6

55 4 0
                                    

   Seorang gadis berlari dengan sekuat tenaganya menuju kantin, ia melewati koridor-koridor sekolah tanpa meperdulikan tatapan aneh para sisiwi yang berlalu lalang di koridor ataupun sekedar duduk dan bercanda dengan teman lainnya karena ia berlari semacam maling yang ketahuan.

   "Buk, beli air mineralnya satu." ucap Ayis dengan nafas tersengal-sengal akibat berlari menuju ke kantin tadi.

   "Mau yang sedang atau yang besar dek?" tanya Ibu kantin itu.

   "Yang sedang aja Buk." jawab Ayis yang terlihat masih mengatur nafasnya.

   "Ini dek." ucap Ibu kantin itu dan memberi sebotol air mineral berukuran sedang seperti yang diucapkan oleh Ayis tadi. Ayis meraih botol itu dan memberi selembar uang lima ribuan pada Ibu itu tanpa menanyakan berapa harga sebotol air mineral tersebut. Mungkin Ayis terlalu buru-buru untuk minta maaf pada Rezvan. Ia langsung pergi setelah memberikan uang itu, tapi teriakan Ibu kantin itu membuatnya brhenti untuk melanjutkan perjalanan.

   "Eh dek!". Ia membalikkan badanya. Tanpa bertanya apapun pada Ibu kantin itu tentang penyebab ia dipanggil. Tanpa aba-aba ia langsung menjawab.

   "Ambil aja Bu kembaliannya." ucap Ayis dengan suara yang keras. Mungkin seisi kantin juga mendengar teriakan Ayis barusan. Ia pikir Ibu itu mau memberitahu tentang kembalian uang yang ia buat untuk membeli air mineral tadi.

   "Maksud Ibu uangnya kurang" ucap Ibu itu. Ia hanya bisa tersenyum karena menahan tawanya. Seketika pipi Ayis merona merah seperti tomat rebus karena malu dengan kelakuannya barusan ditambah seisi kantin melihatnya dan menertawainya. Ayis berjalan menuju tempat ia membeli air mineral tadi dengan wajah yang tertunduk. Ia masih merasa malu dengan apa yang terjadi. Ia memberikan uang sepuluh ribuan pada Ibu kantin yang sudah membuatnya malu tadi. Ia kembali berjalan keluar kantin setelah memberikan uang tadi. Tapi lagi-lagi ia berhenti karena Ibu itu kembali berteriak.

   "Eh dek tunggu!"

   "Apaan lagi sih Bu? Masa iya masih kurang? Udah lima belas ribu loh tadi" ucap Ayis setelah membalikkan badanya ke arah Ibu kantin tadi. Ia rasa lima belas ribu sudah cukup. Atau Ibu ini memang mau membuat Ayis malu lagi?. Sampai sekarang Ayis masih menjadi pusat perhatian. Tapi ia berusaha melawan rasa malu yang telah menyeruak di dirinya saat ini.

   "Nggak dek, Ibu mau ngomong, ini kembaliannya" ucap ibu itu sambil nyengir melihat raut wajah Ayis setelah ia meneriakinya tadi. Ayis menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia menahan amarah karena sudah merasa dipermainkan oleh Ibu kantin itu.

   "Yaudah Bu ambil aja" ucap Ayis dengan nada slow motion dan wajah yang datar. Ia merasa sedikit sebal dengan kejadian ini. Ia teringat kembali akan niat awalnya untuk meminta maaf pada Rezvan. Sudah berapa menit terbuang yang ia gunakan untuk melayani Ibu tadi hingga ia malu karenanya. Ia berjalan keluar kantin tapi di samping pintu keluar kantin ada sebuah meja yang hanya dihuni oleh sepasang kekasih. Mereka melihat Ayis yang sudah mau keluar dan menertawainya. Ayis berhenti melangkahkan kakinya dan melihat mereka dengan tatapan yang tajam.

   "Apaan sih lo!" ucap Ayis ketus. Ia merasa kesal dan mengepalkan tangannya ke atas. Maksud Ayis, ia ingin memberi ancaman dengan kepalan tangannya tersebut. Pastinya ia akan melayangkan sebuah tonjokan kepada mereka jika mereka tidak juga menghentikan tawanya. Tapi bukannya mereka takut. Mereka malah menertawakan Ayis. Hal itu membuat amarah Ayis semakin memuncak. Tapi Ayis tidak melayangkan kepalan tangannya tadi melainkan hanya rapalan do'a yang keluar dari mulut Ayis.

   "Malah ketawa lagi, gue do'ain lo berdua cepet udahan deh." ucap Ayis berharap kata putus akan meghadiri mereka karena sudah menertawai dirinya. Mereka masih juga tidak takut dengan do'a Ayis barusan malah mereka mengucapkan satu kalimat yang pastinya aka membuat Ayis bersungut-sungut.

Sederet LangkahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang