"Aku akan mengurusnya."
Kadang musuh bisa dilihat secara jelas dan kadang tidak bisa dilihat dengan mata kita sendiri. Perlu hati untuk mengetahui mana musuh dan mana orang yang tulus.
-------zzz
taeyeoj melemparkan sebuah map kehadapan irene yang sedang termenung menatap bayinya yang masih dirawat.
"Surat perceraian."
Disisi lain salah satu staff kantor Yoona memberikan surat masuk pada seulgi. Surat dari kepolisian untuk berhadir kekantor untuk dimintai keterangan tentang kasus pencurian yang dialamatkan padanya.
yoona benar-benar mengasingkan diri. Ia pergi menengkan dirinya dan masih terus berusaha mencari keberadaan seohyun.
yoona menatap foto seohyun yang ada di ponselnya. "Kau dimana? Aku merindukan mu. Maafkan aku atas semua kesalahanku selama ini. Maafkan aku telah menyakitimu sampai kau harus pergi." lirih yoona pelan.
------- 3 bulan kemudian ----------
Malam beranjak larut saat krystal istri ketiga kwon yoona merasakan kontraksi di perutnya. Wanita itu sesekali meringis kala kontraksi dirasakan olehnya. Di sampingnya duduk seorang pria yang semenjak tadi menggengam tangannya erat, sesekali di kecupnya tangan itu dengan ekspresi wajah cemas dan khawatir yang sejak tadi menghiasi wajah tampan itu.
yoona tidak berhenti merapalkan doa untuk keselamatan istrinya.
"Katakan sesuatu, yeobo. Kau kesakitan?" krystal mengulas senyum kecil lalu kembali meringis pelan saat bayinya menendang perut wanita itu kuat.
"Gwaenchana, Oppa. Perjuanganku akan berakhir saat bayi kita lahir nanti," jawab krystal lembut, dia tahu bahwa suaminya begitu mencemaskan keadaannya.
Sungguh, saat ini adalah hal yang paling menegangkan dalam hidup yoona.
"Kau bisa mengambil keputusan sekarang, yeobo. Aku sangat keberatan jika kau melahirkan secara normal, penyakitmu-"
"Ssst, aku baik-baik saja," krystal menyela ucapan yoona cepat. "Kau tahu, semua wanita selalu merasa bangga saat mereka bisa melahirkan secara normal, dan aku salah satu dari mereka. Karena pada saat itu kita bisa tahu perjuangan Omma ketika melahirkan kita, Oppa."
"Tapi tidak dengan kondisimu yang sekarang. Itu bisa kau lakukan nanti saat kondisimu baik-baik saja, untuk anak pertama kita," bentak yoona marah.
krystal terkekeh pelan, "Kau berlebihan sekali, Oppa. Percayalah aku bisa melewati semua ini."
"Terserah kau saja. Aku tidak peduli." krystal mengulas senyum lebar, meski yoona mengatakan bahwa pria itu tidak peduli padanya, tapi tangan yoona menggemgamnya erat, dan itu cukup untuk membuktikan bahwa suaminya masih sangat peduli padanya.
"Aku mencintaimu, yoong. Sangat."
Wajah yoong mendongak, kemudian kembali panik saat krystal meringis kesakitan, kali ini matanya terpejam sambil menggigit bibit bawahnya.
"Berjanjilah padaku, Op-pa!"
yoona mengangguk panik, salah satu tangannya menekan bel di sisi ranjang yang di tiduri oleh krystal
"k-kau haruss tetap hidup bahagia walau apapun yg terjdi".Krystal menarik nafasnya dalam kemudian menghembuskan nafas lewat mulutnya, berulang kali sampai dokter dan suster masuk ke dalam ruangan.
Dokter tersebut sempat memeriksa keadaan krystal, lantas memberi gelengan pada yoona. Tapi pria itu tidak bisa berbuat apa-apa karena nyatanya krystal tidak ingin melakukan operasi Caesar untuk mengeluarkan buah hati mereka.
"Ini sangat beresiko tuan kwon," Dokter jisoo kembali mengingatkan kwon yoona akan kondisi istrinya.
