bertanya lagi.

   "Kamu kenapa?" pertanyaannya masih sama seperti tadi. Menanyakan perihal apa yang sedang terjadi dengan gadis yang ada di depannya ini. Ayis segera menjauhkan wajahnya dari tangan Rezvan. Rezvan menurunkan tangannya.

   "Aku nggak papa kok." jawab Ayis berbohong dan menundukkan kepalanya.

   "Makan yuk," ajak Rezvan pada Ayis.
"Kita ke Kantin makan mie ayam kesukaan kamu." lanjut Rezvan dengan harapan Ayis mau menerima ajakannya. Ayis mengangkat kepala mendapati ajakan dari Rezvan.

   "Nggak usah, aku masih kenyang kok." tolak Ayis dengan segala alibinya.

   "Kamu belum makan kan? Nanti kamu sakit. Yuk?" ajak Rezvan sekali lagi. Tapi Ayis masih saja menggeleng, menolak ajakan Rezvan.

   "Maaf ya, lain kali aja." ucap Ayis kemudian. Menawarkan yang berarti sebuah ajakan juga sebagai ganti ajakan Rezvan yang ia tolak tadi. Rezvan tampak berpikir.

   "Tapi ada syaratnya." ucap Rezvan dengan senyum jahilnya.

   "Loh, kok pake syarat segala. Kan udah diganti." bantah Ayis.

   "Karena kamu nolak ajakanku tadi. Ya setidaknya aku dapet imbalan karena udah nyamperin kamu kesini." ucap Rezvan dengan mengangkat sebelah alisnya.

   "Yaudah, syaratnya apa?" tanya Ayis mengalah. Ia pasrah.

   "Besok kamu harus berangkat sekolah bareng aku. Aku jemput di Rumah kamu. Gimana?" ucap Rezvan dan menaikkan satu alisnya lagi. Tak lupa senyum yang terus terukir di bibirnya.

   "Gimana ya?" goda Ayis dan memasang wajah berpikirnya.

   "Yaudah, kalo nggak mau aku cium sekarang juga." jawab Rezvan dan mendekatkan wajahnya.

   "Ih, apaan sih kamu. Jijik banget." jawab Ayis dan mendorong wajah Rezvan agar menjauh dari hadapannya.

   "Maka dari itu, diterima lah, daripada aku cium sekarang." ucap Rezvan memaksa Ayis.

   "Iya iya aku mau." jawab Ayis kemudian.

   "Beneran mau?" tanya Rezvan sekali lagi.

   "Yaudah kalo gitu nggak jadi aja." goda Ayis sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

   "Iya iya. Aku kan cuma memastikan. Mau ya?" ucap Rezvan dengan wajah emelasnya. Memohon agar Ayis mau dijemputnya besok.

   "Hahaha, emangnya kamu tau alamat rumah aku?" Ayis tertawa melihat wajah Rezvan dan menurunkan tangannya. Ia meragukan Rezvan yang tau alamat rumahnya.

   "Tau dong," jawab Rezvan tak mau kalah.

   "Besok berangkatnya yang pagi. Jangan terlambat. Kan kamu biasanya terlambat." ucap Ayis khawatir tapi ia masih tetap memasang senyumnya. Ia khawatir jika Rezvan menjemputnya kesiangan. Bisa-bisa ia terlambat. Ia mengejek kebiasaan Rezvan di akhir ucapannya tadi.

   "Iya iya. Khawatir banget sih. Ciee yang mulai ngawasin aku. Perhatian banget." kali ini Rezvan yang menggoda Ayis hingga membuat pipi gadis itu merona merah seperti kepiting rebus.

   "Ish, apaan sih kamu." ucap Ayis mengelak dan mengalihkan pandangannya.

   "Tuh buktinya kamu tau kebiasaan aku." goda Rezvan kesekian kalinya.

   "Yaudah, nggajadi aja." ancam Ayis

   "Aku kan cuma bercanda. Kok dimasukkin hati sih. Nanti kamu jatuh Cinta lagi sama aku." goda Rezvan lagi dan lagi. Tak ada henti-hentinya ia menggoda Ayis.

   "Pergi nggak?!" ucap Ayis mengusir Rezvan dan mengambil botol minumnya. Ayis mengarahkan botol itu pada Rezvan. Cowok itu mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya. Sebagai tanda jika ia hanya bercanda. Ayis terlihat sangat malu.

   "Iya iya aku pergi. Besok pagi aku jemput." ucap Rezvan lalu berdiri.

   "Pagi beneran." ucap Ayis galak. Galak yang ia buat-buat.

   "Siap bos." ucap Rezvan semangat sambil mengangkat tangannya untuk memberi hormat pada Ayis dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari kelas Ayis.

Sederet LangkahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang