“Rez, maafin please ...” ucap seorang gadis di depan koridor kelas 12. Kali ini Ayis yang datang ke kelas Rezvan untuk menemui cowok itu. Sudah sejak kemarin pulang sekolah Rezvan tidak menghubunginya. Ia berpikir jika Rezvan marah karena berduanya ia dengan Aldi kemarin pulang sekolah. Ia merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan. Meskipun ia tak sepenuhnya bersalah bahkan lebih cenderung ke-tidaknya. Tapi ia masih tetap meminta maaf kepada cowok yang berstatus sebagai kekasihnya itu. Rezvan masih diam. Ia memandang datar objek yang ada di depannya. Ia enggan menjawab permintaan maaf dari Ayis. Padahal ini hanya sebuah kesalah fahaman.
“Aku hanya membicarakan tugas kelompok saja, selebihnya aku hanya bercanda.” aku Ayis. Memang ia dan Aldi hanya membicarakan tugas kelompok dan selebihnya mereka bercanda. Mereka tidak membicarakan perasaan. Lagi pula jarak ketika mereka berjalan kemarin juga terlihat. Tidak terlalu dekat.
“Aku mohon ... percayalah ...” pinta Ayis pada Rezvan dengan mata yang berkaca-kaca. Sudah ke sekian kalinya ia meminta maaf pada Rezvan tapi jawabannya masih sama, nihil. Rezvan sama sekali belum menjawab permintaan maaf dari Ayis. Sebegitu kecewanyakah Rezvan pada Ayis? Sejak kapan Rezvan menjadi pencemburu seperti ini? Sebelumnya kata cemburu tidak ada dalam kamus hidup Rezvan. Jika pacarnya jalan dengan orang lain, dengan senang hati Rezvan menyuruh untuk mengambil pacarnya itu sekalian. Soal perasaan? Rezvan tak pernah menyesal jika ia ditinggal pergi oleh pacarnya dulu. Karena memang ia tak pernah menruh hati pada setiap cewek yang sudah jadi mantanya itu. Soal cewek? Itu tidak menjadi masalah bagi Rezvan. Toh Rezvan memiliki banyak penggemar, jadi peluang untuk mempunyai kekasih cukup besar. Lagipula jika ia ingin mempunyai kekasih, ia tidak perlu berjuang sekuat tenaga. Ia tinggal mengeluarkan kata-kata manisnya. Ia bebas memilih cewek, karena sebagian besar pasti mau menjalin hubungan dengan Rezvan. Siapa juga yang mau menolak pernyataan cinta dari Rezvan? Hanya dengan Ayis ia berjuang. Hanya dengan Ayis ia benar-benar menaruh perasaan. Dan hanya dengan Ayis ia memang benar-benar sayang dan takut kehilangan.
Rezvan merasa tidak tega melihat Ayis dengan mata Ayis yang berkaca-kaca itu. Ia sungguh menyayangi gadis yang ada di sampingnya saat ini. Ia merasa ikut terluka jika melihat Ayis menangis.
“Maaf.” Ucap Ayis meminta maaf lagi. Kali ini hanya satu kata yang keluar dari mulut Ayis. Ia sudah tidak tahan. Ia memejamkan matanya. Butiran bening jatuh begitu saja dari kelopak matanya. Suaranya yang bergetar menambah kebenaran jika ia memang sedang tidak berbohong. Perlahan hati Rezvan mulai tersentuh. Sebenarnya ia tidak bisa melihat Ayis menangis. Hanya saja dari radi ego menyelimutinya. Dalam sekejap ia langsung memeluk erat tubuh gadis itu. Pelukan yang memperlihatkan bahwa ia takut jika suatu saat gadis itu akan pergi. Tangis Ayis semakin pecah. Ia menangis tanpa suara. Air matanya masih jatuh tanpa mengenal kata berhenti. Ayis menenggelamkan kepalanya ke dada bidang Rezvan. Ia terlihat begitu nyaman ada di pelukan Rezvan. Ia merasa ada seseorang yang melindungi. Seseorang yang membuatnya tenang. Perlahan tangan Rezvan mulai mengusap lembut rambut Ayis yang tergerai lurus.
“Iya sayang, jangan diulangi lagi ya.” Ucap Rezvan menerima permintaan Ayis. Suaranya yang lembut terkesan seperti ia takut kehilangan gadis yang ada di pelukannya saat ini. Ia begitu menyayangi Ayis. Baru kali ini ia merasa ada yang berbeda ketika ia menjalin hubungan dengan cewek. Rezvan melepaskan pelukannya dan mengusap pipi Ayis yang basah karena air mata yang jatuh hanya karena kesalah fahaman. Baru saja mereka menjalin hubungan. Tapi ada saja permasalahan yang menguji hubungan mereka. Ayis masih beruntung karena Rezvan masih bisa membangun kepercayaannya lagi. Andai jika kepercayaan itu tidak bisa dibenahi kembali.
“Ke Kantin yuk!” ajak Rezvan pada Ayis. Ia berusaha mencairkan suasana agar bisa pulih seperti sedia kala. Sedangkan Ayis masih kalut dengan perasaannya sendiri. Antara bahagia, takut, dan terharu. Bahagia karena Rezvan bisa memaafkannya walau dengan sulit ia menjelaskan dan meminta maaf pada Rezvan. Pada awalnya Ayis merasa putus asa karena peluang Rezvan memaafkan terlihat sangatlah sedikit. Itu bisa dilihat dari diamnya tadi. Bahkan hampir saja tidak ada. Tapi untung hati Rezvan masih bisa percaya. Ayis takut, takut jika suatu saat Rezvan akan pergi. Ia takut kehilangan cowok itu. Karena memang ia juga sangat menyayangi Rezvan seperti Rezvan menyayanginya. Bagaimana jika suatu saat Rezvan pergi karena kepercayaan yang sudah dibangun itu retak dan tak ada kemungkinan untuk diperbaiki? Dan satu lagi. Ia terharu, terharu karena sikap Rezvan yang lembut. Selama mereka menjalin hubungan, baru kali ini sikap lembut Rezvan terasa berbeda dari sebelumnya. Termasuk pelukan tiba-tibanya tadi. Sebuah pelukan yang bisa menenangkan, membuat nyaman dan tentunya berakhir dengan candu.