"Aku sudah mengingatkannya, Dokter jisoo. Tapi dia tetap keras kepala," balas yoona sambil melemparkan tatapan sedih. Keadaan krystal sangat mengkhawatirkan saat ini. Kondisinya tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal mengingat kondisi istrinya yang mengidap penyakit Anemia. Resiko pendarahan yang di alami krystal sangat besar, dan yoona sangat mencemaskan kondisinya begitupun dengan Dr. jisoo yang sejak 3 jam yang lalu selalu mengingatkan akan kondisi krystal.
"Kalau begitu, kita serahkan semuanya kepada Tuhan, tuan kwom. Berharap mukjizat ada untuk istrimu," ujar Dokter jisoo sambil mengenakan sarung tangan lalu berjalan mendekati krystal yang semenjak tadi terus menarik nafas lalu membuang lewat mulutnya.
"Kau siap nyonya Kwon"
krystal mengangguk dengan senyum lebar di bibirnya. Sementara yoona mengumpat dalam hati.
2 jam kemudian...
dokter jisoo keluar dari ruang bersalin, muka khawatir yoona mulai mendekkati jisoo dgn berharap bahwa ada keajaiban.
"bagiamana keadaan istri saya dok"tanya yoona penuh harappa.
Dokter jisoo hanya diam dan memejamkan
matanya ia tidak sanggup memberitahu kabar krystal."maaf kami sudah berusaha semampu kami tapi nyawa nyonya kwon dan bsyinya tidak bisa diselamatkan"
krystal dinyatakan meninggal dunia.
Mereka sudah menyatakan waktu meninggalnya dan berkesimpulan jika tiga bayi yang berada dalam kandungan krystal juga ikut meninggal. Usianya masih sangat kecil untuk bisa dilahirkan dan hidup normal.
Saat itu, yoona merasa ia seperti sedang tidak menginjak tanah. Ia seperti melayang tanpa tujuan, ia bahkan tidak peduli saat dokter menyarankan agar seluruh keluarga krystal diberitahu tentang kabar ini, semua keluarga krystal ada diluar kota Seoul, terutama kakeknya.
Yona hanya termenung dan menatap kosong di hadapan jenazah istrinya. Jenazah krystal yang sudah ditutup kain hingga kepala, perutnya masih buncit mencuat dalam kain putih itu. yoona rasanya tidak punya air mata lagi untuk menangisinya, bahkan sepertinya akal sehat yoona tidak lagi bekerja.
Perlahan ia hanya memegang tangan krystal, tangan yang kurus dan sekarang telah dingin. yoona juga membuka kain penutup itu dan kini bisa melihat wajah istrinya, mata krystal terpejam rapat, ada beberapa luka goresan di wajahnya dan telah dibersihkan. yoona mengusap wajah itu, yang kini juga telah dingin, pasti krystal tidak merasa sakit lagi. Tidak ada rasa sakit di tubuhnya
“Kau…bisakah bangun sebentar?” kata yoona dengan suara gemetaran. Ia mencium tangan krystal dan mulai berurai air mata. “Tadi….kita bertemu dan kau pasti ingin mengatakan sesuatu. Apakah perpisahan seperti ini? Kenapa kau menyerah padaku dengan cara seperti ini?”
yoona menangis sambil memeluk istrinya erat-erat, ia juga coba mendengarkan detak jantungnya, lalu turun untuk mendengar apakah dalam perut buncit itu benar-benar sudah tak ada harapan lagi untuknya.
Saat ini kata menyesal saja tidak cukup untuk mewakili segalanya.
“Tidaakkk….tidaaakk….jangan….kumohoon…!” yoona berteriak dan menggoyang tubuh krystal kencang-kencang, mengaisnya dan memeluk jasad dingin itu. Rasanya benar-benar dingin….hampa, rasa tak bernyawa itu amat pekat terasa. Karena seingat yoona krystal sehangat itu, ia tidak seperti jenazah yang dipeluknya sekarang. Rasanya jauh berbeda.
"aku tidak mau kau pergi seperti ini!” yoona berkata sekali lagi, ia memeluk krystal sangat kencang hingga menggoyang-goyangkannya dan berharap kryst bangun, sebentar lagi saja. Mereka harus bicara, yoona tidak rela ditinggal seperti ini.
“Bangun! Bangun….ayo bangun! Aku hanya minta kau bangun!”