Pagi yang cerah, surya mulai menampakkan wujudnya, menggantikan tugas bulan yang sudah istirahat beberapa jam lalu untuk menyinari bumi dengan segala kehangatannya. Kendaraan mulai berlalu lalang menjadi sebuah tumpangan yang akan mengantarkan manusia menuju tempat tujuan. Di pagi hari seperti ini kebanyakan orang-orang berangkat bekerja, ataupun pergi menuntut ilmu seperti Ayis dan Acha saat ini. Mereka berangkat bersama seperti biasa. Lagi-lagi seorang cowok berdiri di depan kelas 12 IPA 2. Cowok yang selama ini memandang Ayis dari kejauhan. Ia hanya bisa memandang gadis yang sudah megisi sebagian ruang kosong dihatinya melalui kejauhan. Entah kenapa ia tak mau mendekati ataupun mengungkapkan perasaannya pada Ayis. Mungkin belum saatnya. Cowok itu memang sungguh pandai memendam perasaannya bahkan Kenzo-sahabatnya sendiri pun tak tau mengenai perasaan cowok itu. Mungkin ia terlalu malu ataukah ia takut jika gadis itu tak akan menerimanya. Entah apa yang sebenarnya menjadi alasan cowok itu untuk tetap memendam perasaannya.
🌸🌸🌸
Bel istirahat sudah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu. Banyak siswa yang berhamburan keluar dari kelasnya ke suatu tempat untuk menghabiskan waktu yang sangat berharga itu. Seperti biasa keempat sahabat ini pergi ke kantin dan memesan mie ayam faforit mereka tak lupa segelas es teh manis untuk menemani mie ayam yang dimakannya.
"Bu, mie ayamnya 4 seperti biasa" pesan Ayis pada Ibu penjual mie ayam itu. Kali ini dia yang memesan, lebih tepatnya dia yang sering memesankan ketiga sahabatnya. Bahkan terkadang ia yang membayarnya.
"Iya neng Ayis nanti saya antar ke meja neng." jawab Bu Ayu yang menjual mie ayam itu. Ia sudah sangat hafal dengam Ayis karena sering membeli mie ayamnya.
"Yaudah Bu, meja saya ada disana." tunjuk Ayis pada salah satu meja yang sudah berpenghuni ketiga sahabatnya. Meja mereka berada di tengah-tengah kantin. Entah mengapa mereka suka dengan tempat yang sangat mencolok ini.
"Iya neng, nanti saya anterin." ucap Ibu itu lagi. Kadang jika ramai Ibu ini menyuruh siswa yang mebeli mie ayamnya untuk menunggu dan membawa mangkuknya sendiri. Tapi kalau Ayis, mangkuknya lebih sering diantarkan oleh Bu Ayu itu sendiri. Mungkin karena sudah langganan, jadi yah diperlakukan spesial biar tetap jadi langganan.
"Oh iya Bu, es teh manisnya empat." pesan Ayis sekali lagi. Ia merasa ada yang kurang. Ternyata ia belum memesan minumnya. Alangkah indahnya jika ia tersedak nanti.
"Siap neng!" jawab Bu Ayu dengan semangat 45. Ayis berjalan ke meja yang sudah ditempati oleh ketiga sahabatnya kemudian duduk. Mereka bercanda bersama, seperti tak ada beban yang mereka tanggung.
Seorang siswa masuk kedalam kantin dengan terengah-engah. Sepertinya ia habis berlari. Saking hebohnya tuh anak masuk ke kantin membuat Ayis dan ketiga sahabatnya menghentikan tawanya dan mengalihkan perhatian ke siswa itu. Ia menuju meja tepat disamping meja Ayis. Mungkin cewek yang ada disamping meja Ayis adalah teman dekatnya.
"Eh, lo napa?" tanya temen cewek yang berlari tadi.
"Gue abis liat data siswa yang jadi delegasi lomba antar sekolah." jawab cewek itu lalu duduk dan mengatur nafasnya.
"Yaelah, gitu aja sampe lari-lari lo." ucap temannya itu. Mungkin awalnya ia sangat terkejut dengan kedatangan cewek itu yang bisa dibilang tergesa-gesa. Tapi kemudian ia merasa lega setelah mendengar jawaban yang keluar dari mulut cewek tadi."Eh, maaf mbak, udah dipasang ya?" tanya Zhafira kalem pada cewek tadi. Ia cukup antusias dengan perlombaan kali ini.
"Iya, dipapan mading sebelah timur." jawab siswa tadi dengan senang hati. Ayis sudah merasa ada yang akan mengganggunya. Ini sudah pertanda jika kelaparan yang saat ini melandanya akan terjeda.